Belum lagi Syila ingin melanjutkan perjalanannya, tiba-tiba kedua lengannya dicengkeram erat.
'ssttttshitt...' umpat Syila yang merasakan nyeri dilengan kanannya.
Lalu tubuhnya diputar sehingga menghadap si pelaku -yang menurut Syila- kejahatan. Tatapan mata mereka betubrukan.
'wuah cogan.' kagum Syila sambil tetap mengontrol ekspresi wajahnya. Ssstt... Ini rahasia Syila sendiri! Dia... Maniak cogan! Hanya sebatas kagum saja sebenarnya, bagaimana bisa ada banyak kaum Adam yang ketampanannya diatas rata-rata bahkan mendekati cantik?
'ekhem! Ingat image, Syila! Lagi pula siapa dia sampai beraninya mencengkeram lengan seorang Syila sambil menatap matanya dengan penuh kebencian?!' batin Syila mulai kesal dengan provokasi yang dilakukan oleh dirinya sendiri.
"Lo! Jangan pernah gangguin gue lagi! Ini peringatan terakhir gue! Ingat itu!" Ancam laki-laki tadi. Matanya penuh kebencian dan sedikit rasa frustasi.
Syila yang melihatnya, langsung melemparkan tatapan membunuh. Dapat dilihat orang didepannya ini terkejut sesaat, merasa aneh mungkin. Syila menepis tangan nya yang berada di lengan kanan Syila. Sekejap kemudian, ia mulai merasakan nyeri kembali.
Sambil memegangi lengan kanannya, Syila menatap sinis orang tersebut dan beranjak meninggalkan nya dengan wajah -yang menurut Syila- tersentak mungkin? Atau terkesiap? Entahlah, ia sekarang harus segera menemui teman-temannya itu.
Setibanya di kantin Syila melihat disana cukup ramai. Ia mengedarkan pandangannya mencari kedua teman Clara. Syila lega saat Daisy melambaikan tangannya sambil memekikkan nama Clara pelan.
Syila segera beranjak menuju meja mereka. Sesaat Syila mendengar bisikan-bisikan tentang Clara.
"Liat noh! Cabe lewat..."
"Hus! Jangan gitu nanti kedengeran, mampus lu!" Bisikan satu ini menghentikan langkah Syila sebentar, sebelum detik berikutnya ia lanjutkan lagi.
'wah wah!! Sepertinya kamu orang yang pendendam, Clara! Ck ck ck! Astaga... Mimpi apa aku semalam...' gerutu Syila dalam hati. Namun, sedetik kemudian ia tersenyum singkat. 'informasi baru.' pikirnya. Ia segera duduk disamping Daisy.
"Lo mau pesen apa? biar gue yang pesenin." Tawar Raina beranjak berdiri. Mata Syila berbinar senang.
"Wah wah... Anda baik sekali." Puji Syila yang entah kenapa malah membuat mereka berdua saling melemparkan tatapan heran. Hal itu tak luput dari penglihatan Syila.
'kenapa?' batin Syila.
"U-udah... Bilang aja! gak usah pake muji-muji segala." Ucap Raina kemudian. Syila yang menangkap kecanggungan diucapan Raina hanya tersenyum singkat.
'cih apa sih...?' Syila masih saja bertanya-tanya.
"Gue ikut lo." Final Syila kemudian. Ughh... Ia bahkan tak tau jika tindakannya ini justru membuat kedua temannya itu semakin terkejut.
'apa lagi? Apa Clara tak pernah melakukan hal semacam ini?' batin Syila berhipotesis.
"Lo gak lagi demam kan Ra?" Tanya Daisy disertai wajah cengonya sambil menempelkan punggung tangannya pada kening Syila.
"Apa sih?" Tanya Syila kesal sambil menepis tangan Daisy.
"Dia amnesia Sy." Pernyataan Raina membuat Daisy teringat sesuatu lalu menghembuskan napasnya.
'fiks! Mereka merasakan suatu perbedaan dari tingkah kami!' simpul Syila tiba-tiba.
"Kalian belum jawab pertanyaan gue." Ingat Syila kesal karena ia seperti orang yang tidak tau apa-apa disini, dan ia benci itu.
"Gapapa kok Ra... Udah sana pesen makanan, nanti bakal gue jelasin kok." Jawab Daisy. Syila memicingkan matanya, mencari dan menuntut kepastian, yang diangguki oleh Daisy dengan mantap. Lantas tangan nya ditarik oleh Raina.
Selepas memesan makanan, Syila dan Raina kembali menuju mejanya. Daisy melihat mereka berdua dengan tatapan melotot. Pasalnya ia melihat Syila memborong sepuluh pasta coklat sekaligus.
Syila yang menyadarinya hanya tersenyum sumringah. Sedangkan Daisy sampai geleng-geleng kepala melihatnya.
"Maniak coklat lo belum sembuh Ra?" Tanya Daisy tidak percaya.
'oh jadi Clara ini menyukai coklat juga? Ummm... Baguslah...' batin Syila sambil terus tersenyum. Melihat Syila yang begitu senang, Daisy dan Raina turut melebarkan senyum mereka. Syila segera mendudukkan dirinya lalu menopang dagunya dengan kedua tangan.
"Jadi...?" Tanya Syila sambil melebarkan senyum sampai matanya menyipit. Daisy segera tau jika orang yang sedang tersenyum bak iblis didepannya ini sedang menagih janji. Maka, Daisy pun hanya meringis memperlihatkan giginya yang rapi.
Sekejap kemudian Syila menghilangkan senyumnya dan menatap Daisy dengan tatapan serius. Membuat Daisy menciut. Sedangkan Raina? Oh ayolah! Ia tidak ingin terlibat dengan perang ini. Biarlah mereka menjadi penghutang dan penagih. Lebih baik Raina memakan makanannya bukan?
"Iya iya! Gak usah gitu juga kali!" Ucap Daisy mengakhiri tatapan mengintimidasi milik Syila. Sedangkan Syila masih menunggunya dengan posisi awal.
"Jadi gini... Emm... Tapi lo janji ga boleh marah." Ucap Daisy was-was jika perkataannya nanti menyinggung Syila.
"Iya... Daisy yang cantik jelita bagaikan putri tidur yang sudah lama tak berjumpa dengan pangerannya!!!" Gemas Syila sambil memelototkan matanya dan menggertakkan giginya.
Sontak saja Raina yang berada disamping Syila menyemburkan makanannya, tawanya meledak, sampai ia menitikkan air matanya. Tak beda jauh dengan Daisy yang justru sudah jongkok dilantai sambil memegangi perutnya.
Syila menatap mereka dengan tatapan heran. Apa yang telah dia lakukan? Ughh... lihatlah apa yang mereka lakukan! Bahkan tawa mereka berhasil merebut atensi sebagian orang-orang yang sedang berada di kantin.
'memalukan!' batin Syila kesal.
Bibir Syila membentuk segaris tipis dengan mata terpejam, tatkala melirik ekspresi orang-orang yang melihatnya. Seperti, heran atau jijik, dan yang paling parah mungkin menganggap mereka gila!
"Ck!" Syila berdecak kesal kemudian menatap kedua sahabatnya. Daisy dan Raina mulai tenang, walaupun masih sesekali terkekeh.
"Lo bilang apa barusan?" Tanya mereka serempak lalu tertawa lagi.
.....
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
A New Life
FantasyArsyila Lenord, seorang gadis SMA yang tewas karena kecelakaan yang diyakini sebagai kelalaian nya sendiri. Jiwanya berpindah pada seorang gadis seumuran, yang sama sekali tak dikenalnya. Ia terus mencari identitas diri dan alasan jiwanya berpindah...