2 ✓

8.4K 680 10
                                    

Jam 21.30, ini adalah waktu dimana seharusnya Syila sudah tertidur. Namun, yang terjadi sekarang adalah Syila yang masih bergerak-gerak gelisah sambil memikirkan apa yang terjadi pada dirinya.

Setelah makan malam tadi, Syila pergi ke kamar dan melihat cermin. Syila memerhatikan setiap detail tubuh anak yang sedang ia tempati ini, akhirnya Syila menyimpulkan pendapat nya tentang penampilan Clara.

Clara memiliki mata dan bibir yang hampir sama dengan milik Syila. Hanya saja ketika Syila melihat beberapa foto Clara, Syila merasa tatapan nya sayu walau ekspresi nya berusaha menampilkan senyuman. Syila merasa anak ini sulit mendapat apa yang ia inginkan.

'apa alasan aku sampai berpindah cangkang ini untuk mencapai apa yang diinginkan oleh Clara?' batin Syila

Sebenarnya jika dilihat dari penampilan fisik, Syila dan Clara memiliki banyak kesamaan, contohnya tinggi badan mereka yang hampir sama walau dapat dipastikan Syila sedikit lebih tinggi dari Clara. Wajah mereka pun perbedaannya hanya terletak pada pipi mereka, Clara memiliki pipi yang agak chubby.

'atau jangan-jangan malaikat maut salah menempatkan jiwa kami? Sampai tertukar begini?' selingan pikiran konyol terlintas di otaknya. Setidaknya agar Syila tidak terlalu tertekan dengan pikirannya sendiri.

Syila juga sudah memeriksa dan menyesuaikan tanggal dengan kejadian saat Syila kecelakaan, dan ternyata ia berada dimasa nya sendiri. Clara pun juga seumuran dengannya.

'jadi... Apa yang terjadi dengan mu Syila sayanggg?' geramnya dalam hati. Lelah dengan pikirannya, akhirnya Syila jatuh tidur.

.....

"Clara! Ayo sarapan sayang!" Teriak Kinara pada anak perempuan satu-satunya itu.

"Iya ma!" Teriak Syila balik. Lantas segera menuruni tangga. Dan lagi lagi Syila menjadi yang terakhir ditambah dengan tatapan Ryan yang masih tetap sama seperti kemarin, antusias sampai keluar kata 'sekali' menurut Syila.

'apa Ryan begitu menyayangi Clara? Atau ia begitu merindukan Clara? Mereka juga tak pernah lagi membahas sebab musabab 'komanya' Clara. Padahal aku sangat penasaran. Tapi melihat mereka berusaha menjaga ekspresi yang justru sangat kelihatan -menurutku- menyembunyikan sesuatu. Membuatku harus mencari cara lain. Ck!' Ughh Syila bahkan tak berhenti membatin sewaktu menuruni tangga.

Syila segera mengambil tempatnya dan mulai mengambil alih sendok yang berada dimeja. Sambil makan ia memeriksa keadaan, dan kalian tau apa yang akan ia lakukan selanjutnya?

'kursi siapa itu?' ya! Tentu saja berpikir. 'kenapa jumlahnya lebih satu? Aku tidak pernah melihat Bi Inah makan bersama disini? Jadi pastinya kursi itu bukan milik Bi Inah. Hisss apa sih? Kenapa aku selalu memikirkan hal hal yang -sangat- tidak penting seperti ini?' Final dari perdebatan otak dan hati Syila diakhiri dengan endikan bahu.

Setelah makan, Syila, Arya dan Ryan bersiap untuk berangkat. Mereka mulai berpamitan dengan Kinara.

"Papa... Aku ikut papa sama kakak ya..." Rengek Ryan disertai dengan tautan tangan dan puppy eyes nya. Syila geram melihatnya, berasa ingin meremas wajah menggemaskan itu.

"Ayo!" Ajak Syila sambil menggaet tangan Ryan menuju mobil. Arya hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka.

"Papa! Ayo! Nanti kita terlambat!" Teriak Ryan dari dalam mobil. Arya yang mendengarnya bergegas memasuki mobil dan menjalankan mobilnya keluar pekarangan.

Sesampainya di Sekolah Ryan -SMP Taruma Negara- Syila melihat keramaian didepan gerbang sekolah Ryan.

"Sepertinya kamu orang famous dek." Ucap Syila sambil memandang keluar lalu beralih pada Ryan.

"Iya dong! Adek siapa?" Sombong Ryan. Dalam bayangan Syila hidung Ryan sampai memanjang saking sombongnya.

Ryan segera beranjak ingin membuka pintu mobil, sebelum suara Syila menginterupsinya.

"Tunggu! Kamu kelas berapa dek?" Tanya Syila yang justru mendapat keterkejutan sesaat pada yang ditanyai. Ryan berbalik sambil tersenyum manis.

"Aku kelas 2 SMP kak." Jawabnya lembut. Syila manggut-manggut mengerti. "Bye kak, bye pa" pamit Ryan. Setelah itu Arya melajukan mobilnya lagi menuju sekolah Syila.

"Papa pasti berasa jadi tukang ojek." Celetuk Syila ditengah kesunyian. Membuat Arya yang mendengarnya terkikik geli.

"Iya nih sayang... Padahal papa pasti sudah telat... Hah liat saja pasti nanti papa akan kena marah." Canda Arya. Syila hanya tersenyum singkat, candaan Arya terdengar garing ditelinga Syila.

'humornya... Aku masih merasa canggung dengan keluarga ini. Aku rindu bang Rey...' batin Syila sambil menghela napas.

.....

TBC

Mohon dimaafkan jika banyak menemukan typo!!🤧

Author baru belajar nulis...

Kalo ada typo bisa langsung komen ajh nanti author bakal revisi!

A New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang