LIMA

53 3 1
                                    

Bel sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu.

Aretha tampak berusaha menyimak materi yang di sampaikan Bu Sari, tapi berkali-kali harus berdecak.

Bagaimana tidak?

Kehadiran seorang lelaki di depan kelasnya, dengan satu kaki dan satu tangan terangkat itu membuatnya susah fokus.

Mungkin, bagi yang lain pun seperti itu.

Siapa lagi kalau bukan Barra?

Bagaimana bisa, Barra berada di kelas Aretha yang sedang melangsungkan pelajaran?

Itu dikarenakan ulah Barra terhadap Bu Sari di awal pagi ini.

Yaps, karena telat mengumpulkan tugas Minggu lalu, Barra pun terburu-buru mencari Bu Sari.

Barra melihat Bu Sari di lapangan saat itu, tanpa pikir panjang pun Barra langsung berlari ke arah guru itu.

Sayangnya, keberuntungan tak berpihak pada Barra. Karena sudah terbiasa berlari kencang, Barra tak bisa mengontrol kecepatan larinya itu.

Alhasil, Barra menabrak Bu Sari yang menjadikan guru itu terjatuh.

Jadilah saat ini. Barra di hukum Bu Sari, sampai guru itu memberikan izin pada Barra untuk meninggalkan kelas itu.

Aretha menjadi jengah, di kelas nya sendiri. Pagi nya sudah di rusak berkat kekuatan Bu Sari dan Barra.

Ketahuilah, bahwa permasalahan hubungan antara Barra dan Aretha itu sudah sampai ke telinga seluruh siswa.

Dan tentu saja itu membuat Aretha, menjadi frustasi sendiri.

Apalagi saat Aretha melihat senyum tak berdosa itu. Barra terus-terusan memberikan senyuman pada Aretha, yang jelas-jelas sudah menunjukkan wajah kesal.

Tak jarang, dari teman kelas Aretha pun ikut tersenyum secara tertahan.

"Kamu kenapa senyum-senyum begitu, Fajar?"

Barra sedikit tersentak, lalu melihat ke arah Bu Sari yang menatapnya heran.

Bukannya merasa terintimidasi, Barra justru tetap tersenyum dan kembali menatap Aretha yang menatap sinis.

"Liat kesana deh, Bu. Cantik banget, 'kan ya bidadari nya?"
Barra menunjuk Aretha, yang justru membulatkan matanya.

Beberapa siswa dan siswi langsung bersorak memenuhi ruang lingkup kelas ini, menyoraki ucapan Barra yang tentu saja di tunjukkan untuk Aretha.

"Sudah-sudah, jangan ribut kalian semua. Kamu ini, Fajar. Nilai kamu masih harus ditingkatkan lagi, baru ngomong bidadari. Belajar diutamakan." Ucap Bu Sari.

Barra menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu mengangguk. "Iya, Bu. Maaf. Saya terlanjur terpesona, soalnya."

Sorakan semakin menggema di dalam kelas XII IPA 2 itu. Barra dengan bangga menunjukkan bahwa Aretha hanya milik nya saja.

"Aduh, kamu ini. Udah, kembali ke kelas kamu sekarang." Ujar Bu Sari agar menenangkan kelas XII IPA 2.

Aretha bersorak dalam hati, atas ucapan Bu Sari yang seperti mengerti posisinya saat ini.

Sungguh, kehadiran dan ucapan Barra itu membuat Aretha semakin gatal untuk memukul kepala lelaki tampan itu.

"Yah, Bu. Kasih saya hukuman tambahan aja, Bu. Masih mau disini." Pinta Barra.

"Loh, kok? Harusnya kamu seneng dong karena udah saya izinkan kembali ke kelas. Kok malah mau nambah hukumannya?" Tanya Bu Sari heran.

"Kan udah saya bilang, Bu. Disini ada bidadari cantik. Penyemangat saya."

FAJAR UNTUK SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang