Happy Reading
🐻Sila merasa aneh dengan lelaki yang mencekal tangannya tadi. Ia baru sadar jika lelaki itu ialah lelaki yang tersenyum tidak jelas di lapangan tadi.
Ia menggelengkan kepalanya seraya berdecak. Ia tak menyangka akan bertemu dengan orang seperti itu.
Ia berjalan menuju kelasnya yang pintunya tertutup. Perlahan ia membukanya dan sepi. Hanya ada ketiga sahabatnya dan dua cewe-ia tak kenal.
Setelah menutup kembali pintu kelasnya, ia berjalan menuju bangkunya yang berada di pojok belakang deret depan guru.
Lalu dua teman cewenya yang ia tak kenal tiba-tiba pergi keluar kelas. Ia acuh saja.
"Datang juga lo, be," ucap Andra sebagai kata sambutan saat Sila sudah duduk di bangkunya.
Sila menatap sebentar sahabatnya itu yang duduk di kursi bangku sebelah kanannya. "Kenapa sih?" tanyanya bingung.
Terdengar suara gaduh dari Kiara dan Ferian yang duduk di bangku depannya. Sila menatap bingung dua sahabatnya itu.
"Lo kok bisa deket sama Kak Azmi?" tanya Kiara menatap serius ke arah Sila.
"Iya, ada hubungan apa lo sama Kak Azmi?" tanya Ferian menimpali. Ia juga menatap serius ke arah Sila.
Respon dari Sila ialah diam. Karena ia tak paham. Lalu pandangannya beralih menatap Andra yang sibuk mengemil sembari main ponsel.
"Andra, lo gak tanya juga gitu? Lo biasanya yang paling heboh. Gak lagi update ya lo?" tanya Sila menatap lekat Andra.
Yang ditanya menoleh, Andra berdecak. "Gue ketinggalan Vlive bias gue semalam," jawabnya dengan raut sedih.
"Iya, gue tau," balas Sila cepat. Ia malas dengan jawaban Andra.
"Hish," desis Andra lalu menarik kursinya untuk mendekat ke bangku Sila.
"Gue gak kenal dengan Azmi yang kalian berdua maksud," jawab Sila beralih menatap Kiara dan Ferian yang diam menunggu jawabannya.
Lalu Kiara menyodorkan ponselnya yang menunjukan foto postingan instagram akun bernama Azmi. Sila menarik dirinya mendekat ke arah ponsel milik Kiara. Ia menatap lekat foto tersebut.
"Katanya lo tadi ngobrol sama Kak Azmi di depan perpustakaan," ujar Kiara menjelaskan.
Sila menarik dirinya kembali dan duduk tegak. "Iya benar," jawabnya menatap Kiara dengan anggukan.
"Bukan berarti gue deket atau ada hubungan sama dia 'kan?" tanyanya menatap ketiga sahabatnya bergantian.
"Iya juga sih," jawab Ferian mengangguk setuju.
Andra meletakan ponselnya lalu menatap serius ke arah Sila. "Tapi be, lo ... lo tau gak sapa Azmi itu?" tanyanya.
Sila menatap balik Andra. "Gue gak tau dan gak peduli," jawabnya seraya menyandarkan punggungnya pada kursi.
"Please deh, lo harus update tentang berita di sekolah," sambar Andra cepat dengan raut kesal.
Sila berdecak seraya menatap Kiara dan Ferian bersamaan. "Emang tu cowo sepenting apa sih?"
"Dia cogan di sekolah," jawab Kiara masih menatap Sila lekat.
Sila tertawa meremehkan. "Nanti fansnya bakal jadi haters gue gitu?" tanyanya lagi.
"Kemungkinan sih gitu, Sil," jawab Ferian seraya menganggukan kepalanya. "Oh ya, tadi kalian ngobrolin apa?"
Sila kembali mendudukan dirinya dengan posisi tegak. "Dia ngira gue yang anter paket dari Bang Danu ke rumah dia," jawabnya menatap balik Ferian.
"Apa?" tanya Kiara dan Andra bersamaan seraya meletakan ponselnya bersamaan juga. Mereka menatap ke arah Sila tak percaya.
"Tapi gue rasa dia salah orang," lanjut Sila menatap Kiara dan Andra bergantian.
"Bentar deh, kok bisa anter paket ke rumah dia?" tanya Ferian lagi.
Sila menghela nafas sejenak. Hal yang paling ia tak sukai ialah wawancara dari para sahabatnya yang kepo tingkat tinggi. Ia menatap ketiga sahabatnya bergantian.
Ia pun menjelaskan alur kejadian kenapa dia bisa mengantar paket kemarin. "Temannya Bang Danu yang gue anterin paket itu namanya Syaqib bukan Azmi," jelasnya.
Kiara dan Andra berdesis kesal seperti Sila telah melakukan kesalahan. Sedangkan Ferian terkekeh ringan seperti menganggap penjelasan Sila sebuah lawakan.
Kiara menatap serius pada Sila. "Dengerin ya. Orang yang lo kirim paket dan yang lo ajak ngobrol bareng itu orang yang sama," jelasnya secara perlahan.
Sila memperhatikan lekat penjelasan dari Kiara. Tapi ia masih cengo, gak paham. Andra pun menoyor kepala Sila akibat kesal terhadap gadis itu.
"Hish, sabar napa!" seru Sila seraya memegang kepalanya yang ditoyor Andra. Tak lupa ia melemparkan tatapan tajam kepada lelaki itu.
Andra menatap balik Sila dengan tatapan kesal bercampur malas. "Azmi Syaqib Randika, itu namanya. Lo gesrek ya lama-lama dan makin lemot!" sarkasnya.
Sila berdecak lalu beralih menatap Kiara untuk meminta penjelasan. "Ki ...."
"Iya, lo beruntung banget deh!" balas Kiara dengan raut senang.
"Gila, engga lah!" sahut Ferian mencela. Ia menatap serius kepada Sila begitupun sebaliknya.
"Sil, lo mulai sekarang harus buat tameng kuat. Si Ale tu 'kan katanya suka ama kak Azmi. Dia pasti bakalan neror lo deh," lanjutnya menjelaskan. Sila diam mencoba memahami maksud dari Ferian.
"Lo sih main nyomot cogan aja. Kaya bangunin macan tau gak," timpal Andra masih menatap Sila.
"Hish, gue malah pusing. Udah ah, gue mau ke toilet," putus Sila seraya bangkit dari duduknya.
"Minggir!" serunya meminta kursi yang diduduki Andra maju.
"Hati-hati, be," ucap Andra setelah mempersilahkan gadis itu berjalan keluar melewati kursinya yang menghalangi jalan.
Andra beralih menatap Kiara yang juga sedang menatapnya. "Ki, lo gak mau nemenin Sila?" tanyanya.
Kiara menggelengkan kepalanya. "Engga, dia sensi gitu. Dia butuh waktu sendiri," jawabnya. Ferian mengangguk setuju.
"Eh iya, abis ini masih jamkos ya?" tanya Ferian menatap Kiara dan Andra bergantian.
"Betul betul betul," jawab Andra menganggukan kepalanya.
-happy reading-
![](https://img.wattpad.com/cover/258488699-288-k99283.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKSA
Teen FictionTAKSA Arsila, ia telah menemukan obat untuk luka lamanya. Ia sudah mulai bisa tersenyum hangat kepada orang asing. Namun, obat yang telah ia temukan terasa tarka baginya. Ia ingin tahu apa obatnya itu akan bertahan lama untuk dirinya. Jika tidak, ia...