Dia.
Hanyalah seorang gadis.
Senyumnya dapat membangkitkan senyum orang lain.
Murungnya dapat menghancurkan suasana hati orang lain.
Marahnya dapat mengaduk emosi orang lain.Dia.
Hanyalah seorang gadis, yang tak pernah membiarkan orang lain melihat setitik air terjatuh dari matanya......
'ssrrrtt'
'ckiiittt'
'brakkkk'
'Shhh... Apa aku akan mati? Aku tak pernah tau bagaimana rasanya mati. Tapi... Ini sangat sakitt...' Setetes air terjatuh dari mata indahnya. Percayalah itu adalah pertama kali ia membiarkan orang lain melihatnya.
"Hei... Ada orang kecelakaan!!"
"Cepat panggil ambulans!!"
Samar, ia masih mendengar teriakan orang disekitarnya. Sampai akhirnya langit biru menjadi hal terakhir yang dilihatnya.
.....
"Dokter! Bagaimana kondisi anak saya dok?" Desak seorang wanita paruh baya pada seorang dokter yang baru saja keluar dari sebuah ruangan.
Dokter tersebut menghela napasnya sebelum akhirnya berkata, "Anak anda dalam kondisi koma."
Wanita tersebut hanya bisa terkejut sambil menutup mulut nya menggunakan telapak tangan. Napasnya memburu, lalu sepasang tangan mengokohkan bahunya, mengajaknya untuk duduk. Berdamai dengan keadaan adalah satu satunya jalan yang dapat ditempuh saat ini.
"Papa... Gimana ini pa...?" Tanya nya sambil memandang pada lelaki disebelahnya. Air matanya sudah tak dapat dibendung lagi.
"Tenang ya sayang... Anak kita pasti selamat." Ucap sang suami menguatkan. Lalu menarik sang istri kedalam pelukannya untuk melampiaskan tangis. Sebenarnya ia sendiri begitu khawatir dengan kondisi putrinya.
.....
"Syilaaaa!!" Raung seorang gadis melihat sahabatnya siap untuk dikuburkan. Ia sedang berada diluar kota ketika mendengar kabar mengejutkan dari keluarga sahabatnya ini.
"Tante... Syila cuma bohongin kita kan?" Tanya nya pada wanita paruh baya yang sekarang sedang memeluknya dari samping, menguatkan nya. Tangisnya semakin menjadi tatkala ia hanya mendapat tatapan yang sama persis dengan milik Syila -sahabatnya- ketika tak mampu mengatakan suatu kenyataan.
.....
'Ini dimana? Putih? Kenapa semuanya putih?'
Tiba tiba sekelebat bayangan muncul dengan tidak sopan nya. Ia yang ugal-ugalan mengendarai motor, ia yang tak menyadari adanya mobil, ia yang terlempar jauh, hingga ia yang pertama kali nya setelah sekian lama meneteskan air matanya didepan orang lain.
'Mati? Apa aku sudah mati? Mommy... Apa Syila sudah mati?' Batin nya sambil mendongakkan kepala. Hingga hitam menyerangnya, membuat ia mengejar putih yang semakin menjauh dari nya.
Langkahnya semakin berat, napasnya tercekat. Ia berusaha keras untuk menggapai putih yang kini terlihat seperti setitik cahaya. Hingga akhirnya tangan nya mampu mencapainya.
.....
"Mama... Tangan kakak gerak gerak!!" Teriak seorang anak lelaki pada ibunya. Sang ibu yang mengetahui itu langsung menghubungi dokter.
"Gimana kondisi anak saya dok?" Tanya nya pada dokter setelah memeriksa anaknya. Sang dokter tersenyum puas.
"Anak anda akan segera sadar." Membuat sang ibu memeluk suaminya sambil menangis haru. "Saya permisi dulu." Pamit sang dokter diangguki oleh pasutri tersebut.
Setelah beberapa menit dokter meninggalkan ruangan, saat itulah sepasang mata terbuka. Menyatakan kesilauan nya terhadap cahaya.
'dimana?' Batin nya.
"Kakak? Kakak sudah bangun?" Tanya anak lelaki yang mampu merebut atensi kedua orangtuanya.
"Clara? Kamu sudah sadar nak?" Tanya nya pada anak yang terlihat masih mencerna sesuatu.
'Clara? Siapa? Aku Clara? Tapi aku Syila. Siapa mereka?' batinnya.
"Siapa?" Pertanyaan yang sontak membuat satu ruangan terkejut. Segera, sang ayah menghubungi dokter untuk memeriksa kondisi anaknya, lagi.
"Sepertinya anak anda mengalami amnesia." Pernyataan yang lagi lagi membuat mereka terkejut. Meruntuhkan harapan sang ibu, membuat semangat yang menggebu kembali hancur.
"Anda boleh memberi rangsangan untuk membantu memulihkan memori di otaknya. Tapi jangan berlebihan. Jika anak bapak sudah merasa pusing, jangan diteruskan." Nasehat Pria yang mengenakan jas putih itu. Kemudian ia pamit undur diri.
"Sayang... Ini papa. Ini mama." Ucapnya sambil menunjuk istrinya. "Dan ini adik mu." telunjuknya beralih pada seorang anak yang berada di sampingnya. Syila hanya mengangguki nya sambil terus berpikir apa yang sedang terjadi.
'Apa aku berpindah ke tubuh anak orang ini?' batin Syila. Bersyukurlah karena otak anak ini mampu diajak berpikir cepat.
.....
Sesampainya dirumah yang tampak baru bagi Syila, ia segera dikenalkan dengan kondisi serta seluk beluk rumah ini.
'Berasa tour sekolah.' batinnya.
Setelah selesai, ia memasuki kamar nya atau lebih tepatnya kamar Clara. Ia menutup pintu kamarnya, lalu meringkuk disamping kasur dan mulai sesenggukan.
Berada di lingkungan asing seorang diri, membuat perasaan Syila tak karuan. Ia merindukan rumahnya. Sungguh.
"Clara! Ayo makan sayang!" Teriak Kinara -ibu Clara- . Cepat cepat Syila mengusap air matanya dan mengubah ekspresi wajahnya.
"Iya ma!" Teriaknya balik.
Sesampainya dibawah semua sudah menunggu, terutama Ryan -adik Clara- yang terlihat antusias. Matanya berbinar semangat. Syila memang pintar membaca emosi orang melalui ekspresi mereka.
"Sayang... Kamu besok mau sekolah? Atau kamu mau istirahat dulu?" Tanya Kinara pada Syila.
"Besok Clara mau masuk sekolah ma." Jawab Syila sambil tersenyum. Syila menangkap keterkejutan pada ekspresi mereka, walau hanya sebentar dan kembali normal.
'apa? Kenapa ekspresi mereka seperti itu? Apa tindakan ku tidak seperti Clara biasanya? Mungkin mereka berpikir karena aku amnesia.' Batin Syila, dia ini memang hobi sekali bertanya tanya dalam hati.
"Baiklah... Biar besok ayah mengantarmu." Final Arya -ayah Clara- . Syila mengangguk patuh lalu melanjutkan makan.
.....
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
A New Life
FantasyArsyila Lenord, seorang gadis SMA yang tewas karena kecelakaan yang diyakini sebagai kelalaian nya sendiri. Jiwanya berpindah pada seorang gadis seumuran, yang sama sekali tak dikenalnya. Ia terus mencari identitas diri dan alasan jiwanya berpindah...