012. CANTIK

15 14 2
                                    

🐻

Azmi meluruskan kedua kakinya lalu menatap gadis di sampingnya dengan lekat. "Makasih untuk mie dan teh buatan lo," ucapnya dengan senyuman tulus.

Hal itu hampir membuat Sila tersedak kuah mie yang masih berkumpul di mulutnya. Ia menganggukan kepalanya dengan tatapan sebentar pada Azmi yang mengalihkan tatapannya menghadap ke rintikan hujan.

Lalu ia meminum segelas air putih yang telah ia ambil tadi. Untuk teh yang ia minum bersama Azmi tadi masih berada di ruang tamu.

"Ah ya, air putihnya juga," lanjut Azmi terkekeh sehingga memperlihatkan deretan giginya. Ia baru teringat ketika melihat gelas miliknya yang masih tersisa seperempat air dari awal ia minum.

Kini keduanya telah menyelesaikan makan malam mereka. Kemudian keduanya diam dengan tatapan sama-sama mengarah pada pemandangan di depan mereka.

"Gue udah nuruti permintaan dari lo. Tapi gue merasa lo berubah," ujar Sila mengawali topik di antara mereka berdua. Kepalanya tertoleh ke lelaki di samping kanannya.

Pandangan Azmi menurun menatap lantai kayu rumah Sila. Ia diam sebentar. "Bukankah setiap orang bisa berubah?" tanyanya perlahan menatap balik Sila.

"Iya, gue paham kalo lo orang yang moody-an," jawab Sila seraya menganggukan kepalanya. Lalu ia kembali menatap lurus ke depan.

Azmi mengerti, sepertinya gadis itu tahu dari lelaki yang selalu bersama dengan Sila. Ya, ia sudah tahu hubungan di antara Sila dan Andra hanya sebatas sahabat.

Terdapat rasa lega yang menjalar di hatinya. Tapi ia menahan diri untuk tidak tersenyum mengingat fakta itu.

"Tapi gue merasa aneh dengan sikap dingin lo," lanjut Sila.

Azmi memilih diam, enggan membalas ucapan dari Sila. Kemudian tatapannya ikut beralih menatap lurus ke depan.

"Oh ya, saat ekstra kemarin lo dapat smash keras dari Reina. Apa masih sakit?" tanyanya mengalihkan topik. Ia kembali menatap cemas gadis di sampingnya yang menggelengkan kepalanya.

"Udah terbiasa, jadi gak sakit," jawab Sila tersenyum kecil tanpa menatap balik Azmi.

Kekehan ringan keluar dari mulut Azmi. "Sudah terbiasa terluka ternyata, ya?" tanyanya lagi seraya mengalihkan pandangannya. Lalu kedua kakinya ia kembalikan dalam posisi bersila.

Sila semakin melebarkan senyumannya, ia cukup terhibur. Tapi hatinya sedikit bergetar. "Sepertinya," jawabnya yang merasa miris dengan fakta tersebut.

Azmi meraih gelas berisikan air putih yang ia minta tadi lalu meminumnya. Seketika tenggorokannya menjadi kering.

"Apa setiap cewek yang pulang bersama lo bakal dijadiin bahan gosip?" tanya Sila dengan nada serius. Ia masih enggan menatap lelaki di sampingnya.

"Seringnya sih gitu," jawab Azmi ringan seraya meletakan kembali gelas yang ia pegang. "Gue rasa lo paham alasan mereka lakuin itu," lanjutnya menatap sebentar gadis di sampingnya.

Sila menghela napas sejenak. Ia pernah melihat Azmi memakaikan helm pada Reina dan gadis itu tersenyum senang. Begitu pun dengan Azmi. Mereka terlihat begitu dekat seakan memiliki hubungan istimewa. Lalu paginya ia dihebohkan dengan berita itu.

TAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang