10 ✓

5.6K 474 4
                                    

"Selamat datang anak-anak ku..." salam seorang wanita yang tiba-tiba muncul setelah cahaya tadi meredup. Syila melongo melihatnya.

Wanita tersebut sangat cantik. Ia memakai gaun putih selutut yang sangat indah, dan memiliki sayap putih seperti merpati. Dari penampilannya, diperkirakan berumur pertengahan dua puluh.

'apa dia peri dari cerita dongeng?' batin Syila. Tiba-tiba wanita tersebut terkekeh.

"Apa maksudmu Syila?" Tanya wanita tersebut. Syila tersentak sebentar kemudian membenahi ekspresinya lagi.

"Kau bisa membaca pikiranku?" Tanya Syila memastikan. Wanita tersebut mengangguk mengiyakan.

"Syila... Waktumu dengan Clara tidak lama lagi..." Ucap wanita itu pelan. Syila terkejut mendengarnya, lalu ia mengubahnya menjadi santai agar ia dapat berpositif thinking.

"Anda sangat to the point ibu peri... Anda bahkan belum memperkenalkan diri dan sudah mengatakan hal tidak berguna... Apa itu merupakan salah satu sopan santun setiap peri?" Ucap Syila dengan wajah datar. Ia tidak menyukai ini. Peri tersebut terkekeh pelan.

"Hehe... Syila... Kukira kau adalah anak yang kurang sabar..." Ujar peri tersebut. Syila melirik Clara yang hanya mendengar percakapan mereka, seolah-olah telah mengetahui yang sebenarnya.

"Lo udah tau?" Tanya Syila pada Clara.

"Tenang saja... Lanjutkan obrolan kalian." Ucap Clara tenang. Syila berdecih kesal, lagi-lagi ia tak tau apa-apa disini.

"Jadi?" Tanya Syila pada wanita didepannya.

"Baiklah Syila... Aku akan memperkenalkan diriku... Aku adalah peri milikmu... Panggil aku Xavier" Ucap peri tersebut, yang membuat Syila melongo mendengarnya.

"Apa setiap orang memiliki peri mereka masing-masing sejak lahir?" Tanya Syila memastikan.

"Haha... Sudah kuduga, kau sangat pintar Syila... Bahkan aku perlu menjelaskan detailnya ketika dengan Clara..." Ujar peri tersebut sambil melirik Clara yang sekarang terkekeh geli. Syila hanya menatap datar.

"Lalu?" Desak Syila.

"Kau memang tidak sabar Syila..." Ungkap Xavier dengan senyumnya yang tidak pernah hilang. Bicaranya juga sangat lembut. "Baiklah... Jadi, seperti katamu setiap orang memiliki seorang peri ketika lahir. Setiap orang akan mati jika peri miliknya sudah tiada. Aku katakan waktumu dengan Clara sudah tidak lama lagi karena-"

"Peri milik Clara sudah tidak ada?" Potong Syila, ia menatap Xavier intens. Sang peri tersenyum hangat, lalu memeluk Syila yang masih terpaku dan Clara dengan wajahnya yang tersenyum.

"Lo gapapa dengan ini?" Tanya Syila pada Clara.

"Asalkan itu lo, gue gak masalah..." Jawab Clara sambil tersenyum. Syila tidak menyukai ini!

"Apa aku boleh pergi setelah menyelesaikan tugas ku?" Tanya Syila sambil menatap Xavier dengan tatapan memohon. "Aku lelah... Mereka bukan keluarga ku, mereka keluarga Clara. Aku tidak menyukai ini... Apa aku boleh pergi? Kumohon..." Pinta Syila dengan nada memelas. Xavier hanya tersenyum hangat.

"Gak, gak... Lo gak boleh gitu dong Syila... Gue juga keluarga lo, jadi mereka juga keluarga lo... Lo gak boleh pergi gitu aja... Atau gue gak bakal tenang disana." Ucap Clara sedih.

"Clara benar Syila... Tidak ada seorangpun yang lebih mengerti isi sebuah buku kecuali pengarangnya sendiri. Begitu pula dengan kehidupan, tidak ada yang lebih mengetahui jalan hidup seseorang kecuali sang pencipta. Jadi, jalani saja hidup ini. Lupakan semua masa lalu, dan fokuskan pada apa yang akan kamu jalani setelah ini..." Ujar Xavier menyemangati. Syila melepaskan pelukan dan menatap peri tersebut nyalang. Baginya, kata-kata itu terlalu kejam.

A New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang