18 ✓

4.2K 463 17
                                    

"Kakak! ayo makan...!" Kali ini Ryan berseru memanggil Syila.

"Iya..." Jawab Syila malas. Ia sudah sangat bosan dengan teriakan ini.

Setelah sarapan, seperti biasa, Kay berangkat menggunakan motornya, sedangkan Syila dan Ryan berangkat bersama Arya.

"Pa..." Panggil Syila. "Clara pengen dibeliin motor..." Ujar Syila memohon.

"Kenapa? Kakak gak pengen berangkat sama aku?" Tanya Ryan sedih. Syila tersenyum kemudian mengacak rambut Ryan gemas.

"Bukan gitu... Kakak gak pengen papa terlambat ke kantor... Apalagi kalau kakak ada urusan setelah pulang sekolah... Kak Kay kan gak mau boncengin kakak..." Jelas Syila.

"Kenapa gak minta mobil aja sayang?" Tanya Arya.

"Ribet." Jawab Syila singkat.

"Oke." Putus Arya membuat Syila berbinar senang.

"Makasih pa... Saaayang papa..." Ujar Syila sumringah.

"Berarti aku bakal naik motor sendiri dong..." Ucap Ryan sedih.

"Gapapa dong sayang... Vanro aja mau naik motor sendiri, sebelum ini kan kamu juga naik motor sendiri. Sekarang kok minta dianter mulu... Malu tau..." Nasehat Arya.

"Iya sih... Tapi aku maunya sama kakak..." Ujar Ryan. Sedangkan yang dibicarakan masih terlihat memikirkan sesuatu.

"Maksud papa, Vanro anaknya om Davin itu pa?" Tanya Syila memastikan.

"Iya sayang..."

"Sebenernya ada apa sih ini?" Heran Syila.

"Kenapa?" Tanya Arya penasaran.

"Kenapa anaknya om Davin pindah sekolah semua?" Heran Syila tak habis pikir.

"Ah iya, papa lupa belum kasih tau kamu. Om Davin sekarang pindah ke daerah sini. Papa sama om Davin bakal mengelola perusahaan disatu tempat, dan kalian disekolahkan bersama untuk tujuan keamanan. Supaya kita bisa dengan mudah memantau kalian." Jelas Arya. Syila hanya ber-oh ria mendengarnya.

Yah, waktu memang cepat berlalu. Kini mereka telah sampai didepan gerbang sekolahan Ryan. Saat Ryan membuka pintu untuk keluar, terdengar seseorang memanggil namanya.

"Ryan!" Serunya. Syila yang mengenali suara ini, bergegas mengikuti Ryan keluar mobil.

"Hai." Sapa Syila pada adik manjanya ini. Sedangkan yang disapa diam ditempat.

"Van, kenalin, ini kak Clara... Lo belum pernah ketemu kan?" Ucap Ryan memperkenalkan Syila. Tiba-tiba Vanro berlari memeluk Syila.

"Kakak..." Panggil Vanro. Syila tertegun mendengarnya. Ryan pun tak paham dengan sikap Vanro.

"Kenapa?" Tanya Ryan. "Loh, lo nangis?" Tambahnya menyadari air mata Vanro yang tertinggal di pipinya.

"Nggak..." Elaknya cepat. "Kakak mau jadi kakak Vanro juga kan?" Tanya Vanro dengan mata berkaca-kaca. Syila semakin tertegun. Pasalnya Vanro tidak pernah berbicara dengan menyebut namanya kecuali dengannya, Rey dan Melati.

"Tentu saja... Tapi kenapa kamu pengen jadi adik aku?" Tanya Syila heran. Lalu Vanro menunjuk netra lembut Syila.

"Ini, ini tatapan milik kak Syila... Aku rindu kak Syila." Ujar Vanro. Lagi-lagi Syila dibuat tertegun. Kemudian ia tersenyum dan mengacak rambut Vanro lembut.

'dia benar-benar mempunyai intuisi yang tajam...' batin Syila bangga.

"Baiklah! Selamat belajar adik-adik kakak..." Ujar Syila. Kemudian tiba-tiba, ia mendapat ciuman serentak dipipi kanan dan kiri oleh kedua adiknya.

A New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang