Hal yang paling menyenangkan bagi sebagian orang di muka bumi ini adalah bermalas-malasan di atas tempat tidur. Bagi Saga yang seorang workaholic pun, berguling-guling di tempat tidur di saat hujan deras turun adalah sebuah kenikmatan tersendiri yang tidak bisa diganggu gugat. Meski jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, Saga masih tidak memiliki gairah untuk menurunkan kakinya ke lantai."Saga?" panggil Kakeknya dari balik pintu kamar. "Kamu sudah bangun? Bu Sari sudah siapkan sarapan."
Saga melirik pintu kamarnya. "Iya, nanti Saga keluar, Kek."
Saga mendengar langkah Kakeknya yang menjauhi kamar. Ia berusaha mengumpulkan tenaga untuk bangkit. Saga kembali memeriksa ponselnya. Ashley masih belum membalas satu pun pesannya. Menghubunginya pun tidak sama sekali. Saga tertunduk lemas. Cintanya mulai diabaikan.
Sembari menuruni tangga, Saga kembali mengirim pesan untuk Ashley. Perkara gadis itu akan membalasnya atau tidak, itu urusan belakangan. Saga hanya ingin Ashley tahu bahwa ia masih mencintai gadis itu dan sama sekali tidak berniat untuk melepaskannya. Saga hanya meminta waktu sedikit lagi, setelah itu ia akan melamar Ashley.
"Kenapa kamu belum siap-siap?" tanya Kakeknya saat Saga menarik kursi makan yang bersebrangan dengan Kakeknya.
"Saga mau ke suatu tempat dulu, Kek."
"Hm. Ashley?"
Saga mengangkat kepalanya. Sedari dulu Kakeknya tidak pernah melarang Saga untuk berhubungan dengan wanita manapun, termasuk Ashley. Hanya saja Saga sudah sejak lama mengamati bahwa Kakeknya kurang simpatik dengan gadisnya. Meski tidak pernah berkata buruk tentang Ashley, namun Kakeknya akan selau memilih untuk kembali ke kamar atau ruang kerja jika Ashley datang berkunjung.
"Saga. Kamu kenal Nenekmu seperti apa?"
"Eum... Nenek galak sama Kakek."
Kakeknya mengangguk. "Tahu karena apa? Karena dia posesif. Tapi pernah, suatu hari dia bilang kalau dia nggak mau terima lamaran Kakek."
"Kenapa?" tanya Saga seraya mengambil cangkir kopinya. "Kakek player ya?"
Kakeknya tersenyum. "Dia takut Kakek nggak bisa bertahan dengan dia yang seorang posesif. Dia takut suatu hari nanti Kakek lelah dan pergi meninggalkan dia dan anak kami nantinya." Kakeknya menatap lurus kedua mata Saga. "Karena itu Kakek sempat pisah dengan Nenekmu sebelum akhirnya Kakek sadar dan melamar dia untuk kedua kalinya. Butuh satu tahun bagi Kakek untuk yakin pada diri sendiri kalau Nenekmu lah yang hanya di hati Kakek, nggak bisa diganti oleh teman wanita Kakek mana pun."
"Tunggu. Maksud Kakek, Kakek mau Saga untuk belajar kayak Kakek?"
"Dari gelagat kamu sejak kemarin, kayaknya Ashley sedang bimbang." Kakeknya meletakkan sendok di piring. Ia melipat lengannya di atas meja makan, lalu tersenyum pada Saga. "Kalau kamu yakin kamu sayang sama dia, kamu mau berjuang untuk dia, kamu harus kasih ruang untuknya. Biarkan dia berpikir dan mengerti hubungan kalian. Tali merah tidak akan putus jika Tuhan sudah mengikatnya menjadi satu."
Saga tidak yakin dengan usulan Kakeknya. Ia tidak pernah ragu dengan perasaannya pada Ashley. Ia bahkan tidak pernah berpikir akan ada wanita lain yang bisa menyingkirkan posisi Ashley di hatinya. Perkara hubungan mereka sedang dalam kondisi memprihatinkan atau tidak, Saga tetap yakin Ashley akan menunggunya.
"Tapi kalau kamu nggak mau menunggu, ya nggak masalah." Kakeknya kembali mengoleskan madu di atas roti gandum. "Nggak ada salahnya menunggu, tapi nggak ada salahnya juga untuk lebih dulu bertindak." Ia mengunyah roti kesukaannya itu sembari menikmati rasa madu yang lumer di lidahnya. "Ah, Dave sebentar lagi pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
OK BOSS!
RomanceSiapa bilang punya bos temperamental bikin pegawainya makan hati? Buktinya, Beatrice dan kawan-kawan justru yang selalu bikin bos mereka pusing setengah mati. Beatricia Analemma (Beatrice) Donald Sagara (Saga)