8 ✓

6.2K 607 0
                                    

"Hah?" Beo Clara.

"Lo ngapain bodoh?!" Ketus Syila melihat ekspresi paling tidak disukainya ini.

"Marga lo..." Jeda Clara.

"Marga gue kenapa bego?!" Geram Syila melihat orang yang berada didepannya ini masih setia dengan keterkejutannya.

"Ah! Itu, marga lo sama kayak marga gue..." Jelas Clara.

"Sama?" Heran Syila dengan mulutnya yang masih terbuka. Clara merasa ada kesempatan untuk membegokan Syila.

"Lo ngapain mangap terus gitu bego?! Kemasukan nyamuk mampus lo!" Balas Clara sambil tersenyum puas. Syila tidak membalas, ia sedang fokus mencerna perkataan Clara.

"Tapi gue gak pernah tau kalo bapak gue ada sodara? Emang lo punya om?" Tanya Syila pada Clara. Jika memang benar, maka ini mungkin akan menjadi sedikit rumit.

"Ada sih adiknya papa, cuma bertaut satu tahun aja. Kadang beliau juga masih kesini." Ungkap Clara.

"Siapa namanya?" Tanya Syila penasaran.

"Davin, Davin Lenord."

Deg

"Dad?" Syila mengernyitkan keningnya.

"Oh, jadi lo anaknya om Davin?" Tanya Clara yang hanya diangguki oleh Syila. Syila masih sibuk dengan pemikirannya.

"Tapi gue gak pernah tau tuh kalo gue ada om? Usia kita sama, kakak kita juga seumuran. Apa bang Rey tau kalo dia punya om?" Gumam Syila yang masih dapat didengar oleh Clara.

"Sebenernya gue baru tau kalo papa punya sodara, itu waktu mama hamil Ryan. Mungkin itu umur gue sekitar dua tahunan." Gumam Clara, yang sebenarnya ditujukan pada Syila. Ia tampak sedikit terkejut.

"Dua tahun? Itu umur gue waktu Mommy sama Daddy cerai. Gue masih sedikit inget karena waktu itu dad sering banting barang, apalagi mom lagi hamil Vanro." Ungkap Syila dengan wajah murung. Ayolah! umur dua tahun adalah masanya anak-anak mempelajari dan mengingat apa yang ia lihat dan ia dengar. Clara yang melihatnya turut bersedih.

"Uluh-uluh anak pinter ga boleh sedih dong..." Hibur Clara yang justru mendapat pelototan Syila.

"By the way, kenapa Lo gak bilang ke temen-temen lo kalo Kay itu kakak Lo?" Tanya Syila heran. Clara tersenyum kecut.

"Kak Kay bilang, gue ga boleh pamerin kalo kak Kay itu kakak gue... Gue gak peduli, gue nempel aja ke kakak, tapi gue juga gak pernah bilang ke siapapun kalo kak Kay itu kakak gue. Mungkin kak Kay risih. Gue emang ngerasa keterlaluan banget sih, soalnya gue pernah putusin hubungan kakak sama pacarnya." Jelas Clara.

"Ck ck ck..." Decak Syila. Clara mengira Syila akan merendahkannya lagi, tapi ternyata. "Bagus..." Puji Syila.

"Eh?" Heran Clara.

"Gue dulu juga pernah marah-marah ke pacarnya bang Rey... Terus pacarnya marah ke bang Rey... Kirain gue bakal diapain sama Abang, tapi ternyata dia malah putusin pacarnya. Hahaha..." Tawa Syila meledak mengingatnya. Clara pun mau tak mau ikut terbawa tawa Syila.

"Lo disayang sama kakak Lo..." Ucap Clara dengan wajah yang berubah menjadi sedih.

"Iya sih ya... Kakak lo emang BRENGSEK! Gue gemes pengen nyekek! Lo tenang aja gue bakal balas dendam atas nama Lo." Tekad Syila mantap. Clara terkekeh melihat tingkah Syila. Awalnya ia mengira Syila adalah pribadi yang sulit didekati, dilihat interaksi pertama Syila yang terkesan kejam bagi Clara.

"Oh ya! Gue bisa liat bahkan bisa ngerasain apa aja yang Lo lakuin selama Lo ada ditubuh gue. Sebenernya gue benci banget, gue marah-marah disini. Tapi gue seneng Lo bisa buat kak Kay ketawa dengan raga gue, biasanya kak Kay cuma liat gue dengan tatapan benci." Jelas Clara dengan wajahnya yang juga berangsur sedih.

"Uluh-uluh anak bodoh ga boleh sedih dong... Nanti gak pinter-pinter." Hibur Syila sambil menepuk kepala Clara. Bukannya marah, Clara malah tersenyum.

"Btw tadi lo pingsan gara-gara gue juga. Gue tadi marah banget, dan tau-tau lo udah disini." Tambah Clara, yang membuat Syila berhenti menepuk kepalanya.

"Terus lo dapet pisau itu dari mana?" Tanya Syila heran.

"Gue tadi bayangin pengen nusuk orang yang ambil alih tubuh gue, terus pisaunya tiba-tiba muncul." Jelas Clara. Syila manggut-manggut mendengarnya.

"Ekhem... Eh?" Syila terkejut saat menyadari sesuatu. "Lukanya hilang?" Heran Syila. Clara yang melihatnya juga terkejut. Syila berdiri lalu berjalan mondar-mandir sembari memikirkan sesuatu. Clara hanya duduk ditempatnya sambil menatap Syila heran.

Syila memejamkan matanya dengan tangan yang seolah memegang sesuatu. Tiba-tiba sebuah pisau muncul ditangannya, ia tersenyum puas lalu menggores tangannya. Clara syok melihatnya, ia bergegas menghampiri Syila yang tangannya sudah berdarah.

"Apa-apaan sih lo La? Entar kalo gue kenapa-napa gimana?" Tanya Clara khawatir. Namun, ia tak mendapat jawaban dari orang yang memunggunginya ini, dan lagi, ia tak merasakan apapun.

'kalau aku tidak salah, aku memang tidak pernah salah sih... Detak jantungku tadi karena emosi yang dirasakan Clara, dimana itu tidak sesuai dengan perasaanku sendiri. Ditambah lagi Clara pasti sudah mencapai puncak emosi. Lalu sakit kepala tadi karena otakku yang tidak menerima emosi Clara.' Batin Syila menyimpulkan.

"Tenang aja, ekhem... Dengerin penjelasan orang pinter ini... Lo harus bisa tahan emosi lo, karena kalo gak, nanti bakal kejadian hal yang sama. Kalo emosi lo sampek memuncak kek tadi, gua gak akan bisa nahan.

Itu yang pertama, kedua, gue gak tau ini alam bawah sadar atau gimana, tapi tempat ini bisa memunculkan sesuatu sesuai dengan apa yang kita pikirkan walau cuma sebatas benda-benda kecil. Karena tadi gue bayangin taman tapi gak muncul.

Ketiga, lo gak akan kena dampaknya kalo gue sendiri gak pengen hal itu terjadi. Keempat, ditempat ini, kalo Lo terluka Lo bakal cepet beregenerasi, dengan syarat... Lo harus mengabaikan rasa sakitnya. Oh, dan ini tangan gue udah sembuh." Jelas Syila panjang lebar sambil mengayunkan tangannya yang tadi ia gores. Clara meraih tangan Syila dan memeriksanya.

"Benar-benar hilang... Lo pinter banget sih..." Kagum Clara, yang membuat Syila terkekeh pelan.

"Oh, btw lo koma gara-gara apa?" Tanya Syila.

"Umm... Gue gak tau kenapa, tapi terakhir yang gue inget, gue pingsan waktu habis makan kue dipesta temennya papa." Jelas Clara.

"Oke, biar gue simpulkan. Ini pasti ada hubungannya sama gue yang tiba-tiba pindah ke raga lo. Ada sesuatu yang harus gue selidiki, karena mungkin tujuan gue pindah kampung ini buat mecahin masalah ini. Soalnya Lo bebek bodoh!" Jelas Syila sambil menggerutu kesal. Clara justru tersenyum mendengarnya, ia benar-benar yakin jika orang didepannya ini sangat pintar.

"Iya, minta tolong ya..." Pinta Clara sambil menepuk pundak Syila. "Oh ya! Terus lo keluarnya dari sini gimana?" Tanya Clara bingung.

"Gampang..." Jawab Syila sambil tersenyum miring, ia memejamkan matanya. Lalu sekejap kemudian ia menghilang dari hadapan Clara.

"Ck! Siapa sih yang nyalain lampu?"

.....

TBC

A New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang