🐻
Baik Sila maupun Azmi memilih untuk diam. Laju motor Azmi berkurang karena membelokan arah ke kanan memasuki gang pertama menuju perumahan Sila. Tapi Azmi malah menghentikan motornya di depan warung mie ayam.
Pandangan Sila menatap sekitar. Padahal letak rumahnya tak jauh lagi.
"Kita makan dulu ya, gue laper," jelas Azmi seraya turun dari motornya. Sila pun ikut turun.
Azmi melepas helm miliknya. Lalu mengelap wajahnya yang dipenuhi rintikan hujan yang sakit.
"Gak masalah 'kan?" lanjutnya bertanya memastikan. Gadis di hadapannya terlihat ragu dalam diam.
Akhirnya Sila menganggukan kepalanya setuju. Lalu ia ikut melepas helm miliknya.
Setelah melepas jas hujan, mereka berdua masuk ke dalam warung tersebut. Cukup luas dan ramai pengunjung.
"Lo duduk dulu biar gue yang pesen," ucap Azmi dan diangguki saja oleh Sila.
Selesai memesan dua mangkuk mie ayam dan teh hangat. Azmi berjalan menghampiri Sila yang sibuk memainkan ponsel.
Azmi mendudukan dirinya di hadapan Sila seraya melepaskan ranselnya. Pandangannya masih menatap lekat Sila yang masih sibuk.
"Rambut lo gak sakit diiket kenceng gitu?" tanya Azmi memulai percakapan di antara keduanya.
Sila pun mematikan layar ponselnya dan beralih menatap balik Azmi. "Gue dah terbiasa. Jadi gak sakit," jawabnya.
"Kalo di rumah juga lo iket kek gitu?" tanya Azmi lagi.
"Kadang."
Azmi beroria seraya menganggukan kepalanya. Gadis di hadapannya sepertinya lebih memilih untuk menjawab pertanyaan darinya saja. Ia benar-benar harus ekstra mencari topik pembicaraan untuk menunggu pesanan mereka datang.
"Anggapan orang tentang diri lo ternyata benar, ya." Azmi tersenyum simpul, masih menatap Sila.
Kening Sila berkerut, "Anggapan soal apa?" tanyanya bingung.
Azmi terkekeh ringan. "Lo gadis yang dingin," jawabnya.
Sila menganggukan kepalanya seraya menurunkan pandangannya. "Anggapan orang terhadap lo juga dingin," balasnya kembali menatap Azmi.
"Tapi anggapan dari lo apa?"
"Setiap orang pasti memiliki sisi hangatnya," jawab Sila lalu tersenyum tipis.
Keduanya saling menatap satu sama lain dan kembali dalam keterdiaman. Senyuman tipis terpatri di wajah mereka berdua. Mereka tersadarkan oleh suara pelayan yang datang dengan pesanan mereka.
"Terima kasih," ucap Azmi kepada pelayan yang menganggukan kepala singkat lalu kembali ke belakang.
Azmi kembali menatap gadis di hadapannya yang mengacuhkannya--menampakan sikap dingin kepadanya. "Selamat makan," ujarnya dan dibalas anggukan singkat oleh Sila.
Lalu keduanya larut dalam hangat kuah mie ayam dan lezatnya makanan tersebut. Mereka memilih untuk kembali diam.
Azmi terlebih dahulu menyelesaikan makanannya. Perutnya sudah terasa nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKSA
Teen FictionTAKSA Arsila, ia telah menemukan obat untuk luka lamanya. Ia sudah mulai bisa tersenyum hangat kepada orang asing. Namun, obat yang telah ia temukan terasa tarka baginya. Ia ingin tahu apa obatnya itu akan bertahan lama untuk dirinya. Jika tidak, ia...