Perkara Cinta; Makaroni
"Kita mau bikin apa, Bang?"
"Mak-lor?" jawab Felix dengan ragu, kepalanya melongok ke arah Esa yang berjongkok di depan kulkasnya.
"What is maklor, Sa? Sejenis pasta?"
"Pasta dengan kearifan lokal, Lix." Esa menaruh sebotol Fanta merah di atas konter dapur.
"Jajanan SD, Bang," jelas Jusuf yang sama sekali nggak membantu karena Felix masih mengerutkan dahi bingung.
"Di SD gue nggak ada makanan namanya Maklor."
Jusuf tertawa. Bahunya terguncang dengan kedua mata menyipit. Sedangkan Esa menepuk bahu Felix berirama.
"Ntar lo juga tau, Lix."
"Beda universe kita, Bang. Lo DC, kita Marvel," imbuh Jusuf meraih cup pudding mangga bikinan Esa untuk yang kedua kalinya.
Suara bel apartemen Felix terdengar, sang pemilik buru-buru meletakkan cup pudding yang baru separuh dimakan di atas konter dapur. Aji muncul nggak lama kemudian dengan wajah sumringah dan plastik bening di tangan.
"CILLLLL! KOK LO NINGGALIN GUE SIH?!"
Jusuf mengedikkan bahu. "Lagian lo kelamaan, Bang."
"Terus lo berangkat sama siapa?"
"Bang Esa."
Yang disebutkan namanya muncul dari arah kamar mandi.
"Lo bawa makaroninya kan, Ji?" tanya Esa.
"Bawa! Warung depan komplek gue ada yang jual! Langsung gue borong!"
Esa menyipitkan mata, mendekati Aji yang sibuk melepas jaket denimnya.
"Kok makaroni ini?"
"Hah?!"
Felix kembali ke arah pintu karena bel-nya berbunyi. Suara Haris dan Kirino samar-samar terdengar.
"Makaroninya yang ini kan?" tanya Kirino yang langsung meletakkan beberapa bungkus makaroni berwarna merah dengan aroma pedas di atas konter dapur.
Jusuf yang pertama kali menyadari situasi, tawanya menggelegar memenuhi unit apartemen Felix siang ini.
"Bukan makaroni ini maksudnya," ujar Esa setelah menatap lama pada dua jenis makaroni yang ada di atas konter dapur.
"Makaroni mana lagi emang? Ini makaroni kali, Sa!" kata Aji mengeluarkan makaroni yang dibawanya. Bentuk melengkung makaroni yang mengembang dengan aroma gurih itu menguar.
"Ini juga makaroni kali, makaroni ngehe level lima. Kata abangnya ini paling laris." Giliran Kirino mempromosikan makaroninya.
"Ini juga makaroni." Haris menaruh toples Tupperware warna tosca di atas konter dapur lalu membukanya. Makaroni dengan warna kuning pucat dan aroma keju yang khas.
"Di rumah gue adanya makaroni ini," lanjut Haris.
"Sebenernya lo maunya makaroni apa sih, Sa?"
"Gue mau bikin Maklor," jawab Esa berusaha tenang walaupun semua orang hari ini mencoba menguji kesabarannya.
"Bilang dong yang jelas kalo mau bikin Maklor, di grup bilang makaroni doang. Ya gue beli yang ketemu di jalan," omel Kirino sambil membuka plastik makaroni ngehe level sepuluh yang dibawanya.
"Satu-satunya makaroni yang ada di otak gue ya makaroni goreng ini, Sa. Gue kira lo pada lagi krismon, jadi camilannya ganti jadi jajanan warung."
"Yang ngechat di grup siapa?"
Haris menelan pudding mangga yang tadi disodorkan Jusuf saat mereka keributan soal makaroni. "Bang Ical."
"Bang Bayu? Lo dimana sekarang? Parkiran? Puter balik, Bang! Mampir ke supermarket terus beliin makaroni pasta! Pasta makaroni! Atau apa sih itu namanya? Bilang aja makaroni buat direbus jadi Maklor!"
Suara itu muncul di balik sofa depan televisi. Satu-satunya orang yang tak bersuara selama perdebatan soal makaroni. Punggung berbalut kaos putih polos itu bergerak menjauh ke arah balkon karena enam pasang mata menatapnya intens.
Calvin yakin kalau tatapan itu serupa laser, punggungnya pasti sudah berlubang sekarang.
"Thanks, Bang! Tolong beliin ya. Jangan ke sini kalo belum ketemu tuh makaroni. Plis tolongin gue."
•×•
Makaroni favorit kalian yang mana?
Makaroni Aji
Makaroni Kirino
Makaroni Ayis
Terimakasih yaaa udah baca,
vote dan komen!Terimakasih banyakkkk!
Sehat selaluuuu❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Cinta
Fanfiction"Tetap menyerah! Jangan semangat!" Sebuah fanfiksi Stray Kids dengan tokoh lokal rekaan @eskalokal di twitter. Perkara Cinta Elok Puspa | April 2020 Credit photo from Pinterest