013. TUGAS

14 14 0
                                    

🐻

Satu jam pelajaran sebelum bel pulang sekolah di hari Jum'at,  pikiran Sila cukup kacau. Ia sudah merasa tenang karena tak ada berita tentang dirinya dengan Azmi lagi.

Tapi setelah lelaki itu menghampirinya tadi di kantin, semuanya kacau. Banyak bisikan yang ia dengar dan ia mendapat tatapan tajam dari Alexa.

"Pulang sekolah bisa tungguin gue di kelas lo? Ada yang mau gue omongin."

Ia tak tahu apa ucapan lelaki itu didengar siswa lain saat di kantin. Ia berharap tidak.

Ia memejamkan matanya seraya menundukan kepalanya. Ia benar-benar pusing. Ia akan langsung pulang dan tidak menemui lelaki itu.

Ia tak ingin kehidupannya dipenuhi ketidaktenangan lagi. Karena ia tak pernah ingin menjadi pusat perhatian untuk saat ini.

Sayangnya, langkahnya dihentikan oleh Adel-teman sekelasnya yang bertanya seputar voli. Gadis bermata agak sipit itu tertarik untuk bergabung ekstra voli. Jadilah, ia bertemu dengan Azmi.

"Kalo gitu, gue duluan ya. Dah," pamit Adel lalu pulang terlebih dahulu.

"Hah, untungnya cewek tadi hentiin lo. Kalo gak, pasti lo bakal pulang duluan," ucap Azmi berjalan mendekat ke hadapan Sila.

"Langsung aja," balas Sila menatap ke arah lapangan.

Azmi mengukir senyuman tipis, "Oke, bantuin gue ngerjain tugas sore ini."

Kepala Sila langsung menatap tak percaya lelaki di hadapannya. "Maksud lo? Gue mana ngerti pelajaran anak IPS," jawabnya agak ngegas.

Azmi terkekeh pelan seraya menundukan kepalanya. Lalu kembali menatap Sila. "Ini tugas anak IPA, pasti lo ngerti," balasnya.

"Kalo gue gak ngerti gimana? Gue jawab asal gitu," timpal Sila ingin menolak.

"Gak masalah. Yang penting lo dah berusaha." Azmi berusaha mendesak, "Gue mohon, bantuin ya."

Sila berdecak pelan, "Gue dah dijemput abang gue-"

"Bagus dong. Gue bisa langsung izin ke abang lo," potong Azmi cepat.

"Pelajaran apa? Kelas berapa?"

Senyuman di wajah Azmi semakin lebar, "Lo dah setuju bantuin gue ya."

Alis Sila berkerut dengan wajah yang ditekuk. "Nggak," jawabnya lalu hendak pergi. Namun, tangannya dicekal oleh Azmi.

"Kalo lo pergi, lo bakal nyesel," ancam Azmi tajam.

Sila menatap balik tatapan dari Azmi. Ia merasa sedikit ketakutan. "Kenapa lo maksa sih?" tanyanya seraya melepas kasar cekalan dari tangannya.

"Gue jemput pukul 4. Jangan kabur lo," ancam Azmi lagi lalu pergi begitu saja.

Pandangan Sila pun tertuju pada lelaki itu yang menurutnya menyebalkan. Ia berdecak kesal, "Kalo gue kabur apa yang bakal dia lakuin ke gue?" gumamnya lalu mendengkus. Ia pun terpaksa menuruti permintaan lelaki itu.

•••

Kini Azmi dan Sila telah duduk di bangku berhadapan yang terletak di bagian rooftop Ma's Cafe. Sila mengeluarkan tablet dan ponsel miliknya dari dalam totebag yang ia bawa.

TAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang