Perkara Cinta ; Siomay Sebelah Tangan
Bang Oji
Udah di blok FAji nyengir membaca sebaris pesan yang baru masuk ke ponselnya lalu menyahut kunci motor dari atas meja. Setelah mengunci rumah, ia melesatkan motor beatnya ke lokasi Bang Oji dan gerobak siomaynya berada.
"Kurasa ku tlah jatuh cintaaaa, pada pandangan yang pertamaaaa."
Aji terkekeh selesai menyenandungkan sebait lirik lagu RAN itu. Aji nggak tau apa yang membuatnya mendadak bahagia sore ini, keberadaan Bang Oji yang masih belum jauh dari rumah saat ia benar-benar pengin makan siomay atau chat dari cewek yupi yang menanyakan apa tukang siomay langganannya itu sudah lewat.
"Timingnya bisa pas gitu."
Senyum Aji merekah lebar begitu dilihatnya gerobak warna coklat dengan Bang Oji yang berdiri di sebelahnya sedang memotong siomay.
"BANG OJI!"
"Astagfirulloh! Ngagetin aja nih bocah!"
"Yaelah lebay, lagian serius amat motong siomay doang." Aji memutar kunci motor dan menurunkan standar tanpa turun dari motor.
"Kalo nggak serius, nih jari kepotong, Ji."
"Jiakhhh, jadi siomay jari dong!" seru Aji dengan tawa.
"Biasa nih?" tanya Bang Oji begitu menyelesaikan pesanan seorang anak kecil.
Aji mengangguk. "Bikin dua yak!"
"Okee!"
"EHHH! Bentar!"
Bang Oji batal menusuk gulungan kol kukus. "Apaan lagi?"
"Yang satu kayak biasa, yang satu lagi isi siomay tujuh ribu, kol satu, kentang satu, sama telor tahu dikit aja. Pokoknya pas-in jadi sepuluh ribu."
"Tumben. Buat Bang Eja ini?"
Aji geleng-geleng. "Bang Eja masih di Singapur."
"Ngapain?"
"Gantiin patung singa di sana."
"Yang bener?!"
Aji terbahak. "Ya nggak lah!"
"Ah, bercanda aja luh! Manggung ya di sana? Bikin lagu?"
"Iya, biasa lah. Kerjaan Bang Eja kan-," suara Aji perlahan menghilang. Apa yang dilihatnya sepuluh meter di depan cukup untuk memadamkan antusias dalam suaranya.
Aji mengedip berulang kali, berharap apa yang dilihatnya bukan kenyataan tapi sebanyak apa pun penyangkalan itu yang muncul di benaknya hanya runtutan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawab secepatnya. Pertanyaan-pertanyaan yang kemudian membawanya pada satu kesimpulan mutlak.
Cintanya bertepuk sebelah tangan.
"Udah belom?"
"Buru-buru?"
Aji mengangguk cepat, mengalihkan tatapan matanya dari sepasang mata yang memergokinya dari jarak sepuluh meter di depan sana. Di depan sebuah rumah pagar hitam yang terparkir motor dengan seorang laki-laki yang dikenalnya.
"Tuh kan bener Aji!"
Kemunculan wajah jelita serta suara yang menyebut namanya itu nggak lagi membawa gelenyar bahagia pada hati Aji karena sejak semenit lalu hatinya telah patah, dipathkan oleh orang yang sama yang kini tersenyum padanya.
"Eh iya, hai!"
"Lo kenapa nggak bales chat gue?"
"Oh iya, sorry, gue langsung chat Bang Oji tadi," bohongnya dengan senyum masam.
Nggak mungkin Aji bilang yang sebenarnya kalau ia datang ke sini untuk membelikan siomay dengan porsi yang lebih besar untuk cewek itu dan malah berbuah patah hati.
"Bang, kok jarang lewat sini sih?"
Aji menarik plastik yang disodorkan Bang Oji lalu menggantinya dengan selembar uang pecahan dua puluh ribu.
"Biasanya udah abis duluan, Neng. Ini karena masih ada bisa muter sampe sini."
"Saya minta nomor Bang Oji ke Aji belum dikasih."
Aji selesai mengaitkan helm ketika Bang Oji dan cewek yupi itu menatapnya.
"Minta langsung aja, kan udah ketemu."
"Ji, nggak ada recehan?" tanya Bang Oji mengubek-ubek laci berisi uang di gerobaknya.
"Nggak usah, buat besok aja atau buat dia aja tuh, lumayan tiga ribu."
"Hah?! Kok gue?!"
"Nggak pa-pa, traktiran dari gue," ujar Aji dengan senyum tipis sebelum kemudian menstarter motor.
"Duluan ya. Makasih, Bang," pamitnya lalu memutar ke arah semula, juga memutar perasaannya yang baru saja tumbuh dengan kuncup bunga yang hampir merekah, yang sayangnya harus dipangkas karena lebah yang diharapkan membantu penyerbukan sudah memilih bunga yang lain.
Motor beat Aji terus melaju, melewati blok-blok komplek sampai jalan raya besar yang biasanya selalu Aji hindari karena terlalu macet, tapi hari ini Aji butuh itu. Aji butuh kemacetan untuk menyamarkan patahan hati yang terllau tiba-tiba, Aji butuh bisingnya suara jalanan yang beradu dengan klakson motor dan mobil yang bersahut-sahutan di lampu merah untuk memenuhi telinganya.
Aji butuh keramaian untuk melupakan semuanya.
•×•
Welcoming Aji galau era *tepuk tangan*
Terimakasih semuanya yang udah bersabar dan yang penasaran gimana kisah lanjutan Aji dengan Neng Yupi yang ah sudah lah
Yang mau menyemangati Aji boleh banget ya! Boleh dilempar cinta kasih serta pelukan untuk Aji yang sedang berduka karena hatinya patah dan harapannya yang dipaksa padam jiakhhhh
Makasih untuk vote dan komennya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Cinta
Fanfiction"Tetap menyerah! Jangan semangat!" Sebuah fanfiksi Stray Kids dengan tokoh lokal rekaan @eskalokal di twitter. Perkara Cinta Elok Puspa | April 2020 Credit photo from Pinterest