Nasi Goreng

390 119 13
                                    

Perkara Cinta ; Nasi Goreng


Haris menatap kotak bekal bergambar tayo warna biru di tangannya dengan kening berkerut.

"Punya siapa?"

Haris berjenggit mendengar suara itu tiba-tiba ada di belakangnya, diikuti tatapan penuh selidik dari ayahnya yang sedang menggendong Kita -anjingnya-.

"Nggak tau, Yah, Abang gojeknya cuma bilang buat Haris," jawabnya mengingat ucapan Abang ojek pengantar kotak bekal tayo ini.

"Dari pacar kamu?"

Benar juga! Kenapa dia nggak kepikiran itu ya.

"Bentar, Haris tanya." Kakinya bergerak menuju tangga untuk ke kamarnya di lantai dua.

"Kapan kenalin pacarnya ke sini?"

"Kan udah pernah, dulu," ujar Haris dari tengah tangga.

"Udah lupa Ayah."

Haris terkekeh. "Ntar Haris tanyain sekalian."

Begitu ayahnya mengangguk, Haris mempercepat langkahnya menuju kamar. Nada dering telepon terdengar dan nggak lama suara merdu itu memenuhi kamarnya karena setelan loud speaker yang ia tekan.

"Tik?"

"Ya?"

"Lagi ngapain?"

"Tadi kan udah dijawab?"

"Masa sih? Emang gue udah nanya?"

Haris senyum-senyum duduk di meja belajar sambil membuka kotak bekal tayo yang ternyata berisi nasi goreng.

"Udahhhh."

"Oohh." Haris mengangguk-angguk seolah pacarnya di seberang telepon itu bisa melihatnya. "Tik, lo ngirim nasi goreng ya?"

"Hah? Nasi goreng apaan?"

"Nasi goreng di kotak bekel tayo warna biru."

"Nggak. Gue nggak bikin nasi goreng hari ini."

Kening Haris kembali berkerut, matanya bergerak ke sana kemari mencoba menebak siapa pengirim nasi goreng ini.

"Oh, bukan lo ya berarti."

"Hmm."

"Oh ya, Tik, weekend depan ada waktu nggak?"

"Ada kok. Kenapa?"

"Ayah mau ketemu."

Nggak ada jawaban di tiga detik setelah Haris menyampaikan pesan ayahnya, yang ada hanya suara benda jatuh yang cukup keras diikuti rintihan melengking.

"Tik?"

"Eh-eh, sorry, kaget gue."

"Lo jatuh?"

Perkara CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang