LIMA BELAS

51 2 0
                                    

Aretha buru-buru turun dari motor Satria, setelah lelaki itu memarkirkan motornya.

"Jingga! Tungguin gue, woi!" Teriak Satria.

Aretha yang baru setengah perjalanan, menengok dengan decakan sebal. "Cepetan! Lama nih, kebiasaan!"

"Dih. Ini masih pagi banget. Gak liat masih jam setengah enam?"

Aretha mengangkat tangannya, dan memang jam tangan nya itu masih menunjukkan pukul setengah enam pagi.

"Lagian, Lo kenapa sih? Gak biasanya rajin begini." Ujar Satria yang mensejajarkan langkahnya dengan Aretha.

"Gue lupa ngerjain PR." Bohong Aretha.

Satria mengerutkan keningnya. "Lo 'kan si pinter nya sekolah. Gak mungkin banget Lo lupa ngerjain PR."

Aretha memutar bola matanya jengah. "Emang kenapa sih? Manusiawi lah, kalo gue lupa."

"Iya juga, sih. Cuma gue heran aja. Apalagi Lo tuh kaya buru-buru banget gitu."

"Ya namanya juga mau ngerjain PR. Ya harus cepet-cepet lah."

"Gue dapet gaji gak nih? Secara 'kan gue udah nganter lo sepagi ini, yang harusnya gue masih mandi. Ya kali, gak dapet gaji."

Aretha berdecak. Ia mengeluarkan uang 5 ribu, untuk Satria. "Nih."

"Lah? Kok goceng doang? Gak cukup beli bensin ini mah."

"Balikin kalo nggak mau!"

Satria buru-buru memasukkan uang itu ke kantung celananya. "Canda, deh. Bisa lah buat beli gorengan."

"Makanya jangan banyak ngomong!"

Aretha berlari mendahului Satria. Ia mengabaikan Satria yang berteriak memanggil namanya di luasnya lapangan ini.

Aretha mengatur nafasnya sebentar saat di koridor lantai 1. Nafasnya sedikit tersenggal karena ia berlari dengan cepat.

"Kalo bukan gara-gara kemaren, gue juga nggak mau masuk pagi-pagi begini." Gumam Aretha di sela nafasnya.

"Ih, sumpah. Lo kaya orang yang dikejar setan."

Aretha menoleh melihat Satria yang berniat membantunya berjalan. Itu dikarenakan Satria merasa heran dan kasihan dengan Aretha yang seperti itu hanya demi tugas yang belum selesai.

"Lo gak gua gaji, buat kaya gini." Ujar Aretha.

Satria menoyor pelan dahi Aretha. "Ya nggak usah, lah. Ini gue bantuin Lo, karena Lo tuh kaya orang habis dikejar setan. Kurang baik apa gue?"

Aretha berdecih. "Kelas Lo 'kan di lantai 2."

"Yaelah, lebay. Lo pikir gue itu elo, yang naik tangga cepet ngos-ngosan?"

"Anjir!"

Karena tak memiliki banyak tenaga, Aretha hanya bisa mengumpat tanpa bisa memukul mulut Satria. Lelaki itu memang sangat minta di hajar.

Aretha dan Satria masuk ke kelas XII IPA 2. Hanya ada Della disana yang tampak membaca buku novel yang cukup tebal.

"Lah? Lo kenapa?" Tanya Della begitu Aretha duduk disampingnya.

Della melirik pada Satria. "Dia kenapa?" Tanya Della dengan bisikan.

Satria mengangkat bahunya. "Katanya belum ngerjain PR. Jadi dia buru-buru kesini."

Della mengerutkan keningnya. Ia menoleh pada Aretha yang memejamkan matanya seraya mengatur nafasnya. "Emang ada PR?"

Aretha membuka matanya. Ia melirik pada Satria yang masih setia menunggu nya. "Thanks."

FAJAR UNTUK SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang