24 ✓

2.7K 296 13
                                    

Beberapa hari telah berlalu sejak kejadian itu. Saat itu Syila dibawa ke rumah sakit dan langsung mendapatkan penanganan darurat.

Demi menjaga kerahasian, mereka mengizinkan Syila tidak masuk sekolah dengan alasan liburan keluarga. Sedangkan setiap hari, salah satu dari keempat saudaranya bergantian izin tidak masuk sekolah untuk menjaga Syila sehari penuh.

Hari ini Syila memaksa mereka untuk memperbolehkannya masuk sekolah, karena ia sudah sangat bosan dengan suasana rumah sakit. Mereka tau kalau baik Syila maupun Clara, jika sudah menginginkan sesuatu harus dituruti.

Hanya saja Clara tidak akan meminta hal semacam ini. Yah, Kay tidak mempermasalahkan perubahan adiknya ini lagi.

"Bolehkan?" Bujuk Syila dengan tautan tangan didepan dada dan puppy eyes nya.

"Iya boleh." Jawab Rey dan Kay serentak. Syila sudah bersorak riang, ia tau akan jadi begini.

"Kok boleh?!" Seru Ryan dan Vanro bersamaan dengan tatapan tidak setuju milik mereka.

"Tenang aja... Kan ada kita." Ujar Kay sambil merangkul Rey.

"Sejak kapan kalian akur?" Tanya Ryan heran. Rey yang menyadari hal itu langsung melepaskan rangkulan Kay dan menatapnya jijik.

"Ngapain lo?" Tanya Rey.

"Hei, ini demi keselamatan Clara tau..." Ujar Kay nada manja.

"Gue ogah sama lo!" Tolak Rey tegas sambil memalingkan wajahnya. "Mending gue sama Ryan dan Vanro, ya kan?" Lanjutnya lalu beranjak merangkul dan mengajak mereka pergi.

"Siapa yang kemaren nangis-nangis di mobil gueblbrblbb..." Ucapan Kay terpotong karena Rey sudah membekap mulutnya.

Kemudian Rey menyeret Kay pergi dari hadapan mereka secepatnya sebelum semua aibnya terbongkar. Ryan dan Vanro menatap Syila untuk meminta penjelasan.

"Ikutin aja..." Ucap Syila yang sedari tadi memerhatikan tingkah keempat saudaranya ini.

"Okey, duluan ya kak..." Pamit Ryan, kemudian pergi diikuti Vanro dibelakangnya. Syila melihat kepergian mereka sambil senyum-senyum sendiri.

'saudara siapa sih? Ah, tentu saja mereka saudara ku. Tidak mungkin ketampanan yang mereka miliki adalah gen dari monyet dihutan...' batin Syila senang. Namun kemudian raut wajahnya berubah.

'apa aku boleh serakah? Apa aku berhak mengambil kehidupan orang? Apa ketika urusanku sudah selesai disini, berarti aku juga harus pergi?' pikir Syila. Tak terasa, sesuatu menariknya kedalam mimpi.

'kenapa disini lagi? Aku sudah tidak bisa bertemu Clara lagi bukan?' batin Syila heran. 'oh, atau...'

"Kamu benar Syila... Datangnya kamu kesini adalah untuk bertemu dengan ku..." Ujar wanita bergaun putih yang tiba-tiba muncul dibelakang Syila.

"Kenapa?" Tanya Syila heran.

"Aku datang karena kamu banyak bertanya Syila..." Jawabnya.

"Jadi apa jawaban dari pertanyaan ku?" Tanya Syila cepat, ia tau pertanyaan yang mana yang dimaksud wanita cantik itu.

"Hm... Langsung saja, karena aku tau kamu sangat tidak sabaran. Jadi, untuk yang pertama, kamu tidak serakah Syila... Karena kebahagiaan berkali lipat yang kamu terima ini, adalah balasan untukmu karena telah menerima tugas dengan menjalani kehidupan orang lain." Jelasnya.

"Apa berarti aku tidak sedang mengambil kehidupan Clara?" Tanya Syila penasaran.

"Tidak dan ya. Tidak, karena Clara memang sudah ditakdirkan untuk meninggal.  Ya, karena kamu menjalani hidup sebagai Clara. Jadi kesimpulannya adalah 'tidak'." Ujarnya yang membuat Syila memutar bola mata karena ucapannya yang berputar-putar, sekaligus membuatnya bernapas lega.

A New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang