Seorang lelaki berjalan dengan langkah santainya dengan seikat bunga Lily ditangannya. Wajahnya tak menunjukkan raut apapun, membuat mereka yang melewatinya sedikit bingung.
Ditambah, seragam khas anak SMA membuat daya tarik sendiri untuk nya di koridor yang berbau obat itu.
Lelaki itu masuk ke dalam sebuah ruangan sepi, dan bau alat antiseptik masuk ke Indra penciumannya.
Matanya yang tajam, menatap seorang gadis yang terlelap disana dengan alat infus yang berada di hitung dan bibirnya.
Lelaki itu mendekat ke arah gadis. Melihat bunga Lily yang sempat dibawanya, masih terlihat segar.
Lily baru pun ia letakkan lagi di atas nakas, menindih Bungan Lily yang sebelumnya. Ia menatap gadis itu yang semakin kurus.
Tatapannya tak bisa diartikan lagi, saat ia menatap gadis itu.
Lelaki itu berdecih sinis. "Sempet-sempet nya gue peduli sama Lo, yang bahkan gak peduli sama gue."
***
Aretha berjalan sendirian di sepanjang koridor sekolah. Sekolah masih nampak sepi, mungkin hanya ada dirinya saja saat ini yang berangkat pagi buta seperti ini.
Mengesampingkan hal itu, Aretha sengaja berangkat lebih awal. Tentu saja jawaban untuk menghindar dari Barra selepas kejadian memalukan kemarin di rumahnya.
"Emang setan, banyak banget. Udah dosa deh gue." Gumam Aretha.
Aretha memasuki kelas nya. Benar saja, hanya ia yang baru datang karena lampu itu pun masih gelap membuatnya harus menyalakan terlebih dahulu lampu itu.
Aretha mengerutkan keningnya melihat secarik kertas yang dilipat di atas mejanya. Ia pun berjalan ke arah kursi nya, dan mengambil kertas itu.
"Punya siapa?" Tanyanya sendiri.
Aretha membuka kertas itu, dan mengerutkan keningnya dengan isi atau lebih tepatnya pesan singkat disana.
Dia udah disini
"Siapa?"
Aretha mengedarkan pandangannya ke seisi kelas. Hanya ada dirinya. Tak ada siapapun. Bahkan di sepanjang koridor pun hanya ada dirinya saja.
"Salah orang, kah?"
Aretha tak mau ambil pusing. Ia hanya melipat kembali kertas itu dan meletakkannya di kolong mejanya. Barangkali nanti ada pemiliknya, yang lupa meninggalkan kertas itu.
Ponsel Aretha berdering, dan nama Barra terpampang disana. Aretha berdehem sebentar untuk menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba melanda.
"Hm. Kenapa?"
"Sayang, kamu jangan suka kabur gitu dong."
Aretha memutar bola matanya malas mendengar suara Barra. "Bisa gak sih, gak alay begitu?"
"Lo kabur ya?" Bukannya menjawab, Barra justru langsung menembak Aretha dengan pertanyaan.
"Nggak."
"Gue ke rumah Lo, dan kayanya calon mertua gue baru pulang. Pas gue tanya Lo kemana, Kaka Lo bilang Lo udah pergi." Tutur Barra. "Jangan kabur Mulu, Tha."
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR UNTUK SENJA
Teen Fiction[17+] Beberapa Part di private, follow dulu akun biar bisa lanjut baca. Seperti Fajar dan Senja, memiliki warna hangat yang sama. Seperti Fajar dan Senja, bisa menarik perhatian karena keindahan dan keserasian mereka. Seperti Fajar dan Senja, yang d...