Jasa Kirim Cinta

433 113 9
                                    

Perkara Cinta ; Jasa Kirim Cinta




Jusuf udah paham, tujuh abangnya di Eska punya sifat yang berbeda-beda. Keributan kecil perihal mau makan apa atau kapan janjian main udah sering terjadi, kadang mereka saling lempar tisu bahkan bantal atau remot kalau lagi berdebat. Udah nggak terhitung berapa kali Jusuf tepar karena capek ketawa gara-gara sederet tingkah aneh mereka.

Tapi, walaupun begitu tetap ada hal-hal yang bikin Jusuf mengerutkan kening. Misalnya, Bang Esa yang ternyata hobi makan pakai saos tomat atau Bang Bayu yang ternyata nggak tau cara kocok telur. Kebucinan Kak Ino yang sekarang menular ke Bang Ayis, juga bikin Jusuf geleng-geleng kepala.

Dan kali ini Jusuf nggak cuma dibikin geleng-geleng kepala tapi juga jadi ikutan repot. Sejak pagi Jusuf udah anter Bunda ke pasar, terus bantuin Bunda di dapur dan sekarang Jusuf juga nemenin Bang Bayu. Iya, Bang Bayu yang sekarang lagi pamitan sama Bunda untuk bawa nasi tumpeng hasil karya Bundanya.

"Bang."

"Hmm."

"Kenapa mau aja jadi kurir hari ini?" Jusuf menatap Bang Bayu yang memutar stir mobil untuk berbelok keluar kompleks perumahannya.

"Udah terlanjur bilang iya, kasihan juga Ino."

Jusuf geleng-geleng kepala. Ia lebih kasihan ke Bang Bayu daripada ke Kak Ino. Miris aja, masa yang jomblo yang harus bersusah payah anter hadiah buat yang pacaran. Apa kah sopan seperti itu?

"Valentine gini yang dagang bunga makin banyak ya."

Iya, hari ini Valentine. Yang merayakan ya mereka yang punya pacar –baca Kak Ino dan Bang Ayis–.

"Gue dulu dagang coklat tiap mau valentine di sekolah."

"Laris dong?"

Jusuf mengangguk. "Lumayan. Sekalian jasa antar coklat sama suratnya. Jadi untung double."

"Kayak kita sekarang?" Kekeh Bang Bayu meliriknya sekilas sebelum kemudian kembali menatap jalanan yang ramai sore ini.

Jusuf ikut terkekeh. Kepalanya berputar ke bangku belakang, mengintip kondisi nasi tumpeng pesanan Kak Ino, takut puncaknya tumbang atau posisinya nggak pas. Jangan tanya kenapa Kak Ino ngasih nasi tumpeng buat pacarnya di hari Valentine. Orang normal biasanya coklat atau bunga, tapi Kak Ino nggak mau yang biasa, maunya yang luar biasa. Walaupun alasan sebenarnya adalah Kak Ino nggak sempet cari hadiah valentine karena sibuk ngurus interview kerja untuk hari ini.

"Kak Ino nunggu di sana?"

"Katanya sih gitu. Kalau nggak, kita drop aja tumpengnya, biar urusan Kirino yang bilang ke Ai," jelas Bang Bayu yang kemudian tertawa geli. "Pasti Ai bingung kenapa tiba-tiba dikasih tumpeng."

"Valentine dikasih tumpeng," imbuh Jusuf ikut terkekeh.

"Idenya Esa."

Jusuf jadi ingat semua ini bersumber dari Bang Esa yang tiba-tiba nyeletuk untuk pesan hadiah valentine ke Bunda karena Bang Felix udah close order kue bikinannya.

"Bang Felix open house nggak?"

"Mau ke sana?"

"Boleh!"

"Oke! Udah lama juga kan nggak ke sana?"

Jusuf mengangguk. "Terakhir pas Imlek tahun lalu kayaknya." Mata Jusuf nggak sengaja melihat motor matic yang tiba-tiba menyalip mobil di tikungan.

"Itu bukannya Kak Ino?"

Bang Bayu ikut menyipitkan mata. "Iya itu Kirino. Berarti bener masuk gang ini."

"Itu motor Bang Aji."

"Lah, iya, kok motor Aji."

"Itu Bang Aji!"

Mobil Bang Bayu berhenti tepat di belakang motor matic yang udah terparkir di depan rumah berpagar putih.

"Ji, kok di sini juga?"

Bang Aji dengan muka manyun tanpa melepas helm menunjuk Kak Ino. "Nih orang bikin gue jadi ojek dadakan!"

"Motor gue bocor tadi, terus gue tinggal aja di bengkel."

"Nggak bawa mobil?"

Kak Ino geleng-geleng. "Macet, Bang. Eh, mana tumpengnya?"

Jusuf mengekori Bang Bayu untuk mengambil tumpeng pesanan Kak Ino dari dalam mobil. Nampan besar yang jadi alas tumpeng berpindah ke tangan Kak Ino.

"Cil, gue berantakan nggak? Aji nih bawa motor udah kayak Rossi."

"Dih! Lo yang minta ngebut! Segala ngatain motor gue kayak siput!"

"Bantuin dong, Cil, rapihin rambut."

Jusuf bergerak merapikan rambut Kak Ino yang emang agak berantakan. Sedangkan Bang Bayu mencoba menenangkan Bang Aji yang sebentar lagi akan meledak.

"Ji, boleh minta tolong nggak?"

"Nggak!"

"Dih, pelit."

Jusuf terkekeh melihat Kak Ino yang memberikan kedipan mata genit pada Bang Aji yang langsung bersiap melempar helm. Untung ditahan Bang Bayu.

"Cil, teriak paket deh."

"Hah?"

"Teriak kayak Abang paket, nanti Ai keluar."

Jusuf menuruti permintaan Kak Ino dan benar aja nggak lama Mbak Ai keluar dengan wajah terkejut melihat mereka.

"Gue kira ada bocil tawuran di depan rumah, ternyata kalian."

"Sorry ya. Ini mau nganter Kirino doang."

"Ngapain bawa tumpeng? Ada yang ulang tahun emang?"

"Happy Valentine!"

Jusuf tau harusnya dia nggak ketawa melihat ekspresi Kak Ino yang hanya butuh sekian detik berubah dari antusias jadi masam karena respon datar Mbak Ai yang cuma mengangguk-angguk.

Bang Bayu udah putar badan ke arah lain untuk ketawa, sedangkan Bang Aji terang-terangan ngakak yang bikin Kak Ino langsung melotot.

"Makasih."

"Sama-sama, sayang." Muka Kak Ino kembali cerah.

"Maksudnya makasih Kak Bayu, Aji sama Jusuf buat tumpengnya."

Tawa Jusuf menyembur, diikuti Bang Bayu dan Bang Aji yang puas melihat ekspresi Kak Ino yang seketika loyo persis sayur kemarin sore.

•×•

Dipelototin Kirino

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dipelototin Kirino

•×•

Diketik sebelum valentine di post setelah valentine wkwkwkw

Dunia lagi ngajak bercanda jadi fokusnya kemana-mana.
Jaga kesehatan ya teman-teman!

Terimakasih untuk semua yang udah baca, vote dan komen!
Terimakasih!

Perkara CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang