011. MIE

14 14 0
                                    

🐻

Selesai membayar, Sila berjalan keluar indomaret. Namun saat ia menutup kembali pintu indomaret, hujan mulai berjatuhan.

Sila menatap sebentar rintikan ringan hujan tersebut. Ia berpikir jika ia berlari, ia tidak akan terlalu basah dan ia bisa cepat sampai rumah. Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju pinggir jalan untuk melihat apa dirinya benar-benar bisa berlari di kala hujan.

"Moga deresnya nanti aja pas gue sampe rumah," batinnya meminta. Oke, ia menganggukan kepalanya mantap.

Saat ia hendak melangkahkan kakinya menuju jalanan untuk menyeberang lalu berlari, tiba-tiba seseorang mencekal lengan kirinya dengan cepat. Sila begitu terkejut dan langsung menatap siapa pelakunya.

"Lo gak lihat kalo sekarang hujan. Mau pergi ke mana?" tanya Azmi dengan nada mengomel.

Kedua mata Sila melebar sempurna. Perlahan ia melepas cekalan pada lengannya. "Pulang," jawabnya lalu mengalihkan pandangan.

Azmi diam dan kembali memegang lengan kiri Sila. Kemudian ia menarik gadis itu menuju motornya.

"Mau ke mana?" tanya Sila panik.

Ia mencoba melepas cekalan itu, tapi percuma. Jadilah, ia menurut saja.

"Pulang."

Azmi langsung meminta Sila memakai helm saat mereka berdua sampai di samping motornya Azmi. Sila bergeming, bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

Terlebih dahulu Azmi memakai helmnya lalu mengeluarkan motornya dari barisan parkiran. Ia pun menghidupkan mesin motornya.

Setelah itu kepalanya tertoleh menatap Sila yang diam. Ia memutar bola matanya malas. "Buruan! Gue anter pulang," tegurnya menyadarkan Sila.

"Oh ... oke," jawab Sila menganggukan kepalanya paham.

Lalu ia memakai helm dari Azmi. Barulah ia naik di jok belakang motor vespa tersebut.

Akhirnya, Azmi melajukan motornya cepat menuju rumah Sila. Tak membutuhkan waktu lama, motor Azmi masuk ke teras depan garasi rumah Sila. Rintikan hujan membuat pakaian mereka sedikit basah.

Sila pun turun dari motor Azmi seraya melepas helm lalu memberikannya kepada Azmi. Seketika hujan menjadi deras. Keduanya sama-sama menatap rintikan hujan.

"La, temannya diajak masuk gih. Hujan, dingin di luar," ucap Bram, mengalihkan pandangan Azmi dan Sila.

Bram tersenyum simpul menatap putrinya dengan lelaki yang ia tak kenal. Ia berharap jika lelaki itu mampir ke rumahnya. Karena hujan yang semakin deras.

Terlebih dahulu Sila menatap kembali ke arah Azmi. "Mampir dulu gapapa 'kan?" tanyanya.

Azmi pun menganggukan kepalanya lalu menatap balik gadis di sampingnya. "Iya, gapapa."

Kemudian ia melepas helmnya dan meletakannya di spion sebelah kanan. Ia menurunkan standar motor barulah ia turun dan berjalan beriringan dengan Sila.

Bram bernapas lega. Lalu ia menerima uluran tangan dari Azmi yang ingin mencium tangannya untuk salim. "Silahkan masuk, Nak?"

TAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang