05. Sandiwara

40 7 3
                                    

Waktu menunjukkan pukul tujuh malam, ketiganya berkumpul di lorong sembari mendiskusikan sesuatu.

"Jadi kita harus mengumpulkan tali, atau apapun yang bisa di jadikan tali. Nanti jam sepuluh kita berkumpul dikamar. Mengerti?" komando Kazumi. Rei dan Akari mengangguk.

"Tunggu! Bagaimana dengan alat pelacaknya? Kalau ternyata ada kamera atau alat penyadap lain?" tanya Akari.

"Tenang saja. Aku sudah memikirkan kemungkinan itu. Dan tidak ada kamera atau alat penyadap kok," ucap Kazumi membuat Akari bernafas lega.

"Dan tentang alat pelacak, selama kita berada di panti kita tidak akan ketahuan," lanjut Kazumi.

"Benar! Buktinya saat kita pergi ke gerbang waktu itu Mama tidak menyadarinya. Mama baru tau saat melihat ke jam itu," kata Rei.

"Rumput yang terinjak.. Mama tau kalau ada yang mengintip waktu itu.. tapi Mama tidak tau siapa.. kalau dia tau pasti dia tidak akan memakai cara yang merepotkan seperti ini.." sambung Rei.

"Oi! Kazumi! Bisa tolong kami? Jam di kamarku mati! Bisa tolong bantu betulkan?" pinta Ken, Kazumi mengangguk sebagai balasan.

"Sana berpencar. Cari benda yang seperti tali," bisik Kazumi sebelum dia pergi.

"Rei!! Bisa tolong aku? Seprai kami ada beberapa yang berlubang. Dan kau tau kalau kami tidak bisa menjahit dengan benar. Dan mama tidak bisa kami temukan!" teriak Sahsa. Rei terdiam sebentar lalu mengangguk.

"Tunggu sebentar! Aku akan segera ke sana!" teriak Rei.

"Pokoknya jangan keluar dari panti. Dan jangan menampilkan sikap mencurigakan," bisik Rei lalu pergi.

Akari terdiam. Ia meliriknya ke Mading di sebelahnya, tangannya memegang satu tempat yang kosong. "Zen.."

***

"Kau habis dari mana Rei?"

"Kamar Sahsa. Serius deh! Mereka harus di ajari menjahit! Dan kenapa minta tolong padaku? Aku kan tidak terlalu pintar menjahit!" keluh Rei.

"Kau sudah mencari tali?" Bisik Kazumi.

Rei mengangguk. "Sudah. Aku bertanya pada mereka bertiga apa melihat sesuatu dengan bentuk seperti tali. Tapi mereka tidak melihat benda itu" jawab Rei. "Kau?"


"Aku juga tidak menemukannya. Mungkin Akari menemukan talinya."

Ketika ingin kembali ke kamar, mereka berhenti di lorong karena mendengar suara Akari dan Mama. Dari dinding itu mereka mengintip.

"Ada apa, Akari?"

"Wajahmu pucat. Kalau di pikir-pikir, sikapmu pagi ini tidak seperti biasanya. Apa ada sesuatu?" tanya Mama lagi dengan senyum mengintimidasi.

"Tidak kok.." jawab Akari dengan senyum paksaan.

'Ini tidak boleh terjadi. Akari! Kau harus bisa mencairkan suasana! Jangan sampai kamu ketahuan!' pikir Akari.

"Aku tidak apa-apa, Ma!" Akari meyakinkan dengan sikap ceria.

"Aku hanya merasa sedih karena sebentar lagi akan meninggalkan panti ini.."

".. Apa Akari suka di sini?" tanya Mama.

"Iya! Tentu saja!" jawabnya antusias.

"Aku suka Mama dan panti asuhan ini!" Akari memeluk mama.

".. Saat ini.. Zen sedang apa, ya?" gumam Akari.

"Zen bilang kalau sudah besar akan mendirikan panti asuhan juga seperti Mama!" ucap Akari dengan air mata yang mulai berlinang. Tapi dengan segera dia menghapus air matanya itu.

"Iya. Mama tau. Saat sudah besar Zen pasti akan menjadi pria yang berwibawa, dan akan mendirikan panti asuhan."

Mendengar itu Rei dan Kazumi menjadi kesal. Mereka tau kalau Zen sudah tidak memiliki masa depan lagi.

Klining, klining.

"Makan malam sudah siap!!" teriak Lev yang membunyikan lonceng.

Semua anak keluar dari kamarnya. Rei dan Kazumi dengan cepat keluar dari tempat persembunyian dan berlagak seolah tidak mendengar apapun.

"Akari, ayo," ajak Kazumi. Akari mengangguk dan bergabung.

".. Rei, Akari, Kazumi, apa kemarin kalian ke gerbang?" Pertanyaan Mama membuat langkah mereka terhenti.

Gulp.

"Ti-tidak kok ma! Itu 'kan melanggar peraturan! Kemarin, kami bermain petak umpet dengan Ken sampai tak sadar kalau sudah berada di gerbang. Hehe.." Rei berbalik menghadap Mama, mencoba untuk tersenyum.

"Iya. Lagipula kenapa Mama bertanya seperti itu?" Kazumi menelengkan kepalanya.

Mama menggeleng. "Tidak kok. Ya sudah, sana makan." Mereka bertiga kembali melanjutkan langkah.

***

Jam sepuluh malam, mereka merencanakan strategi dan mengakalkan apa yang bisa menjadi pengganti tali.

"Karena kita tidak menemukan tali, dan di gudang tidak ada tali, jadi kita harus membuat sesuatu yang bisa di jadikan tali." Kazumi memulai rapat kecil-kecilan.

"Bagaimana dengan baju? Kalau lengannya di ikat akan menjadi tali bukan?" usul Rei. Kazumi mengangguk.

"Itu bisa di lakukan. Tapi memerlukan baju yang sangat banyak. Sedangkan baju kita bertiga pasti tidak cukup."

".. Bagaimana kalau kita beri tau yang lain? Mungkin mereka juga bisa membantu.." usul Akari.

"Bisa saja. Tapi pertanyaannya, apa mereka akan percaya? Kalau Layla, Ken dan Sahsa mungkin akan percaya kalau aku yang mengatakannya. Tapi bagaimana dengan yang lain?" Kazumi menimbang-nimbang usulan Akari.

"Kalau begitu kita beri tau mereka bertiga dulu saja. Yang lain nanti. Kalau kita sudah punya rencana," kata Rei.

"Yah, baiklah. Besok kita akan memberi tau mereka," Kazumi mengangguk.

Kazumi mengambil beberapa taplak meja, "Untuk sementara kita pakai taplak meja ini dulu, untuk jaga-jaga jika perkiraan kita tidak sesuai dengan ekspektasi." Keduanya mengangguk setuju.

"Hei.. kalian sadar tidak. Kalau setelah Zen, tidak ada lagi anak berumur 7 tahun?"

"Benar juga, Setelah itu adalah umur 6 tahun ke bawah," Kazumi menyetujui perkataan Rei.

"Berarti.. dua bulan lagi itu adalah yang berumur 8 tahun 'kan?" kata Akari, keduanya mengangguk.

"Berarti kita harus mengangkut yang berumur 8 tahun ke atas.." gumam Kazumi.

"Tapi.. mereka hanya akan menjadi beban bukan? Kita tidak tau dunia luar itu seperti apa, jadi apa tidak berbahaya membawa mereka juga? Itu hanya akan membuat mereka membahayakan nyawa sendiri."

"Tapi kita tidak bisa meninggalkan mereka! Ayolah Rei!" pinta Akari.

"Tapi--"

"Kumohon, Rei! Pinjamkanlah kekuatanmu!" mohon Akari.

"Yah.. Baiklah. Aku mengalah. Bawa saja mereka semua," kata Rei menghela nafas.

"Sudah. Ayo tidur. Besok kita banyak pekerjaan," perintah Kazumi. Rei dan Akari menurut lalu masuk ke kamar.

TBC..

Neverland Secret [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang