SEMBILAN

37 2 0
                                    

Aretha sudah hampir berdiam diri di meja makan selama 5 menit, setelah ia menghabiskan makanannya.

Bibirnya komat-kamit mengeluarkan segala sumpah serapah yang ingin sekali ia keluarkan detik itu juga.

Matanya terus-terusan bergerak sinis nan galak pada seorang lelaki yang saat ini duduk di sampingnya sambil bergurau ria dengan Mama nya.

Siapa lagi kalau bukan Barra?

Karena Barra ingin menunjukkan segala kekuatan yang ia miliki, Barra mengklaim bahwa dirinya akan selalu datang ke rumah Aretha untuk menjemput gadis itu.

Awalnya, Aretha menolak dengan keras. Mengingat perkara kemarin di pagi hari.

Dan memang sialnya Barra yang tak pernah mau menyerah, maka Barra pun datang kembali untuk menjemput Aretha seperti pagi ini.

"Jadi guru kamu itu, minta nak Barra buat belajar sama Aretha?" Suara Rita mengintruksi agar Aretha menatapnya untuk kesekian kalinya.

Barra mengangguk antusias. "Iya, Tante. Biar bisa belajar bareng juga. Ya 'kan, Tha?" Tanya Barra sambil menyenggol lengan Aretha.

Aretha melirik sinis Barra tanpa mau menjawab pertanyaannya. "Buruan ke sekolah! Gak cape gosip Mulu Ama emak gue?!"

Rita menggeleng pelan kepalanya, melihat Aretha yang cuek terhadap Barra. "Gak boleh begitu, kamu loh Tha. Nak Barra ini baik loh, sama Mama."

Aretha memutar bola matanya malas. "Pencitraan, Ma. Di sekolah juga gak ada akhlak nya." Cibir Aretha.

"Bukannya sepasang sama kak Aretha, ya?" Tanya Denis membuat Aretha melotot pada lelaki SMP itu.

"Gak usah sok dukung deh, Lo. Di gaji berapa emangnya?"

"Dih, suudzon Mulu orangnya. Gue 'kan ganteng, makanya banyak yang dukung Lo Sama gue." Jawab Barra.

Rita, Denis, dan Barra justru tertawa melihat wajah Aretha yang semakin sinis. Aretha pun berjalan meninggalkan ruang makan, untuk menaruh piring ke dapur.

"Gue gorok lama-lama, si Barra." Gumam Aretha.

Barra terkekeh melihat sikap Aretha yang semakin hari semakin menggemaskan. "Tante, aku juga izin taruh piring dulu, ya."

"Eh, gak usah. Tinggal aja disitu." Pinta Rita.

"Udah, Ma. Biarin aja. Itu berarti mau dapet nilai bonus dari Mama, bener gak bang?"

Barra terkekeh sambil mengiyakan ucapan Denis. Memang itu tujuannya.

"Haha, yaudah deh. Kamu udah dapet nilai plus dari Tante."

Barra pun permisi untuk pergi menyusul Aretha ke dapur, seraya membawa piring makannya.

Barra tersenyum melihat Aretha yang sepertinya sedang menyiapkan susu untuk gadis itu minum.

Aretha membuka lemari kotak persediaan yang menggantung diatas kompor itu. Aretha berusaha menggapai nya, namun ternyata lebih sulit dari dugaannya. Ia yang memiliki badan setinggi itu saja, terkadang kalah dengan tinggi Denis.

Aretha tampak kesusahan mengambil kotak susu itu, padahal ia sudah berjinjit dan berjuang.

Sebuah Tangan terulur di samping lengan Aretha, dan mengambil alih kotak susu itu. Aretha sampai harus sedikit menunduk karena tubuhnya yang mungil itu.

Harum wangi Citrus bercampur dengan Pinus langsung masuk ke Indra penciuman Aretha, dan berhasil membuat gadis itu gugup.

"Sumpah, apa gue harus ke dokter jantung apa?!"

FAJAR UNTUK SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang