33

231 15 0
                                    

Syila membuka matanya. Ia terkejut saat menyadari dirinya berada disebuah ruangan minim cahaya dengan tubuh yang diikat di sebuah kursi, ditambah suara hujan dan guntur yang menggelegar. Syila menghentak-hentakkan kakinya, sambil berusaha berteriak meski kepalanya masih sedikit pusing.

Tiba-tiba, Syila ditendang dari arah samping. Membuat Syila terjatuh bersama kursi yang diikat bersamanya. Orang itu tertawa lepas. Puas dengan pemberontakan Syila. Sedangkan Syila terdiam, jantungnya berdegup kencang.

'Kaito sialan! Dasar bajingan!' maki Syila dalam hati.

"Kenapa diam?" Tanya Kaito dengan tatapan yang membuat Syila ketakutan. Kaito membenarkan kursi Syila seperti semula. Lantas melepaskan penyumpal mulut Syila.

"Ahahahaha! Kaito bajingan!" Maki Syila kesal, berusaha mengalahkan suara hujan. "Ah, harusnya gue sadar itu semua rencana Lo." Ujar syila dengan suara yang mati-matian dibuat santai meski sedikit berteriak.

"Sebenernya gue juga gak nyangka Lo bakal masuk perangkap gue." Timpal Kaito dengan sedikit kekehan.

"Bisa-bisanya, Lo buat rumor tentang hubungan kita ditengah rumor gue pacaran sama Gara masih jadi obrolan satu sekolah. Ditambah lagi, curut-curut Lo itu. Gue akui rencana Lo luar biasa Kaito." Puji Syila yang masih berusaha menyembunyikan ketakutannya.

Tak dapat dipungkiri, Syila merasakannya. Ia merasa sesuatu sedang bergerak tanpa sepengetahuan Syila. Itu benar, rencana Kaito ini benar-benar menjebaknya.

Melihat Syila terlalu santai, membuat Kaito geram. Ia menendang kursi Syila dari depan. Membuat Syila terjengkang kebelakang. Syila hanya mendesis pelan, dan itu membuat Kaito mengembalikan posisi kursinya seperti semula.

"Lo tangguh juga ternyata. Kita coba pake ini gimana?" Tanya Kaito mengacungkan sebuah silet didepan mata Syila. Kemudian ia kembali menyumpal mulut Syila.

Kaito mulai menyayatkan siletnya di lengan Syila. Kemudian melihat ekspresi Syila. Kaito kembali emosi saat dilihatnya Syila hanya mengeraskan rahang sambil memejamkan mata erat. Kaito kembali membuat tiga buah sayatan sekaligus di lengan Syila.

"Ahahahahaha ya bener seperti itu! Terus Lo harus memohon ke gue." Seru Kaito senang melihat Syila meneteskan air mata. Ini lah yang dirasakan Kaito saat ia 'menolong' Syila saat itu.

Kemudian Kaito terus membuat sayatan yang bervariasi, dari panjang sampai pendek. Dari yang dangkal hingga membuat siletnya melesak dalam di lengan Syila.

"Aarrrrrggggghhhhh..." Teriak Syila yang sudah tidak dapat menahan rasa sakit. Air matanya yang mengalir deras terus merembes di kain penyumpal. Mengikuti derasnya hujan dan kilat yang menyambar.

Kaito berhenti sebentar. Ia merasa jantungnya berdegup kencang. Sial, ini menyenangkan. Ia dibuat candu dengan ketidakberdayaan Syila.

"Ahahahah... Gila. Ini seru." Ujarnya dengan tawa psikopat.

Kaito berpindah ke wajah Syila. Membuat Syila menahan napas sambil memejamkan mata erat. Kaito mulai menyayat wajah Syila memanjang dari telinga kanan hingga telinga kiri dengan goresan tipis.

"Oh oh. Lihat itu, Lo kayak nangis darah. Hahaha... Ini seru! Ini karya seni!" Seru Kaito memekakkan telinga Syila.

"Arghh... Argh..." Teriak Syila berusaha mengatakan sesuatu. Kakinya juga ia gunakan untuk memberontak.

"Oke oke." Ujar Kaito Akhirnya melepaskan penyumpal mulut Syila.

"L-lepasin gue tolongg!!" Seru Syila lemah. Persetan dengan Kaito yang akan menjadi-jadi. Prioritas nya sekarang adalah lepas dari ikatan ini.

"Boleh. Tapi gue lukis kaki Lo dulu ya." Ujar Kaito tersenyum lebar.

Syila menggeleng keras saat Kaito berjongkok dan mulai 'melukis' kakinya. Syila menggigit bibirnya. Air matanya yang semula asin berubah menjadi amis darah.

"Nah. Udah." Ucap Kaito puas melihat hasil akhir ukirannya.

Merasa cukup, Kaito mulai melepaskan ikatan Syila satu-persatu. Kemudian kembali menendang Syila saat selesai. Kondisi Syila sudah payah. Tubuhnya dipenuhi darah.

Sementara Kaito puas melihat korbannya menderita, Syila segera menggunakan kesempatan ini. Ia menjatuhkan kalung yang Rey berikan, kemudian mengukir nama Kaito menggunakan darahnya. Syila tau sejak awal, kalung itu merupakan chip yang digunakan kedua kakaknya untuk memantau posisi Syila. Ah, Syila bersyukur karena mereka menyayangi Syila.

Sekarang adalah rencana terakhir Syila. Ia tertatih-tatih untuk berdiri. Kemudian, Syila mulai menyerang Kaito Kaito. Syila tau, ia membuat perlawanan yang sia-sia. Tapi bukan itu tujuannya.

Kaito yang kesal memukul tengkuk Syila hingga membuat gadis yang sudah tak berdaya itu jatuh pingsan. Kemudian, Kaito membawa Syila layaknya karung beras dan beranjak pergi menuju tempat ayahnya berada.

Syila yang masih memiliki sedikit kesadaran merasa lega saat dilihatnya petunjuk itu masih aman. Benar, tujuan Syila adalah menjaga petunjuk itu tetap utuh.

.....

Sementara itu, keempat saudara Syila berkumpul dirumah Arya. Mereka berencana merayakan ulangtahun Clara esok hari dengan memberi Syila surprise saat tengah malam nanti.

Namun, hingga pukul 06.00 sore ditengah hujan deras, Syila terus membuat Rey khawatir. Sampai akhirnya, Rey memutuskan untuk memeriksa posisi Syila.

"Apa?" Gumam Rey pelan. Ia segera memanggil Kay untuk melihat kejanggalan dilayar laptopnya.

"Liat ini." Perintah Rey. Layar kotak itu menampilkan dua buah titik merah yang terpisah jauh.

"Motor Clara masih ada disekolah?" Heran Kay. Benar, mereka memang meletakkan satu lagi dimotor Syila.

"Dan lagi, lihat lokasi Syila ini. Ini berlawanan dari arah pulang." Timpal Rey.

"Oh, lihat gambar rumah itu. Bukannya itu berarti rumah kosong? Dan Clara berada disana selama..." Kay mengernyitkan alisnya, menghitung menit jam yang tertulis disana.

"Tiga jam?" Kaget Rey setelah menyadarinya. Dan lagi, dengan motor yang masih berada disekolah.

"Bukannya ini gawat Rey?" Tanya Kay was-was.

"Sial. Apa kita kecolongan lagi?" Kesal Rey. Ia tak tau apa yang akan terjadi pada adiknya itu.

Mereka segera pamit pada Vanro dan Ryan dengan alasan menjemput Syila. Rey meminjam motor Vanro kemudian keduanya melesat menuju arah kalung Syila berada.

Sesampainya disana, mereka segera memasuki rumah tersebut dengan perasaan campur aduk. Mata mereka menatap nanar percikan serta genangan darah dibawah mereka. Kay berinisiatif menyalakan senter smartphone nya, mencari petunjuk lain.

Kay terkesiap, ia segera menarik Rey untuk melihat. Jantung Rey berdesir ngilu. Disana, kalung Syila ditemukan dengan nama Kaito disampingnya. Rey menggeram marah. Kepalanya sudah tidak bisa berpikir jernih. Kay berjongkok untuk memeriksa, sementara Rey masih berdiri terpaku.

Tidak, mereka benar-benar tidak menyangka jika itu Kaito. Dalam beberapa rencana Andreas untuk menghancurkan mereka, Kaito tidak pernah terlibat didalamnya. Mereka memberikan kalung itu untuk mengantisipasi kejadian penculikan seperti saat itu. Siapa sangka ternyata Kaito adalah kartu turf terakhir milik Andreas.

"Rey, sadarlah." Ujar Kay menarik lengan Rey.

"Apa nama itu terukir menggunakan darah Syila?" Gumam Rey. Suara nya bergetar, rasanya sesuatu menghantam telak jantungnya.

Rey segera keluar dari rumah tersebut kemudian tancap gas menuju tempat perusahaan itu berdiri. Kay yang sadar betapa gegabahnya perbuatan Rey, segera menghubungi keluarganya dan bergegas menyusul Rey.

......

TBC

A New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang