7 ✓

6.3K 580 1
                                    

"Aaaaaaaarrrggghhh!"

Sontak saja teriakan Syila membuat semua orang di ruang makan terkejut. Ryan yang pertama kali tersadar, langsung berlari menaiki tangga disusul tiga orang lainnya.

Sesampainya Ryan didepan pintu kamar Syila, dengan cepat ia membuka pintu tersebut dan mendapati Syila yang pingsan dengan posisi meringkuk serta keringat yang bercucuran.

"Kay! Bawa adikmu kekasur!" Perintah Arya. Kay segera melakukan apa yang diperintahkan, sedangkan Arya masih menelpon dokter.

...

"Bagaimana kondisi anak saya dok?" Desak Kinara setelah dokter memeriksa keadaan Syila. Ia merasa de javu akan hal ini.

"Sebenarnya apa yang baru saja terjadi?" Tanya dokter tersebut heran. Sedangkan orang-orang disana diam karena tak mengerti maksud dokter tersebut.

"Apa maksud anda dok?" Tanya Arya mewakili.

"Anak anda sekarang dalam kondisi koma." Jelas sang dokter, yang membuat semua orang terkejut. Koma? Dia bahkan baru kemarin bangun dari koma! Itulah yang sedang ada dipikiran mereka.

Akhirnya orang tua Clara meminta anak mereka untuk dirawat dirumah. Semua perlengkapan pengobatan disiapkan didalam kamar.

Ditempat lain seorang gadis berdiri sendiri diruangan putih, lagi. Ya! Dia adalah Syila.

'kenapa? Kenapa disini lagi? Apa aku mati lagi?' batin Syila heran. Tiba-tiba seseorang datang, memutar tubuh Syila agar menghadapnya, lalu mencekiknya erat.

'kkhhh...kkhhttt'

"Cccllaara?" Heran Syila sambil mengernyit kesakitan. Orang didepannya ini adalah Clara. Jiwa dari raga yang sekarang ia tempati.

'kenapa terasa sakit sekali? Bukankah ini adalah alam bawah sadar?!' Batin Syila.

"Siapa kau?!" Bentak Clara dengan mata yang penuh dengan kebencian. Belum sampai Syila menjawab, sebuah pisau sudah bersarang tepat di jantungnya.

Syila memuntahkan banyak sekali darah dari mulutnya. Ia merasa sangat sakit. Matanya sudah terpejam, tapi ia masih memiliki sedikit tenaga. Sehingga ia tidak jatuh lemas.

Sedangkan dikamar Clara, Ryan menunggu dengan gelisah. Ia tak pernah meninggalkan kamar kakaknya.

'cccrrrr'

Ryan terkejut melihat darah dari keluar dari mulut kakaknya. Ia panik, benar-benar panik! Ryan berteriak memanggil orangtuanya tanpa mengalihkan tatapannya.

Arya dan Kinara tergopoh-gopoh menuju kamar Clara diikuti oleh Kay. Mereka sangat terkejut. Arya segera memanggil dokter. Ini adalah hari kedua sejak anak mereka dinyatakan koma.

Syila yang sudah hampir menyerah, tiba-tiba mendapat kekuatan untuk sekedar membuka matanya dan menatap tajam orang di depannya. Clara yang melihatnya, justru menantang tatapan Syila.

Kemudian, ekspresi wajah Clara berubah. Ia merasa seperti dicekik dan jantungnya ditikam dengan benda tajam, lalu tiba-tiba Clara memuntahkan darah segar.

Syila sadar, apa yang terjadi padanya juga terjadi pada Clara. Syila tersenyum miring melihat Clara memegangi lehernya sedangkan tangan satunya masih setia bertengger erat dileher Syila.

'apa yang terjadi?' batin Clara heran sambil menahan rasa sakit. Syila yakin, apa yang Clara rasakan hanyalah apa yang sekarang Syila rasakan.

'dia tidak merasakan sakitnya saat pisau ini menembus jantungku. Dia pasti sudah berteriak jika merasakannya.' batin Syila.  'tunggu, aku tidak pingsan? Padahal pisau ini sudah membocorkan jantungku! Apa karena ini adalah alam bawah sadar? Tapi ini masih terasa sangat menyakitkan! Kenapa?' Syila masih sempat terheran-heran bahkan saat ia merasa kesakitan.

Syila segera menghempaskan tangan Clara, lalu jatuh terduduk. Ia mencabut pisaunya pelan sambil menggigit bibir menahan sakit. Setelah tercabut, ia menunduk sambil menumpukan tangannya pada lantai yang dingin.

Syila menatap Clara yang ekspresinya sudah jauh lebih baik. Clara juga sama-sama terduduk didepan Syila.

"Sudah tidak sakit bukan?" Tanya Syila sambil tersenyum miring.

"Bagaimana bisa?" Heran Clara sambil mengelus lehernya yang masih terasa agak sakit.

"Ck! Aku tidak menyangka, ternyata kau bodoh juga." Sindir Syila yang berhasil membuat Clara melempar tatapan tajam. Syila santai saja melihatnya.

"Cepat katakan! Kau mau kubunuh?" Geram Clara.

"Oho! Perkataanmu terlalu kejam untuk ukuran orang bodoh Clara... Lagi pula, mana ada pembunuh yang suka menawar kematian korbannya?" Sarkas Syila sambil terkekeh pelan.

"Sial! Rasanya masih sakit! Padahal darahnya sudah berhenti." Gumam Syila sambil mengecek perutnya yang bolong. Merasa tidak dianggap, Clara meraih pisau disamping Syila dan menodongkan nya pada leher Syila.

"Atau kau ingin benar-benar ku bunuh?" Tanya Clara dengan mata berapi-api. Syila tersenyum miring.

"Kau ini memang tidak sabaran, sama seperti diriku. Oh iya! Kau ingin membunuh ku? Bunuh saja silahkan... Lagi pula kau juga akan mati." Ucap Syila dengan santai. Melihat Clara yang terkejut, Syila semakin tersenyum puas.

"Bagaimana bisa?" Tanya Clara yang membuat nya semakin terlihat bodoh didepan Syila.

"Aaggrhh! Astaga... Berapa jumlah IQ mu Clara? Kau sangat sangat bodoh! Jika aku menempati ragamu pastinya apa yang terjadi padaku akan berdampak pada ragamu dan dirimu sendiri sebagai jiwa yang asli! Sekarang aku tidak tau apa yang terjadi dengan ragamu, karena kamu sudah merusak ku!" Jelas Syila menggebu-gebu, ia merasa menjelaskan hitung-hitungan pada anak SMP.

"Lalu siapa kau?" Tanya Clara yang sudah meletakkan pisaunya dan duduk dihadapan Syila.

"Ekhem... Awsshh." Niat ingin bergaya, tapi sialnya justru kesakitan karenanya. "Sial! Tancapanmu dalam juga..." Ringis Syila. Sedangkan orang didepannya hanya memutar bola mata malas.

"Gue cuma nyuruh lo buat sebut nama doang! Bukan buat nggaya!" Ketus Clara.

'dia bicara informal? Apa karena dia merasa aku ini aman? Atau karena dia sudah merasa akrab denganku?' batin Syila.

"Kenalin, gue Arsyila Lenord..." Ucap Syila sambil mengulurkan tangan. Bukannya balasan yang didapat Syila, tapi malah disuguhi mata Clara yang melotot karena terkejut.

"Hah?"

.....

TBC

A New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang