BAB 13

566 92 3
                                    


Beatrice menatap tangan Saga yang menariknya cukup kasar. Meski di dalam hatinya melawan, Beatrice tetap mengikuti langkah Saga yang membawanya keluar dari restoran. Saga berhenti tidak jauh dari pintu masuk restoran.

"Kamu ngapain sih tadi sama Dave?"

Beatrice mengerutkan kening mendengar pertanyaan Saga yang terdengar posesif. "Kami mau makan."

"Harus pakai acara dekat kayak gitu ya? Pakai acara terima cincin dari Dave segala? Kamu paham nggak sih dia orang yang kayak apa?"

"Kayak apa yang Kak Saga maksud itu apa? Maksudku... tunggu, Dave nggak kayak gitu, Kak. Dave bukan seperti yang sebelumnya kita bayangin."

"Dia mainin banyak perempuan selama ini. Kamu kenapa sih nggak bisa bedain orang benar atau nggak?"

"Aku?" Beatrice mendengus. Ia tertawa pelan. Ia tidak ingin berdebat. "Terserahlah. Aku nggak berhak buat ikut campur urusan keluarga kalian. Lebih baik kalian ngobrol berdua. Itu masalah kalian." Beatrice memaksa untuk melepaskan tangannya namun Saga menolak dengan cara mempererat genggamannya. Gadis itu berdecak kesal. "Kak..."

"Saga." Suara Ashley terdengar dari seberang.

Beatrice dan Saga menoleh bersamaan. Melihat Ashley berjalan menuju mereka sembari tersenyum, Beatrice menarik tangannya lepas dari Saga. "Urus itu pacarmu, jangan orang lain," ucap Beatrice kesal dengan intonasi pelan. Ia kembali ke dalam restoran.

Mereka berakhir dengan makan siang bersama. Meski Saga dan Ashley berada di satu meja, namun Saga tiada hentinya mengawasi Dave yang terlihat bingung dengan perubahan sikap Beatrice.

"Bi, atmosfernya beda. Tadi ngobrol apa kalian di luar?"

"Nggak ada, Dave. Habisin makanannya. Gue sudah kenyang. Mau cepat-cepat pulang."

Dave melihat makanan yang mereka pesan. Ternyata temannya benar, tempat itu hanya cocok untuk orang yang benar-benar lapar. Dave dan Beatrice menyisakan makanan meski hanya sedikit.

"Sisanya bisa dibawa pulang nggak ya?"

"Lo mau makan di rumah?"

Dave menggeleng. "Di rumah kan ada yang masak. Ya buat makan malam lo dong."

"Nggak usah. Gue sudah kenyang. Bisa sampai besok pagi, mungkin." Beatrice memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. "Gue ke kasir dulu." Ia bangkit berdiri lalu berjalan ke kasir tanpa mempedulikan Saga dan pasangannya.

"Eh, eh, jangan! Gue aja yang bayar." Dave mengejar Beatrice hingga menyalip gadis itu di meja kasir.

Sementara Saga memperhatikan mereka dengan memicingkan sebelah matanya. Ia mengamati tingkah Dave yang seolah ingin terlihat bertanggung jawab sebagai seorang laki-laki. Entah apa yang Dave katakan pada Beatrice hingga membuat Beatrice yang semula cemberut kini tersenyum pada Dave, bahkan tertawa pada laki-laki yang kemudian merangkulnya begitu akrab. Tanpa sadar, Saga menggigit kesal daging ayam di garpunya.

"Kenapa, Ga? Keras ayamnya?" tanya Ashely.

Saga menggeleng. "Aku kenyang. Kamu nanti balik kantor sendiri dulu ya, aku harus ke kantor ngurusin project baru."

Gadisnya hanya tersenyum sembari mengangguk.

☆☆☆

Sesampainya di rumah, Dave beruntung hujan hanya sedikit membasahi tubuhnya. Ia berlari terburu-buru menuju rumah. Dibukanya pintu cokelat rumah besar itu. Sudah pukul sepuluh malam. Setelah mengantar Beatrice pulang, Dave mampir sebentar ke Pavlova untuk menemui Saga namun ia tidak berhasil menemui kakaknya. Ia menunggu hingga ia memutuskan untuk pulang satu jam yang lalu.

OK BOSS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang