"Uhh.. ini jam berapa..?" Akari bangun sambil menggosok-gosok matanya.
Melirik jam, dia terkejut. "Ehh?! Kok sudah jam segini?! Rei! Kazumi! Bangun! Kita terlambat mengucapkan selamat tinggal pada Zen!" teriak Akari membangunkan kedua sahabat sekaligus saudaranya itu.
"Ung.. kenapa-- eh, EHH?! SUDAH JAM SEGINI?!" teriak Rei panik.
"Apa kita masih sempat mengucapkan selamat tinggal?!" tanya Akari yang ikut panik.
"Sepertinya masih sempat. Lihat. Di gerbang masih ada cahaya," jawab Kazumi membuka tirai jendela.
"Kalau begitu ayo cepat!" Akari berlari. Rei dan Kazumi mengikuti.
Memutar kenop pintu, Akari memasang wajah heran. "Eh ..? Terkunci?"
"Masa sih? Sini ku coba," Akari menggeser dirinya.
"Ah, benar. Ini terkunci!"
"Terus bagaimana dong.." Wajah Akari terlihat murung.
"Minggir."
"E-eh Kazumi kau tidak akan mendobrak-"
Ceklek
Pintu terbuka, melihatnya Akari dan Rei menganga. "Ba-bagaimana kau melakukannya?"
"Dengan ini," Kazumi menunjukkan dua pasang kawat. "Dan ini," Tangannya naik menunjuk tempat otak miliknya berada.
"Anak jenius memang beda, ya.."
"Sudahlah, kita harus cepat ke gerbang bukan?"
"Kau benar!" Mereka bertiga berlari menyusuri lapangan luas menuju ke gerbang.
Melihat gerbang sudah semakin dekat, mereka bertiga mempercepat lari. Ketika gerbang sudah di depan mata, mereka menghentikan langkahnya.
Apapun yang terjadi, jangan mendekati gerbang itu.
Itu yang mama bilang.
"Kita tidak boleh ke sini 'kan harusnya..?" tanya Akari.
"Tapi ini terpaksa. Jadi, mungkin tidak apa-apa.." ucap Rei ragu-ragu.
Mereka semakin dekat dengan gerbang itu. Ada mobil truk kecil di sana.
"Zen..?" panggil Akari.
Tidak ada yang menyahut. Bahkan tidak ada suara. Benar-benar sepi.
'Ini aneh..' batin Rei melihat sekitar.
"Sepertinya tidak ada siapa-siapa.." ucap Rei pelan.
"Coba saja kita buka tirainya. Mungkin Zen ada di sana" Akari mendekati truk yang ditutupi tirai.
Saat dia membuka tirai itu, Akari terduduk. Dengan segera dia menjauhi mobil itu dengan wajah ketakutan. Rei dan Kazumi tentu langsung heran. Terutama karena melihat badan Akari yang gemetar.
"Rei.. Kazumi.. itu.. itu.." suara Akari bergetar.
Penasaran, Rei dan Kazumi mendekati mobil lalu membuka tirainya. Dan mereka langsung terkejut dan mundur.
Mereka melihat, Zen mati mengenaskan. Matanya melotot, sedang kulitnya pucat dan sekujur tubuhnya berlumur darah.
Rei, Akari dan Kazumi sangat terkejut melihat jasad Zen.
"He-hei.. ba-bagaimana de-dengan mama..?" tanya Akari dengan tubuh bergetar.
"Aku tidak tau.." jawab Rei pelan.
Tiba-tiba tendengar sesuatu. "Hei, kau mendengar sesuatu?" tanya seseorang dengan suara menggema.
"Tidak. Mungkin hanya perasaan kau saja," jawab temannya membuka pintu. Dengan segera Rei, Akari dan Kazumi segera bersembunyi di bawah mobil truk itu.
Secara takut-takut mereka mengintip, seketika mereka menyesal sudah mengintip.
Ayolah, bahkan mereka belum 12 tahun. Dan mereka sudah melihat monster yang bentuknya sangat menyeramkan?! Dengan kuku yang sangat panjang, bentuk tubuh tinggi besar, lidah yang sangat panjang. Ayolah! Mereka belum genap 12 tahun oke!
Salah satu monster itu mengangkat tubuh Zen yang telah tidak bernyawa.
"Sepertinya sangat lezat ya.." air liur monster itu bercucuran.
Rei menutup mulutnya rapat-rapat. Kazumi menutup mulut dan hidungnya. Dan Akari menutup mulutnya dengan tangan juga menutup matanya. Mual dengan ucapan monster itu. Akari ingin menangis. Dia sangat ketakutan.
"Daging manusia memang kualitas terbaik!"
Monster itu memasukkan tubuh Zen ke sebuah tabung dengan cairan berwarna biru.
"Ukh.. tidak bisakah kita memakan jarinya?" tanya monster yang mengangkat tubuh Zen tadi.
"Tidak boleh. Manusia di peternakan ini kualitasnya tinggi! Hanya bisa di makan oleh yang kaya tau!" Temannya menggeleng.
"Hah.. usia 7 tahun lagi.. kapan kita bisa mengantar kualitas terbaik?! Beberapa tahun ini kita hanya mengantar kualitas biasa," ucap monster itu.
"Bersabarlah beberapa saat lagi. Dan kita akan memanen kualitas terbaik."
"Aveline," panggil monster itu.
'A-Aveline? Ma-mama?!' pikir mereka bertiga terkejut.
Dan benarlah, Mama yang mereka kenal selama ini berdiri di samping monster itu dengan wajah dingin. Mereka sangat terkejut.
Mama yang mereka kenal bahkan sebelum diri mereka sendiri ternyata terlibat dengan 'peternakan' ini?! Itu.. yang benar saja!
"Siapkan tiga anak dengan skor sempurna itu untuk di petik," titah monster itu.
"Baik" ucap Mama mengangguk.
"..hei, tunggu. Aku mencium sesuatu," monster itu melihat ke bawah mobil.
Tapi, untunglah mereka bertiga sudah tak ada di sana. Mereka sudah melarikan diri. Terus berlari. Mereka terus berlari. Yang penting mereka menjauh.
Bruk!
Akari terjatuh karena kehilangan keseimbangan. Sontak Rei dan Kazumi ikut menghentikan langkah mereka.
"Akari!" panggil Rei khawatir.
Akari tak menjawab. Masih sibuk mengatur nafasnya yang tak beraturan.
"Te-tempat ini adalah peternakan?! Kita semua adalah makanan?! I-ini tidak benar kan?! Kita salah lihat kan?! Itu tadi pasti bukan Zen! Rei! Kazumi! Tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini!" racau Akari sambil mengacak-acak rambutnya.
"..itu memang Zen, Akari.." ucap Kazumi dengan susah payah.
"H-hwaa!!" Dan kemudian, tangis Akari pecah.
"Kita.. harus segera kembali ke panti Akari! Jangan sampai kita ketahuan!" ucap Rei dengan nafas tersengal.
Mereka kembali ke panti asuhan. "Ah, selamat datang. Kalian berhasil?" tanya Layla yang masih terjaga.
"Kami terlambat." jawab Kazumi tanpa melihat Layla. Mereka bertiga lalu masuk ke kamar mereka.
"Ja-jadi.. kita hidup hanya untuk di makan?! Ini tidak mungkin kan..?" Akari menangis lagi.
"Ini.. bukan mimpi Akari. Ini kenyataan." Kazumi terduduk.
Rei yang sedari tadi bungkam membuka mulutnya. "Hei.. ayo kita kabur dari sini! Aku, Akari dan kau, Kazumi. Kita bertiga pasti bisa kabur!" ajak Rei membulatkan tekad.
Akari menggeleng, "Tidak bisa! Kita harus membawa yang lain juga!"
".. Strategi. Seperti saat ujian. Dengan strategi kita pasti bisa kabur" kata Kazumi mengingatkan. Kedua temannya mengangguk.
"Benar"
.
.
.Sementara mereka kabur, Mama yang menunggu sampai mobil itu pergi sangat terkejut ketika melihat tiga petak rumput yang kelihatan seperti terpijak.
TBC..
KAMU SEDANG MEMBACA
Neverland Secret [Tahap Revisi]
FantasyHei, Kalian tau 'Neverland'? Neverland adalah dunia dimana anak-anak tak bisa tumbuh dewasa. Disana, anak-anak tak memikirkan apapun. Dunia yang sangat di impikan. Itu yang mereka bilang. Padahal, Neverland tak seindah itu. Sebenarnya Neverland adal...