04. Strategi

38 7 4
                                    

"Zen..?" panggil Akari.

Di depannya terdapat meja makan dengan makanan lezat. Dan juga,

Mayat Zen.

Akari melebarkan matanya. Tak percaya.

"Ke-te-mu~"

Di depannya sudah ada monster yang kemarin dia lihat.

Saat itu juga, dia terbangun. Melihat ke atas dan samping, tempat tidur Rei dan Kazumi kosong.

Pagi telah tiba. Dan semua anak sudah terbangun. Segera Akari mandi dan keluar dari kamarnya, dan bergabung dengan yang lain.

"Pagi!!"

"Mama! Ini taruh di mana?"

"Taruh saja di sana. Kau bisa kan?" kata Mama.

"Tentu, Mama!"

Mama bersikap biasa. Seolah kejadian kemarin tak pernah terjadi.

"Hei, pagi Akari!!" sapa Rei dengan senyum andalannya.

"Pagi," Kazumi juga dengan sikapnya yang biasa.

Bahkan Akari bingung bagaimana mereka berdua bisa bertindak seperti biasa.

Kazumi menghampiri Akari yang masih terdiam. "Tersenyumlah, Akari" bisiknya.

***

Setelah sarapan, Kazumi dan Rei menarik Akari ke kamar kosong. "Akari, dengarkan aku. Kita harus bersikap seperti biasanya. Kemarin kita sudah melanggar peraturan dan pergi ke gerbang. Tapi tidak ketahuan," ucap Kazumi.

"Ta-tapi bagaimana dengan rumputnya? Pasti akan terlihat kalau itu terpijak!" ucap Akari dengan raut khawatir.

"Mama pasti tau itu. Tapi dia tidak tau siapa yang melakukannya. Jadi sementara kita akan aman," kata Rei.

".. Mama tersenyum.." gumam Akari. "Dia beranggapan seperti kejadian kemarin tak pernah terjadi.." sambungnya.

"Kita harus bersikap seperti itu juga," celetuk Kazumi.

"Jangan kalah ya! Akari!" semangat Rei.

Akari berusaha untuk tersenyum, tetapi pikirannya kacau. Dia masih tidak percaya kalau itu semua nyata.

"Seragam putih bersih yang mudah kotor.. makanan lezat.. kehidupan sehari-hari yang menyenangkan.. itu semua untuk menjadikan kita kualitas terbaik.. kita.. hanya bisa menunggu untuk di 'panen' secara acak.." gumam Akari.

"..itu tidak benar. Itu.. tidak acak." Kazumi menggeleng.

"Monster itu pernah bilang bukan? 'Lagi-lagi usia 7 tahun. Akhir-akhir ini kita mengantar kualitas biasa'.." jelas Kazumi.

"Lalu apa maksudnya?" bingung Rei.

"Sepertinya umur menentukan kualitas," jawab Kazumi.

"Yang di antar sebelumnya antara 7-12 semua kan? Kalau 7 itu kualitas biasa, berarti kualitas tinggi adalah–"

"12.." potong Akari.

"Lalu bagaimana dengan skor?" tanya Rei lagi.

"Yang di umumkan hanya full score bukan? Bagaimana kalau–"

"Lalu urutannya?" Akari memotong ucapan Kazumi.

'Sabar.. Sabar..' batin Kazumi menghela nafas.

"Sepertinya dari umur 7 tahun, kita di angkut dari skor terendah. Dan umur 12 tahun, sudah pasti di angkut dari skor tertinggi," jelas Kazumi.

"Berarti karena kita mendapat full score terus, pengiriman kita tertunda?" tebak Rei. Kazumi mengangguk.

Neverland Secret [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang