🐻
Kedua mata Sila terpejam beberapa kali menahan rasa kesal. Sejak pagi tadi, telinganya sudah cukup mendengar bisikan mengenai kejadian kemarin saat ia pulang bersama Azmi.
Ketiga sahabatnya belum puas memawancarainya. Bahkan ia mendapat teguran keras dari Alexa-teman sekelasnya yang menjadi fans berat Azmi.
Sila mencoba fokus dengan pelajaran pagi ini. Meskipun pikirannya masih berkelana seputar Azmi. Entahlah, istirahat pertama tadi ia memilih mengurung di kelas dan malah mendapat teguran dari Alexa. Ia benar-benar muak.
Ia berpikir apa yang ia lakukan sore tadi buruk sampai hampir satu sekolah heboh. Ia menghela napas pelan.
Serasa ia tak ingin bertemu dengan lelaki itu lagi. Karena ia tak ingin menjadi pusat perhatian. Ia sungguh membenci hal itu. Apalagi menjadi bahan gosip.
"Arsila, silahkan maju ke depan. Kerjakan soal nomor dua!" suruh sang guru yang menyadarkan lamunan Sila.
Gadis itu pun menganggukan kepalanya dan segera maju ke depan. Ia berharap bisa lebih fokus untuk belajar.
•••
"Udah lupain aja Alexa itu, dia tu iri dengan lo. Jelas sekali 'kan?" tanya Andra yang berjalan berdampingan dengan Sila.
Kedua sahabat itu sedang berjalan menuju kelas mereka setelah mereka melaksanakan sholat dzuhur. Sila membalas dengan anggukan ringan.
"Bener yang dikatakan Kiara kalo lo beruntung bisa deket dengan Kak Azmi," lanjut Andra.
Lalu mereka berdua masuk ke kelas mereka, berjalan menuju bangku mereka. "Bagi gue engga," jawab Sila dingin.
"Ada plus minusnya sih kalo suka ama seseorang," ucap Andra seraya duduk di bangkunya begitu pun Sila.
Keduanya memilih sibuk dengan kegiatan masing-masing yaitu bermain ponsel. Tapi Sila tak bisa menenangkan pikirannya. Ia benar-benar bingung. Ia sudah menuruti permintaan dari Azmi.
Ia sempat bertemu dengan lelaki itu saat di gerbang sekolah, saat ia bertengkar dengan Alexa, dan saat di kantin. Saat ia sendirian, ia menyapa. Tapi saat ia bersama Andra, ia memilih untuk tersenyum. Sedangkan saat bertengkar dengan Alexa, ia menemukan lelaki itu sedang menatapnya.
Sila mematikan layar ponselnya lalu meletakannya di meja. Ia pun menyandarkan punggungnya pada kursi dengan tatapan menatap lurus.
Ia berpikir jika setelah insiden pulang bersama itu mungkin Azmi akan menjauhinya. Tapi ia bersyukur karena ia tak ingin ribut dengan Alexa dan menjadi pusat gosip.
"Modus apa lo? Sampe Kak Azmi mau nganterin lo pulang?!" sembur Alexa langsung menggebrak meja Sila--membuat gadis itu terkejut.
Sila menghela napas sejenak lalu bangkit dari duduknya. Ia sudah paham maksud keributan yang akan terjadi dari Alexa.
"Menurut lo gue modus apaan?" tanya balik Sila menatap Alexa dengan satu alis terangkat.
Alexa semakin menajamkan tatapannya. "Lo pasti tau 'kan kalo gue-"
"Seharusnya lo gertak ke Kak Azmi bukan ke gue. Lo minta kejelasan dari Kak Azmi, kenapa dia gak pernah balas cinta lo," potong Sila tajam dengan penuh penekanan pada kalimat terakhirnya.
Alexa terdiam sesaat. Ia hendak membalas ucapan Sila. Tapi terlambat.
"Gue udah muak denger ejekan dari lo dan fans beratnya Kak Azmi yang ngatain gue modus, gatel." Sila menghela napas sejenak, menahan amarahnya.
"Mending lo bicara langsung aja ke Kak Azmi. Jangan main labrak kek gini. Ternyata lo lebih suka makan penjelasan dari gosip ketimbang dari orangnya langsung. Gue ragu dengan keteguhan hati lo dalam hal kepercayaan," lanjutnya lalu berjalan keluar kelas.
Ia tak habis pikir beberapa teman di kelasnya memilih diam menonton. Mungkin mereka akan melerai saat terjadi tarik-tarikan.
Setelah ini, pasti tiga sahabatnya akan mengajukan pertanyaan kepadanya. Karena mereka bertiga sedang makan di kantin.
Saat ia melewati Alexa, kedua matanya menemukan Azmi yang berdiri di luar kelasnya sedang menatap dirinya. Kemudian pergi begitu saja, hanya meninggalkan tatapan dingin.
Sebuah jentikan melayang di depan mata Sila, menyebabkan gadis itu tersadar dari pikirannya. Kedua matanya mengerjap pelan lalu beralih menatap Kiara yang baru datang bersama Ferian.
"Hati-hati, Sila," ucap Ferian lalu duduk di bangkunya yang berada di depan Sila. Kiara pun duduk di bangkunya yang berada di pojok.
"Mikirin apa hayo?" tanya Kiara.
Sila menatap sebentar gadis di sampingnya lalu kembali menatap lurus. Ia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
•••
"Andra, kenapa gue ngrasa kalo Kak Azmi ngaturnya lebih keras dari sebelumnya, ya?" tanya Sila lalu meminum air botolnya.
Andra menatap sebentar gadis di sampingnya dengan mengendikan bahu. "Katanya Kak Azmi itu moody-an. Mungkin dia lagi stress, jadi ia luapin deh," jawabnya menjelaskan.
Sila menganggukan kepala paham. Ia setuju.
Mungkin karena itu sikap dan tatapan dari Azmi berubah. Lalu ia juga tak merasa jika Azmi sedang mengintainya. Ia seperti kehilangan sesuatu yang baginya seperti kebiasaan.
•••
Akhir pekan telah tiba, seperti biasa tiga sahabat Sila datang berkunjung. Namun, kali ini mereka tak menginap dengan alasan tugas sekolah. Jadilah, mereka main sampai sore.
Selesai makan malam, Sila izin kepada Bram-papahnya pergi ke indomaret untuk beli es krim dan snack. Bram mengizinkan.
Sila pun memilih jalan kaki karena letaknya tak jauh--berada di depan pertigaan menuju rumahnya.
Saat ia membuka pintu indomaret, ia menemukan Azmi yang sedang membayar di kasir. Lelaki itu tidak menyadari keberadaannya.
Ia menjadi bingung harus menyapa atau tidak. Ia tak ingin dicuekin lagi. Ya, beberapa hari terakhir sikap Azmi menjadi begitu dingin kepadanya--seperti anggapan orang lain.
"Hai, Azmi!" sapa Sila akhirnya. Ia menghentikan langkahnya di hadapan Azmi.
Kepala Azmi tertoleh menatap gadis yang menyapanya. Ia menatap gadis itu begitu dingin. Tak ada senyuman atau kata yang keluar dari mulutnya. Ia diam dengan raut datar.
Belanjaannya telah selesai. Ia pun segera meninggalkan kasir dan Sila tanpa kata pamit.
Sedari tadi Sila menatap lekat, berharap jika Azmi akan menyapanya balik. Tapi kenyataannya, Azmi pergi meninggalkannya begitu saja. Sakit, ah tentu saja.
Sila tersenyum samar dan memilih melanjutkan langkahnya menuju rak snack terlebih dahulu. Memang sebaiknya ia tak kenal atau mengalami kejadian bersama Azmi. Akan lebih baik untuk ketenangan hati dan pikirannya.
Happy Reading
🐻🐧
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKSA
Teen FictionTAKSA Arsila, ia telah menemukan obat untuk luka lamanya. Ia sudah mulai bisa tersenyum hangat kepada orang asing. Namun, obat yang telah ia temukan terasa tarka baginya. Ia ingin tahu apa obatnya itu akan bertahan lama untuk dirinya. Jika tidak, ia...