"Lo bilang apa barusan?" Tanya mereka serempak lalu tertawa lagi.
Syila menatap mereka dengan tatapan yang ughh... Menusuk. Membuat Raina dan Daisy gelagapan. Jujur saja, mereka selalu merinding melihat tatapan marah milik Clara dulu.
"Ekhem." Deham Daisy sambil berpura-pura membenahi tempat duduknya, demikian pula dengan Raina.
"Ck! Cepet gak?" Kesal Syila melihat tingkah mereka.
"Iya deh..." Jawab Daisy mengalah. "Jadi gini, gue gak tau, apa ini semua gara-gara lo koma atau gimana, tapi satu hal, lo banyak berubah!" Jelas Daisy. Syila terkesiap mendengar nya.
'wah wah! Sepertinya kamu mendapatkan teman yang sangat mengerti dirimu, Clara! Bahkan belum ada sehari mereka bersama ku tapi mereka sudah menyadari banyak hal!' batin Syila kagum.
"Lo yang kita kenal dulu, suka ngebully, terus lo juga suka, bukan! Tapi, selalu nyuruh kita buat mesenin makanan waktu lagi dikantin. Lo cuma seneng waktu lo bisa dapetin apa yang lo mau.
Kita juga selalu jadi pelampiasan lo waktu lo marah sewaktu gak bisa dapetin apa yang lo mau, dan sialnya lo lebih sering begitu! Yang paling parah dari perubahan lo itu, gak pernah tuh lo muji kita meski cuma bercanda! Lo cuma bakal muji kita sewaktu kita bisa dapetin apa yang lo mau!" Jelas Daisy agak menggebu-gebu. "Oh ya! dan lagi, gue ngerasa aneh sama tatapan mata lo!" Tambahnya.
'dia tau banyak!' batin Syila.
"Fyuh... Gue emang temen yang bangsat ternyata." Ucap Syila sambil memijit pelipisnya.
"Tapi ada hal yang gak berubah dari diri lo." Tambah Raina sambil memakan makanan didepannya. Daisy pun mengangguk, sedangkan Syila mengangkat kepalanya, menengok Raina.
"Lo masih gak sabaran." Ucap Daisy sambil menunjuk Syila. Sedangkan yang ditunjuk hanya manggut-manggut, membenarkan.
"Dan masih suka banget sama coklat! Bahkan cinta mati. Walau gak sampai semati cinta lo sama kak Kay." Tambah Raina. Membuat Syila melotot mendengarnya.
"Kay?" Tanya Syila masih dengan matanya yang melotot.
"Iya." Jawab Raina dengan serius bahkan kali ini ia sampai menatap mata Syila.
"Oh iya! Lo amnesia. Gue mikir kenapa lo nanya segala, dan ini gue baru inget lagi." Timpal Daisy disertai cengirannya.
"Dasar pikun!" Gerutu Syila, lalu kembali menatap Raina. "Siapa Kay itu?" Tanya Syila sambil menatap mata Raina dengan sangat serius, atau duarius malah. Wajar saja jika Syila penasaran, ia baru saja mendengarnya tadi dikelas.
"Jadi-" Ucapan Raina terputus karena fokusnya teralihkan melihat Syila yang sekarang sedang celingukan.
Raina menyadarinya, kantin yang tadinya hanya sebatas riuh biasa sekarang menjadi riuh yang disertai dengan pekikan dari beberapa orang.
"Siapa sih?" Tanya Syila heran sambil masih terus celingukan.
"Kayaknya Raina ga perlu jelasin lagi deh..." Ucap Daisy tiba-tiba, yang diangguki oleh Raina.
"Kay?" Tanya Syila memastikan. Perkiraan nya terbukti saat mendapat anggukan dari keduanya. Syila sangat terkejut ketika melihat orang yang dipanggil 'Kay' itu. Tatapan mereka bertemu, dengan Kay yang menyuguhi Syila tatapan yang sangat sangat penuh -sampai meluap luap bahkan- dengan kebencian.
'bukannya dia yang membentak aku di koridor tadi? Jadi dia orang yang dicari perhatiannya oleh Clara? Dia? Orang sok ganteng begitu! Walau memang ganteng sih... Aakkhhhh apa yang kamu pikirkan Syila?!! Ggrrtt' batin Syila kesal! Sangat sangat kesal! Syila menghempaskan pantatnya, kembali ke tempat duduk.
Ia masih menahan amarah sambil terus menggertakkan giginya. Syila termakan oleh provokasi yang dilakukan dirinya sendiri. Ia membayangkan tatapan kebencian dari sosok itu, sehingga tidak terkecoh dengan tampangnya yang memang diatas rata-rata.
Syila memakan makanannya dengan kasar. Hal itu tidak luput dari penglihatan Daisy dan Raina yang sekarang menatapnya dengan tatapan heran.
"Lo gapapa kan Ra?" Tanya Daisy was-was. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan Syila yang menaruh sendoknya kasar, lalu pergi begitu saja.
Disisi lain seorang laki-laki masih saja terkejut dengan sikap Syila yang begitu berbeda dengan Clara.
"Tumben cabe lo itu gak ngerusuh lagi?" Tanya salah satu temannya, yang diangguki teman lainnya. Sedangkan dia hanya diam saja sambil terus berpikir. Ya! tentu saja dia Kay!
Kembali ke sisi Syila yang sekarang sedang berada dikelas. Disana tidak ada siapa-siapa. Syila berdiri sambil tangannya menumpu meja. Ia sedang berusaha mengatur napasnya sambil berusaha menghilangkan bayangan dikepalanya.
"Clara lo gapapa kan?" Tanya Daisy yang tiba dikelas dengan raut khawatir, disusul Raina dibelakangnya.
"Aakkhhhh! Gue benci matanya!" Pekik Syila sambil meninju mejanya dengan keras, membuat kedua sahabatnya terkejut.
"Ra?" Tanya Daisy takut-takut. Syila menarik napasnya dalam, lalu menghembuskan nya pelan. Kemudian duduk dengan tenang.
Daisy dan Raina melihatnya dengan terkejut. Mereka saling pandang sejenak, lalu mendekati Syila, menenangkannya.
.....
Sepulang sekolah, Syila segera tertidur karena lelah. Hari sudah menjelang sore ketika ia membuka matanya kembali dan bersiap untuk mandi.
Selepas mandi, Syila memperhatikan interior kamar Clara yang belum sempat ia amati sejak ia bangun ditubuh Clara.
Kamar ini didominasi warna pink dengan warna biru sebagai pendampingnya. Kamar ini terbilang besar walau tak sebesar milik Syila dulu, dengan ranjang berukuran besar, meja rias, lemari, rak buku, meja belajar, sofa dan kamar mandi.
"Clara! Ayo makan nak!" Teriak Kinara dari bawah, membuat niat Syila untuk menggeledah kamar ini menjadi batal. Syila segera menuruni tangga ketika melihat sesuatu yang janggal.
'tunggu... Siapa dia? Dia ada di kursi yang dari kemarin kosong! Apa itu miliknya? Apa dia kakak Clara? Tapi mereka tidak pernah bilang? Atau dia pamannya?' Syila segera berhenti berpikir. Namun, sekarang ia jadi lebih penasaran.
Syila berdiri diujung tangga melihat sosok lelaki yang sekarang sedang duduk memunggungi nya. Tiba-tiba sebuah kata lagi-lagi terucap dari mulutnya.
"Siapa?" Tanya Syila sambil menelengkan kepalanya ke kiri. Matanya mulai menatap awas pada laki-laki yang sekarang mulai menengok kan kepalanya.
.....
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
A New Life
FantasyArsyila Lenord, seorang gadis SMA yang tewas karena kecelakaan yang diyakini sebagai kelalaian nya sendiri. Jiwanya berpindah pada seorang gadis seumuran, yang sama sekali tak dikenalnya. Ia terus mencari identitas diri dan alasan jiwanya berpindah...