015. HADIAH

15 14 0
                                    

Happy Reading 🐻

Selama liburan sekolah di akhir tahun, Azmi lebih menghabiskan waktunya bersama keluarganya. Namun, terkadang ia juga bermain bersama ketiga sahabatnya.

"Semoga dia mau," harapnya memejamkan mata sejenak.

Ia baru saja mengirimkan pesan whatsapp kepada Sila yang berisikan ajakan untuk pergi ke pantai di hari terakhir bulan Desember. Ya, setelah liburan sekolah ia tak pernah bertemu bahkan mengobrol langsung dengan gadis itu. Terkadang ia hanya bertemu saat ia berkunjung ke rumahnya Danu.

Ada notifikasi masuk, matanya langsung berbinar senang. Sila menyetujui ajakannya untuk berlibur di pantai. Tapi gadis itu bilang malamnya ada acara bersama Reva.

Ah, ia teringat saat ia dan gadis itu makan mie ayam dan bertemu dengan Reva. Ia pun segera membalas pesan tersebut dengan persetujuan.

Jadinya, besok sore ia akan menjemput gadis itu. Ia tak sabar menanti esok hari.

•••

Hari yang ditunggu Azmi pun datang. Kini ia dan Sila sedang dalam perjalanan menuju pantai. Ia benar-benar merasakan hatinya berdebar karena senang.

Setelah sampai, Azmi berjalan beriringan dersama Sila mendekat ke arah pantai yang sudah ramai pengunjung. Sejak perjalanan tadi mereka memilih untuk diam.

"Mau main air dulu?" tanya Azmi setelah mereka menghentikan langkah. Sila menatap balik Azmi dengan anggukan setuju.

"Oke." Lalu Azmi melepas sepatunya begitu pun dengan Sila. Setelah itu, Azmi menuntun Sila menuju pondok untuk meletakan sepatu mereka.

"Tas lo biar gue yang bawa sini," pinta Azmi seraya mengulurkan tangan kanannya. Sila pun menurut saja.

Lalu Azmi memakai tas selempang itu dan kembali menatap gadis di hadapannya. "Kuncir lo dilepas aja gimana?"

Kepala Sila tertoleh menatap Azmi dengan kedua alis yang terangkat. "Anginnya kenceng gini nanti berantakan rambut gue," tolaknya.

"Bisa dirapiin lagi 'kan. Lepas aja," desak Azmi lalu berjalan mendekati ombak.

Sila menatap punggung lelaki itu dengan pikirannya yang masih berputar apa ia harus melepas kuncir atau tidak. Tapi kalau di pantai memang nyamannya jika ia biarkan rambutnya tergerai.

Ia bisa merasakan bagaimana angin menerobos celah rambutnya meskipun harus membiarkan angin kencang membuat rambutnya berantakan.

"La! Malah bengong, sini!" seru Azmi yang menyadarkan Sila. Lelaki itu membalikan tubuhnya menatap Sila dengan berkacak pinggang.

Sila berjalan menghampiri Azmi seraya melepas kuncirnya lalu memasukannya ke dalam saku kanannya. Ia merapikan sebentar rambutnya. Ia pun telah berdiri di samping Azmi yang masih menatapnya begitu lekat.

Azmi tersenyum manis seraya menganggukan kepalanya. "Cantik," ucapnya begitu saja. Tentu saja, rambut Sila yang dibiarkan tergerai dengan bahu kanannya yang dipenuhi rambut hitam legamnya.

Kening Sila berkerut sebentar lalu ia menahan diri untuk tidak tersenyum. Seketika ia menundukan kepalanya seraya terkekeh ringan. Ia baru saja dipuji, tentu saja ia tersipu malu.

Azmi berdeham sebentar lalu menghela napas panjang, "Bagaimana kalo kita berjalan ke sana?" Tangan kanannya menunjuk ke arah ujung kanan.

Pandangan mata Sila pun mengikuti arah telunjuk Azmi mengarah. Ia mengangguk setuju. Ia pun berjalan terlebih dahulu seraya menyelipkan anak rambutnya pada telinga kanannya.

TAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang