Martabak Rindu

320 83 24
                                    

Perkara Cinta ; Martabak Rindu










"Kok nggak bilang mau ke sini?"

Kirino nyengir, tubuhnya dihempaskan di atas kursi kayu teras. "Sekalian lewat."

"Emang dari mana?"

"Dari rumah Aji."

"Rumah Aji jauh kali!"

Tawa kecil lolos dari celah bibir Kirino, tangannya sibuk membuka bungkus plastik martabak keju susu kesukaan pacarnya itu di atas meja.

"Kan aku mau diet, kenapa bawain martabak?"

"Karena aku kangen."

Ai mendengus. "Apa hubungannya?"

"Nggak ada. Cuma mau bilang kangen aja."

"Aku nggak kangen."

"Aku nggak nanya."

Bibir Ai seketika mengerucut. Tangannya mengambil sepotong martabak bangka topping keju yang pasti dibeli di perempatan nggak jauh dari perumahannya.

"Kamu katanya sibuk."

"Nggak jadi."

"Kok nggak jadi?"

"Nggak jadi lah, soalnya pacar ku bilang lagi bete dan sendirian di rumah."

Ai seketika bangkit berdiri. "Mending kamu pulang deh, Mas, eneg banget digombalin terus."

Tawa Kirino kembali lolos, kedua matanya menatap sang kekasih dengan pandangan lembut, melihat jejak-jejak lelah di wajah jelita itu.

"Aku baru beliin rumah-rumahan buat ayam bebek angsa."

"Oh ya?! Jadi yang mana? Yang waktu itu kamu bilang bukan? Yang pertama?" cerocos Ai yang kembali duduk dengan tubuh condong ke arah Kirino.

"Lockscreennya masih itu."

Kirino mengangguk, lockscreennya masih sama, masih foto Ai dan tiga kucing peliharaannya. "Iya, cantik."

Ai terkekeh dengan pipi merona malu karena tersipu oleh pujian Kirino. Pujian sederhana yang terdengar tulus, yang selalu berhasil membuat kupu-kupu imajinatif dalam perutnya berterbangan ke segala arah.

"Itu bukan rumah kali!" sembur Ai melihat foto yang ditunjukan Kirino.

"Ini tiangnya dulu. Sama tempat makanan. Nyicil gitu kayak KPR," jelas Kirino dengan tawa.

Ai mendecak, punggungnya kembali menyandar pada kursi. "Kirain kamu beli yang rumah-rumahan kayak punya Raditya Dika."

"Pengen sih, tapi harus minjem duit dulu ke Ical atau Bang Bayu."

"Mahal ya?"

"Lumayan." Kirino ikut menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap langit malam di kejauhan.

"Yaudah nggak usah. Lagian aku yakin ayam bebek angsa lebih suka makanan enak."

"Kayak kamu ya?"

"Iya. Aku suka makanan enak. Kamu juga kan pasti?"

Kirino geleng-geleng kepala.

"Bohong banget!"

"Aku sukanya kamu."

Ai menelan martabak dalam mulutnya dengan mata membulat.

"Awas keselek," ujar Kirino dengan senyum tertahan yang jelas lebih kelihatan ngeledek.

Perkara CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang