Beatrice menatap kalender di rumah makan sederhana milik keluarganya. Sembari mengelap meja, Beatrice menghitung hari dalam hati. Sudah hampir dua minggu sejak terakhir kali ia bertemu dengan Saga. Beatrice belum menerima kabar namun tidak juga ingin mengganggu kegiatan Saga. Meski begitu, Beatrice tetap saja kesal pada dirinya sendiri yang tidak memiliki ketegasan sejak awal. Ia menunduk. "Seandainya gue langsung kasih jawaban.""Bi!" Teriak Brian dari luar. "Siapin minuman dingin dong."
"Heum." Beatrice berjalan lemas menuju dapur.
"Dua ya," tambah Brian. "Masuk, Ga."
Beatrice membeku saat mendengar kalimat Brian. Dengan ragu ia berbalik. Kedua matanya membulat melihat Brian asik mengobrol dengan Saga. "Kak ... Saga?" Suara Beatrice begitu pelan. Orang yang dirindukannya berdiri di depan matanya. Ia hampir tidak percaya. Bahkan ia hanya bisa melongo melihat Saga tersenyum padanya.
"Bi?" Brian menepuk pipinya. "Hoi? Air. Minum. Dingin."
"Hah? O-oke." Beatrice berlari ke dapur.
☆☆☆
Brian melirik Beatrice yang duduk di sampingnya. Ia menyenggol lengan Beatrice. "Ngapain?"
"Hm? Kan ... kasih minuman dingin barusan."
"Iya. Minumannya sudah kita terima, terus kenapa kamu masih di sini? Mending bantu di dapur deh. Weekend gini bakal banyak pengunjung."
"Em. Masih sepi kok."
"Ya bantu apa, gitu. Cuci piring, siapin bahan makanan, check order dari ojol."
Beatrice menatap kesal Kakaknya. "Kenapa sih? Aku kan juga mau ikut ngobrol."
"Astaga ... Ga, dia emang gini ya di Pavlova? Gaji buta?"
Saga hanya tertawa pelan, membuat wajah Beatrice memerah padam. "Nggak sih. Tapi dia emosian. Bosnya aja berani dicekik."
Brian melotot. "Wah, nggak benar nih anak." Brian memaksa Beatrice untuk pergi dan kembali ke dapur. "Sana, kita mau ngomongin hal yang nggak bisa cewek tahu."
"Ih!" Beatrice bangkit berdiri. "Hal apaan?"
Brian menggeleng. "Nggak sampai ke otak kamu. Sana."
Kepala Beatrice mulai panas. Ia berencana untuk mencuri waktu agar bisa memberikan isyarat pada Saga bahwa mereka harus bicara. Namun Brian secara tidak langsung menghambat rencananya. Ia terpaksa mengamati dari jauh dan menunggu waktu yang tepat.
☆☆☆
Dalam diam Beatrice hanya mampu menatap Saga yang sepertinya membicarakan hal serius dengan Brian. Tanpa ia sadari Ibunya sudah berada di sisinya, ikut mengamati Saga dari dapur.
"Kenapa sih?"
Beatrice terkejut menyadari kehadiran Ibunya. "Mama ngapain?"
"Kamu yang ngapain? Diam-diam ngelihatin Saga."
Kedua mata Beatrice melotot. "Mama kenal Kak Saga?"
"Ya kenal dong. Dia sudah beberapa kali ke sini sebelum kamu berhenti kerja di restorannya dia. Walaupun awalnya Mama nggak sadar kalau dia temannya Brian waktu kecil." Ibunya menyeringai pada Beatrice. "Dulu kamu suka kan sama dia?"
Beatrice hanya bisa memutar bola mata. Cinta monyetnya semasa kecil sudah menjadi konsumsi publik pada zamannya. "Kak Saga ngapain ke sini?"
"Itu." Ibunya menunjuk suaminya yang baru datang lalu duduk bergabung di meja Brian dan Saga. "Nah, mereka punya kerja sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
OK BOSS!
RomanceSiapa bilang punya bos temperamental bikin pegawainya makan hati? Buktinya, Beatrice dan kawan-kawan justru yang selalu bikin bos mereka pusing setengah mati. Beatricia Analemma (Beatrice) Donald Sagara (Saga)