Perkara Cinta; Telur Balado punya Aji dan Bang Eja
"Apaan sih bang! Itu punya Aji!"
"Gue duluan yang dapet!"
"Lo udah makan dua!"
"Lo juga!"
"Gue satu setengah! Setengahnya punya ibu tadi!"
Bu Rudi yang udah hapal sama kelakuan dua anak laki-lakinya itu cuma geleng-geleng kepala di dapur.
Eja dan Aji. Dua anak laki-laki kesayangannya yang kini udah tumbuh dewasa.
Anak sulungnya, Bramuda Syahreza Darmawan sekarang sibuk manggung sana-sini sama band-nya Enam Hari, pulang tengah malem kadang nggak pulang seminggu. Jadi omongan tetangga katanya;
"Udah disekolahin tinggi-tinggi tapi malah jadi anak band."
Nggak tau aja, band anaknya udah tur keliling Indonesia. Bulan depan malah ke Singapura. Beli Pajero kayak tetangga depan sih bisa, cuma anaknya yang itu lebih suka koleksi gitar sama bass. Dia nggak peduli omongan tetangga, asal anaknya bahagia, dia pasti bahagia.
Bungsunya, Abimayu Jinendra Adsy masih kuliah, jurusan desain grafis yang lagi-lagi jadi sasaran julid mulut tetangga yang kayak cabe setan.
"Kuliah desain mau jadi apa?"
"Buka percetakan?"
"Gambar doang anak saya yang masih SD juga bisa."
Sulit emang menjelaskan kalau desain nggak cuma gambar, kalau apa pun yang berhubungan dengan desain nggak cuma tentang percetakan. Lagian, punya percetakan bukan hal yang malu-maluin. Dia tetap bangga sama anak bungsunya, apa pun itu cita-citanya.
Bu Rudi tersenyum melihat dapurnya yang kembali rapi. Ia mengelap tangannya dengan handuk kecil yang tergantung di atas bak cuci. Suara kedua anaknya sudah nggak terdengar lagi.
Aneh.
Padahal dua anaknya itu selalu nggak bisa diem kalau udah berdekatan, ada aja yang diributkan. Dari remote TV, arah kipas angin, posisi duduk di sofa, sampai makanan pun rebutan. Kadang dia malu kalau suara ribut anak-anaknya itu kedengaran sampai rumah tetangga, berasa kayak nggak dikasih makanan yang layak padahal emang dua anaknya hobi bikin huru-hara.
Keningnya berkerut ketika sampai di ruang tengah, tempat meja makan diisi oleh dua anaknya yang sekarang saling tatap dengan pandangan serius. Eja meregangkan jari-jarinya, sedangkan Aji berulang kali mengepal tangan kanan mengubahnya jadi pelbagai bentuk.
"Kalian ngapain?"
Kedua anaknya kompak menoleh. Eja langsung menegakkan punggung yang tadinya dalam posisi peregangan.
"Mau lawan Aji."
"Lawan apa?"
Aji menunjuk piring di atas meja makan. Satu butir telur balado yang dimasaknya satu jam lalu.
"Apa pun yang terjadi, Aji nggak mau nyerah!"
"Apalagi gue! Siap-siap menangisi telor balado ibu!"
Yang terjadi selanjutnya kedua anaknya itu berdiri berhadapan, tangan kanan terkepal di samping tubuh dengan mata yang saling menatap tajam.
"Udah-."
"Nggak, Bu! Aji akan berjuang sampai titik darah penghabisan!" ujar Aji menyela ucapannya.
Eja terkekeh mengejek. "Sampai tetes terakhir bumbu balado itu bakalan jadi milik gue!"
"Tapi, itu-."
"Ibu pasti apal, anak ibu paling ganteng ini punya mental pejuang! Sesuatu yang berharga kayak telor balado patut diperjuangkan!"
Bu Rudi mengangguk mendengar ucapan Eja. "Iya sih, telor sekilo udah 28 ribu."
"Batu! Gunting! Kertas!"
Suasana itu berubah mencekam dalam tiga detik dan di detik berikutnya Eja bersorak kegirangan sambil menyeruak ke arahnya, memeluknya erat seolah baru saja dapat uang kaget.
"YESSSS!"
Sedangkan anak bungsunya langsung terkulai lemas di lantai, rambutnya yang udah mulai panjang menutupi dahi.
"Aku kalah!"
"Aku pulanggggggg! Tanpa dendammmmmm! Ku terimaaaaaaa telor balaaaa-dooo kuuuuuu!" Suara merdu Eja memecah kesedihan Aji, anaknya yang itu langsung merengek ke arahnya.
"Bu! Lihat bang Eja! Dia udah makan tiga!"
"Baru dua!"
"Tambah itu!" Aji menunjuk telor yang kini udah berpindah ke piring milik Eja.
Eja tersenyum lebar dengan bangga sambil hendak menyuap nasi beseeta telur hasil kemenangannya itu ke mulut. "Selamat makan!"
Bibir Aji mencebik. Ditatapnya sang ibu dengan pandangan memelas.
"Kalian apaan sih, bikin ibu malu aja! Kayak nggak pernah dikasih makan!" omel Bu Rudi gemas melihat tingkah dua pangerannya.
"Itu di belakang masih ada! Telor aja rebutan! Hih! Sebel ibu!" ujarnya lagi sebelum meninggalkan kedua anaknya menuju ruang keluarga, sinetron favoritnya udah mulai.
Mata Aji langsung membulat, raut kesedihan di wajahnya sirna. Buru-buru disahutnya piring miliknya di atas meja makan lalu berlari ke dapur.
"AJI AMBILIN GUE SATU LAGI!"
"NGGAK MAU! AMBIL SENDIRI!"
"AMBILIN ATAU GUE BILANGIN IBU!"
"BILANGIN AJA!"
"BU! AJI UDAH PUNYA PACAR! NAMANYA NENG GALON!"
"BANG EJAAAAAAAAAAAAAA!"
•×•
Young K Day6, sebagai
Bramuda Syahreza Darmawan
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Cinta
Fanfiction"Tetap menyerah! Jangan semangat!" Sebuah fanfiksi Stray Kids dengan tokoh lokal rekaan @eskalokal di twitter. Perkara Cinta Elok Puspa | April 2020 Credit photo from Pinterest