Perkara Cinta ; Brownies Kacang Felix
Mini Cooper warna merah mentereng itu parkir di pinggir jalanan lengang yang nggak jauh dari jalan raya utama. Suara kereta commuter terdengar samar berpadu dengan riuhnya klakson kendaraan ibu kota. Minggu siang yang sibuk.
Felix mengecek ponselnya sekali lagi. Belum ada tanda-tanda pesannya akan dibalas, padahal saat ini petuah bijak yang paling ia butuhkan. Kedua mata cemerlangnya berhenti pada paper bag warna coklat berisi brownies buatannya.
"It's not big deal, right? It's gonna be okay," ucapnya pada dirinya sendiri entah untuk yang ke berapa kalinya.
Kata-kata yang sayangnya belum cukup membuat rasa percaya dirinya tumbuh. Felix menyugar rambutnya yang mulai panjang itu dengan jari-jarinya. Tatapannya beralih pada kafe kecil di seberang jalan. Seorang pelanggan baru saja keluar dari pintu berwarna kuning itu, bayangan seorang perempuan yang bolak-balik membawa nampan kayu terlihat melalui jendela kaca kafe.
Senyum Felix terbit. Ada perasaan yang nggak bisa dijelaskan, perasaan yang muncul tanpa aba-aba, perasaan yang sampai saat ini ia sendiri bingung akan menyebutnya apa. Perasaan yang pada akhirnya membuat Felix menyerah pada rasa takutnya dan memutuskan untuk membuka pintu Mini Cooper merahnya.
Kaki berbalut Vans hitamnya melangkah ringan menyebrangi jalan menuju kafe yang sejak dua tahun terakhir selalu ia sambangi, seenggaknya dua minggu sekali. Iya, sesering itu sampai ia hafal satu senyuman cantik yang akan menyapanya begitu ia membuka pintu warna kuning di depannya ini.
"I know it's you, welcome!" sapa satu suara begitu ia melangkahkan kaki ke dalam kafe, diikuti suara gonggongan anjing-anjing dari bagian dalam kafe.
Senyuman Felix mengembang. "How do you know?"
Perempuan di depannya ini melebarkan senyumnya. "Aku lihat mobil kamu tadi."
Felix menoleh ke luar jendela besar dan mendapati mobilnya terlihat mencolok diantara mobil-mobil lain. "Oh iya."
"Kiel kangen kamu kayaknya, dia kalo sore suka lihatin parkiran."
Kepala Felix refleks menoleh ke bagian dalam kafe, lagi-lagi ia tersenyum dan dengan bersemangat menyongsong sesosok anjing warna putih berbulu yang sejak tadi menatapnya dari pagar pembatas kecil yang memisahkan antara dua bagian kafe ini.
"My friend, Kiel!" Felix mengangkat tubuh anjing mungil itu lalu memeluknya singkat. "Miss me, buddy? I miss you too!"
Pagar kecil di depannya bergerak, Felix menoleh menatap perempuan itu yang langsung mendorongnya masuk ke bagian dalam. Anjing-anjing lain ikut menyambutnya dengan gonggongan ramai. Beberapa anjing bahkan berputar-putar di kakinya.
Felix tergelak. Merasa senang sekaligus geli, sedangkan Kiel, anjing jenis poodle warna putih di pelukannya sudah menempelkan wajahnya di lengan.
"Sini aku bawa Kiel," tawar perempuan yang mengenakan celemek warna kuning dengan bordir anjing dan nama kafe di depannya itu padanya.
"No. It's okay. Aku cuma sebentar aja kok ke sini."
Perempuan itu mengangguk. Beberapa helai rambutnya yang diselipkan di belakang telinga menutupi sebagian pipinya. "Abis dari gereja?"
Felix mengangguk. "Tumben sendirian."
"Sebentar lagi, Rangga ke sini kok," jawab perempuan itu sumringah.
Senyum Felix lenyap. Gerakan kepala Kiel di pundaknya nggak bisa menenangkan hatinya yang bergejolak. "Oh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Cinta
Fanfiction"Tetap menyerah! Jangan semangat!" Sebuah fanfiksi Stray Kids dengan tokoh lokal rekaan @eskalokal di twitter. Perkara Cinta Elok Puspa | April 2020 Credit photo from Pinterest