003. BERTEMU

20 14 4
                                    

Happy Reading
🐻

Setelah mengisi daftar hadir perpustakaan, Rizky memilih untuk duduk terlebih dahulu. Azmi yang baru melihat beberapa buku yang menarik perhatiaannya, ia pun menghampiri lelaki berkulit tan itu.

"Kok lo malah duduk?" tanya Azmi ikut duduk.

Rizky menghela nafas sejenak seraya menatap balik sahabatnya. "Capek, Mi. Lumayan adem gini," jawabnya. Ia mulai menyandarakn dirinya pada kursi.

"Parah sih lo, kurangin BB lo," balas Azmi lalu berdiri dari duduknya.

Ia berjalan meninggalkan sahabatnya yang mulai memejamkan kedua mata. Hal itu membuat Azmi menggelengkan kepalanya.

Ia berhenti di depan rak berisikan buku geografi. Ia menarik satu buku lumayan tebal. Ia memilih secara random.

Lalu ia membuka buku tersebut dan membaca bagian daftar buku. Ia tak tertarik lalu meletakan kembali pada tempatnya.

Kemudian ia berpindah ke rak sebelahnya yang berisikan buku bahasa inggris. Ia tertarik dengan buku yang berada di rak bagian atas.

Ia dapat meraihnya karena tingginya mencapai 175 cm. Setelah mendapatkan buku tersebut, ia mulai membaca sebentar.

Namun, fokusnya teralihkan pada gadis yang sedang membaca sambil duduk di rak buku hadapannya. Ia melihatnya melalui celah sela pada rak buku. Ia seperti mengenali gadis itu.

Ia menatap begitu lekat gadis itu untuk memastikan bahwa ia tak salah orang. Tiba-tiba ia tersentak dengan tepukan pelan pada bahu kirinya.

"Bagus juga pilihan buku lo, Mi," ucap Rizky.

Azmi sedikit terkejut dengan perlakuan sahabatnya. "Iyalah," jawabnya agak gelapan.

Ia mencoba rileks dan menatap sahabatnya yang beralih menatap deretan buku di depannya. Ia bernafas lega.

"Lo juga harus baca buku ini. Biar otak lo gak lemot dan gak ngawur kalo ditanya sama Bu Windy," lanjutnya sudah tenang.

Bibir Rizky berkerut lalu berdesis pelan. "Tapi gue males. Lo ajarin gue gimana?" tanyanya.

Azmi memutar bola matanya malas. "Dih ogah. Lo belajar bareng si Danu aja," jawab Azmi seraya berjalan menuju bangku tak jauh darinya. Lalu ia mendudukan dirinya.

"Hih, yang ada ribut mulu ama tu bocah," balas Rizky masih melihat deretan buku di depannya.

"Terserah lo," ujar Azmi bodo amat.

Ia mulai membuka buku tersebut dan membacanya perlahan. Baru beberapa baris ia membaca isi buku tersebut, kedua matanya teralihkan oleh gadis yang ia lihat tadi.

Gadis itu sedang berjalan menuju pintu keluar. Hatinya menyuruhnya untuk mengejar gadis itu.

"Lo ajarin gue ya, Mi," pinta Rizky yang sudah mendudukan dirinya di bangku samping kanan Azmi.

"Nanti gue pikirin deh. Gue mau keluar bentar," balas Azmi cepat. Kedua matanya masih terfokuskan pada pintu keluar.

"Lo mau ke mana?" tanya Rizky masih menatap aneh lelaki di hadapannya.

Namun, Azmi dengan cepat berjalan keluar dari perpustakaan. Kepala Rizky menoleh ke arah pintu keluar.

Sahabatnya kembali meninggalkannya lagi. Padahal ia hanya meninggalkan lelaki itu sekali tadi saat masih di masjid.

Ia berdecak sebal. Ia pun memilih membaca buku yang diambil sahabatnya.

•••

Azmi terburu-buru memakai sepatunya. Lalu ia berlari menghampiri gadis itu.

"Tunggu! Hei!" teriak Azmi memanggil gadis yang masih berjalan santai.

Akhirnya gadis itu menghentikan langkahnya. Sepertinya ia merasa terganggu dengan teriakan tersebut.

Ia pun menolehkan kepalanya menatap ke belakang. Ia melihat seseorang berlari ke arahnya.

Azmi menghentikan laju kakinya. Nafasnya memburu, ia merasa capek. Ia melihat gadis di hadapannya yang menatapnya bingung.

"Hai," ucapnya lumayan gugup. Ia merasa bingung sekarang.

Tiba-tiba gadis itu kembali melanjutkan langkahnya. Mungkin merasa tak penting.

Dengan cepat Azmi meraih pergelangan tangan kanan gadis itu. "Eh eh, main kabur aja. Gue mau ngomong bentar," ucapnya.

Gadis itu pun menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya menghadap Azmi. Lalu ia melepas paksa cekalan pada tangannya. Azmi pun merasa bersalah akan hal itu lalu ia meminta maaf.

Gadis itu mendongakan kepalanya, menatap dingin pada Azmi. Ia menunggu.

Azmi merasa sangat canggung sekarang. Tak sadar ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Eeee ...." Ia merasa begitu gagu sekarang.

Dengan cepat ia menghela nafas cepat dan menarik tangannya agar tak menggaruk lagi. Ia mencoba tenang.

"Gue mau tanya. Lo yang kemarin nganter paket ke rumah gue 'kan?" tanyanya langsung.

Gadis itu mengalihkan pandangannya. "Maaf, salah orang," ucapnya. Ia hendak membalikan tubuhhya.

Namun, Azmi menghentikannya lagi. "Nggak mungkin gue salah orang," balasnya yakin.

"Gue duluan," ujar gadis itu lalu pergi meninggalkan Azmi yang terdiam.

Azmi berdesis pelan seraya menatap kepergiaan gadis itu. "Gue gak mungkin salah orang," gumamnya.

Terlihat raut kesal bercampur sedih di wajahnya. Ia merasa diperlakukan oleh gadis itu yang notabenenya adik kelasnya. Gadis itu sungguh dingin.

"Pasti dia," lanjutnya masih menatap lurus. Gadis itu telah menghilang dari pandangannya.

"Dia sapa?" tanya Rizky yang tiba-tiba sudah berdiri di samping kiri Azmi.

"Eh bujang!" seru Azmi terkejut saat melihat sahabatnya. Ia memegang dadanya menggunakan tangan kirinya.

"Bukannya tadi lo di dalem?" lanjutnya bertanya masih menatap sahabatnya.

Rizky berdecak lalu beralih menatap ke depan. "Iye, lo nyusul apaan sih?" tanyanya balik.

"Kepo, udah ah yuk ke kelas," jawab Azmi berjalan terlebih dahulu.

"Kebiasaan gak mau ngaku kalo dah kepergok," jawab Rizky kesal. Ia pun mengikuti langkah sahabatnya menuju ke kelas.

•••

Thanks💚

TAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang