Seorang laki-laki berlari di lorong rumah sakit. Beatrice dengan gugup menatap pintu ruang observasi. Laki-laki itu membungkuk sekali pada Saga. Tidak bisa ditutupi raut wajah panik serta keringat bercucuran di kening laki-laki yang masih mengenakan kemeja dan dasi hitam itu.Saga menepuk bahu laki-laki itu. "Mereka bilang masih harus diobservasi menunggu pembukaan sepuluh. Sejauh ini kondisinya stabil."
Laki-laki itu menelan saliva setelah bernapas lega. "Saya sudah suruh dia untuk nggak kerja dua hari ini. Tapi dia maksa untuk dampingi Pak Saga."
"Saya juga sudah melarang dia kemarin. Dia bilang dia mau dampingi saya sampai persentasi saya selesai lusa. Tapi sepertinya anak kalian nggak sabaran." Saga tersenyum. "Silahkan. Hanya suaminya yang boleh masuk."
"Terimakasih, Pak. Terimakasih." Laki-laki itu meremas tangan Saga sesaat. Ia pun berjalan menuju ruang observasi saat seorang nakes keluar dari ruangan tersebut.
"Akhirnya." Saga bernapas lega. Ia melonggarkan dasi kemudian melirik Beatrice. "Yuk!"
Beatrice mengekori Saga yang membawanya keluar dari rumah sakit. Gadis itu menyunggingkan sedikit senyuman. Pagi itu ia melihat bagaimana Saga yang panik membawa sekretarisnya ke rumah sakit, menyetir secepat mungkin, hingga menghubungi suami dari sekretarisnya dan mencoba untuk bicara bahwa semuanya baik-baik saja. Ia terlihat seperti suami siaga di momen seperti itu.
Mereka berhenti di depan mobil Saga. "Kamu kenapa ada di kantor saya?"
"Ah!" Beatrice tersadar. "Ini." Ia mengangkat tas bekal yang masih ditentengnya. "Mas Darwin buatin sarapan."
"Tjk! Sudah nggak sempat," kata Saga saat melihat jam tangannya menunjukkan hampir pukul sepuluh pagi. "Saya ada meeting jam sebelas." Ia masuk ke dalam mobil.
"Lho?" Beatrice mengikutinya. Ia duduk di samping Saga. "Tapi sarapan dulu, Kak. Nanti sakit. Aku yang nyetir deh."
"Kamu punya SIM?"
"Nggak."
Saga menggeleng. "Bahaya." Ia memasang sabuk pengaman.
"Tapi Mas Darwin sudah masakin lho, hargain sedikit dong. Lagian Kak Saga sendiri yang minta dibuatin sarapan. Ish..."
Saga melirik Beatrice yang mencibirnya. "Ya sudah. Nanti setelah meeting."
"Ih, siang banget. Sekarang aja." Beatrice membuka kotak makan selagi Saga mulai menjalankan mobil. "Wah, nasi goreng sama ada katsu nih. Luar biasa Mas Darwin, pagi-pagi rajin banget. Belum lagi bikin sarapan untuk kita di Pavlova." Ia menyendokkan nasi dan mengarahkan pada Saga. "Aa..."
Saga menghindar. "Nanti, di kantor."
"Nggak. Sekarang. Ayo, aa..."
Lagi, Saga berdecak kesal. Mau tidak mau ia membuka mulutnya.
"Yang lebar dong, nggak muat."
"Eish..." Saga melebarkan mulutnya lalu menerima suapan pertama dari Beatrice.
"Nah, gitu." Beatrice tersenyum puas. "Ini, katsunya. Aa..." Ia memamerkan deretan gigi putihnya. "Kalau dari tadi nurut kan nggak perlu aku paksa."
Saga menatapnya sinis. "Tapi sebagai gantinya kamu harus lakuin sesuatu buat saya."
"Hm? Apa tuh?"
☆☆☆
Beatrice berkali-kali menarik ujung lengan kemeja Saga selama mereka berjalan di lorong menuju lift. Saga mengabaikannya dan menegaskan bahwa Beatrice harus mengikuti perintahnya. Pintu lift terbuka tanpa ada seorang pun di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OK BOSS!
RomanceSiapa bilang punya bos temperamental bikin pegawainya makan hati? Buktinya, Beatrice dan kawan-kawan justru yang selalu bikin bos mereka pusing setengah mati. Beatricia Analemma (Beatrice) Donald Sagara (Saga)