🐻
Bel tanda sekolah berakhir telah berdering keras dan sebagian besar siswa telah meninggalkan kelas. Begitu pun dengan gerombolannya Azmi. Tapi mereka tidak langsung pulang karena mereka ada ekstra futsal. Hanya Danu yang izin tidak masuk ekstra dengan alibi sibuk organisasi.
Azmi memilih rebahan sebentar di lantai belakang ruang kelasnya. Hanya ia sendiri yang masih di ruangan itu.
Setelah dirasa cukup, ia berjalan keluar kelas. Ia menuruni anak tangga menuju kelasnya. Perutnya mulai bergemuruh tanda ia lapar. Baiklah, ia harus membeli jajanan ringan di luar sekolah untuk mengganjal rasa laparnya.
"Itu 'kan gadis dingin tadi," gumamnya.
Ia menyadari gadis yang berjalan ke arahnya ialah Arsila. Gadis itu berjalan pelan dengan tatapan dingin.
Ia sungguh tak suka. Ia pun mempercepat langkahnya untuk menghampiri gadis itu.
"Hai! Ketemu lagi," sapa Azmi menghentikan langkahnya di depan Sila. Azmi melemparkan senyuman tipis pada gadis di hadapannya yang terlihat tak suka langkahnya dihentikan.
Sila mendongkan kepalanya menatap lelaki yang telah ia ketahui namanya. "Iya, gue yang anter paket lo kemarin," balasnya langsung.
Kedua alis Azmi berkerut. "Gue belum tanya dahal," ujarnya lalu terkekeh ringan.
"Udah 'kan?" tanya Sila masih menatap dingin Azmi.
Azmi menganggukan kepalanya dengan senyuman tipis. "Udah."
Lalu Sila mengalihkan pandangannya dan kembali melanjutkan langkahnya menuju masjid sekolah. Azmi menggaruk alis kirinya.
"Kenapa gue kaya gini sih?" tanyanya agak kesal dengan dirinya sendiri.
"Sudahlah," lanjutnya seraya menarik tangan kirinya. Ia pun berjalan keluar sekolah untuk mencari jajanan sekaligus mencari dua sahabatnya.
•••
Selesai menghabiskan cilok, batagor, dan es teh yang Azmi beli bersama Rizky. Mereka pun pergi menuju toilet untuk berganti seragam futsal.
"Si Raka mandi lagi?" tanya Azmi menatap Rizky yang masih meminum es teh yang ia beli.
Rizky menganggukan kepalanya. "Biar seger menambah semangat," jawabnya.
"Kebiasaan tu bocah," timpal Azmi kembali menatap lurus ke depan. Rizky hanya terkekeh menanggapi timpalan dari Azmi.
Kemudian langkah Azmi terhenti di depan papan pengumuman. "Eh bentar deh. Gue mau nyari nama tetangga gue," ucapnya mulai mencari nama tetangganya.
Rizky berdecak pelan. Ia ikut menghentikan langkahnya dan menatap beberapa lembar kertas di hadapannya. Lalu ia menarik lengan kiri Azmi. "Mesti gak ada, udah ayok."
"Bentar, gue denger dari Bunda kalo dia keterima. Tapi gue lupa dia di kelas apa," ujar Azmi melepaskan tangannya dari tarikan Rizky.
"Lo mah emang pelupa," dengkus Rizky menatap lekat papan di hadapannya.
Azmi berdecak pelan. "Lo bilang tetangga lo ada yang sekolah sini. Coba lo cari," balasnya lalu berjongkok karena punggungnya capek membungkuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
TAKSA
Fiksi RemajaTAKSA Arsila, ia telah menemukan obat untuk luka lamanya. Ia sudah mulai bisa tersenyum hangat kepada orang asing. Namun, obat yang telah ia temukan terasa tarka baginya. Ia ingin tahu apa obatnya itu akan bertahan lama untuk dirinya. Jika tidak, ia...