9 ✓

6.1K 505 4
                                    

"Ck! Siapa sih yang nyalain lampu?" Kesal Syila. Pasalnya, ia memang tidak suka menyalakan lampu ketika sedang tidur.

"Kakak?" Tanya Ryan memastikan dengan mata berkaca-kaca. Tiba-tiba Ryan menerjang Syila yang baru sadar. Ia menangis sambil memeluk Syila.

"Berapa?" Tanya Syila yang tidak dapat dimengerti oleh Ryan.

"Maksudnya?" Tanya Ryan.

"Berapa hari kakak pingsan?" Tanya Syila. Ia melihat banyak alat medis di kamarnya. Jadi, pastinya ia tak sadar selama lebih dari satu hari.

"Pingsan? Kakak koma tau!" Jawab Ryan ketus. Ia melepaskan pelukannya dan menatap Syila dengan mata yang kembali berkaca-kaca.

"What?! Koma?" Pekik Syila terkejut. "Berapa hari?" Tanya Syila lagi.

"Satu Minggu..." Jawab Ryan dengan bibir mengerucut. Syila sedikit tersentak, lalu membawa Ryan ke pelukannya. "Kakak jangan gitu lagi... Aku takut... Hiks..." Rengek Ryan dengan sedikit sesenggukan.

"Iya... Kakak gak akan ulangi lagi." Ucap Syila menenangkan. Ia teringat Vanro yang begitu menyayanginya.

'apa kabar pangeran satu itu? Apa dia baik-baik saja? Ah, aku jadi ingat Abang... Disini aku juga mempunyai seorang kakak yang bahkan sama sekali tidak peduli terhadap adiknya. Aku rindu Abang...' keluh Syila. Ia hanya bisa menangis dalam hati. Padahal dulu jika didepan abangnya iya tak pernah sungkan untuk menangis.

"Oh iya, aku lupa belum panggil dokter." Kaget Ryan melepas pelukannya.

"Gak usah, kakak baik-baik aja kok." Tolak Syila sambil tersenyum.

"Kakak....." Haru Ryan karena sudah lama tak melihat kakaknya tersenyum.

"Udah sana pergi! Kakak mau mandi." Usir Syila. Ryan cemberut lalu pergi meninggalkan Syila. Syila segera beranjak untuk membersihkan dirinya.

Ketika keluar dari kamar mandi, Syila dikejutkan dengan semua orang yang sudah menunggunya diluar. Kinara, Arya dan Ryan.

'bangkay itu benar-benar tidak peduli dengan adiknya! Sial!' batin Syila kesal. Mereka segera memeluk Syila. 'aku baru sadar, mereka sudah membereskan kamar ini. Bagus... Bagus... Aku tidak perlu repot-repot.'

"Sayang segera turun dan makan ya..." Ajak Kinara lembut.

"Iya ma..." Jawab Syila. Ternyata saat ini sudah sore hari. Syila membuka jendela dan menikmati angin yang menerpa wajahnya.

'coba saja aku dan Clara bisa terhubung... Huh.'

'hoi'

Syila celingukan ketika mendengar sebuah suara.

'hoi! ini Clara bego!'

Syila terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa ia mendengar suara Clara? Padahal jiwa Clara ada ditempat -yang tidak diketahui Syila sampai sekarang- itu.

"Lo dimana Ra?" Tanya Syila yang jika orang lain melihat maka akan tampak seperti orang gila.

'gue masih ditempat ini lah bego. Lo membatin aja, ntar dikira orang gila.' ucap Clara kemudian. Syila mendengus kesal mendengarnya.

'halo, halo? Cek!' -Syila.

'gue denger ayam!' bentak Clara.

'enak aja nama gue jadi ayam!' kesal Syila.

'nama gue juga jadi bebek kok!' balas Clara puas.

'lo kok bisa tau kalo kita bisa terhubung?' tanya Syila heran.

A New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang