Hujan membasahi teras restoran. Dengan tergesa-gesa Saga berlari dari mobilnya menuju restoran. Blazer dan rambutnya sedikit basah. Ia mengacak-acak rambut untuk mengeringkannya. Ia melihat Lena yang tengah memajang papan menu di depan jendela restoran. Gadis itu terkejut melihat kedatangan Saga."P-pagi, Pak Bos." Lena menundukkan kepalanya.
"Pagi."
"Saya kira Pak Bos sudah di dalam ruangan Pak Bos."
"Tadi saya sarapan di luar, belum ada orang di dapur." Ia melirik papan menu. "Kenapa menu yang dipromosiin belum diganti? Sama kayak kemarin."
"Oh, ini... Beatrice hari ini libur, Pak. Jadi nggak ada yang gambar."
Saga mendengus. "Jawabannya kok nggak masuk akal?" Saga menurunkan papan menu. "Nggak usah dipajang kalau begitu. Semua menu diskon 20% dengan pembayaran apapun khusus untuk hari ini. Kamu promosiin di media sosial."
Dalam beberapa detik Lena terkejut, kemudian ia mengangguk. "Baik, Pak." Ia bergegas masuk ke dalam restoran.
"Lena?"
Lena berhenti dan segera berbalik. "Ya, Pak?"
Saga merogoh saku jeansnya lalu memberikan Lena sesuatu. "Ini."
"Ya?" Gadis itu terlihat bingung. "Buat saya, Pak?"
"Ya buat kamu, masa buat kakek saya. Tadi di mini market ada cokelat beli satu gratis satu." Saga memberi kode pada Lena untuk menerimanya. "Kerja yang benar!" perintahnya dengan ekspresi datar.
Lena tersenyum sumringah. "Makasih, Pak." Ia mengangguk beberapa kali sembari menggenggam cokelat pemberian Saga. "Mulai hari ini saya bakal kerja dengan benar, lebih baik lagi. Makasih, Pak Bos!" Lena berlari ke dalam restoran sembari berteriak senang.
"Hah..." Saga menggaruk belakang lehernya. Ia mengeluarkan satu buah cokelat dari saku jeansnya. Menatap cokelat itu dalam beberapa detik lalu memasukkan kembali cokelat batang itu ke dalam saku lalu membawa masuk papan menu ke dalam restoran.
☆★☆
Beatrice mengabaikan sepatu ketsnya yang kotor karena tanah yang basah. Ia tetap berjalan menuju sebuah tempat yang selalu ia datangi di tanggal itu. Dengan seikat bunga Lily berwarna putih bersih, Beatrice menutupi rasa sedihnya dengan sebuah senyuman. Ia berhenti melangkah.
"Mia, gue datang lagi." Beatrice berjongkok, membersihkan gundukan tanah yang ditutupi oleh rumput hijau itu dari dedaunan yang rontok. "Sori, kali ini gue datangnya siangan. Pagi ini hujan, deras banget." Beatrice meletakkan bunga di atas makam Mia. "Selamat ulang tahun. Gue nggak bawa es krim pisang kesukaan lo. Nggak baik hujan-hujan gini makan es." Beatrice tertawa pelan. "By the way, gue dapat kerja di tempat baru," cerita Beatrice sembari mengeringkan nisan Mia dengan tisu. "Gue ketemu Kak Donald lagi. Tapi dia bukan Kak Donald yang kita kenal dulu. Sekarang dia galak banget, kayak induknya anjing di sekoah kita dulu, si Molly."
Senyuman Beatrice sirnah ketika ia kembali melihat foto Mia yang sedang tersenyum di batu nisannya. Air mata menggenang. Gadis itu menunduk, menutupi air matanya yang kembali menetes. Dadanya kembali terasa sesak. Ia menepuk dadanya beberapa kali. Sudah lebih dari sepuluh tahun tetapi Beatrice masih belum bisa menerima kepergian Mia. Gadis itu sudah seperti saudara kandung bagi Beatrice. Dan sampai saat ini, Beatrice masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden tragis yang sudah merenggut nyawa Mia saat itu.
☆★☆
Kening Saga mengerut melihat beberapa hidangan yang disiapkan oleh Darwin dan Hata. Saga merasa Darwin memiliki selera yang berbeda dibanding Hata. Ia menatap dua orang yang kini terlihat tegang dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OK BOSS!
RomanceSiapa bilang punya bos temperamental bikin pegawainya makan hati? Buktinya, Beatrice dan kawan-kawan justru yang selalu bikin bos mereka pusing setengah mati. Beatricia Analemma (Beatrice) Donald Sagara (Saga)