Tepat pda hari Selasa di pagi cerah ini, seluruh siswa dan siswi dari kelas XII IPA 1 dan XII IPA 2 bergemuruh di kelas mereka masing-masing.
Pasalnya, pagi ini di jam pertama akan diadakan pelajaran olahraga bersama antara dua kelas tersebut.
Ketahuilah, bahwa kelas olahraga itu sangat menyenangkan. Mereka bisa mengambil beberapa menit sebelum bel untuk bermain atau sekedar bergosip.
Seluruh siswa dari masing-masing mereka, segera berganti pakaian. Ada yang berganti pakaian di kelas, kamar mandi, ataupun di ujung koridor.
Entah apa maksud dari mereka semua itu.
Hal itu juga dilakukan oleh Aretha.
Aretha segera berganti pakaian, dengan baju olahraga nya. Sendirian.
Sebenarnya, Della sempat mengajak Aretha untuk berganti pakaian bersama, tapi Aretha menolak.
Alasannya, ia tak mau mendengar gosip murahan yang sudah menjadi budaya di kalangan gadis.
Terkadang, hal itu membuat Aretha lebih banyak menyendiri ketika di jam-jam tertentu.
Selain karena mulut pedas Aretha yang mengeluarkan kata-kata mutiara, Aretha kerap kali menolak ajakan siapapun yang menurutnya akan sangat menggangu.
Apalagi, para geng kelas yang sudah memiliki kriteria teman masing-masing.
Entah itu kalangan orang famous, kalangan orang pintar, ataupun sekedar kalangan biasa yang memang terasingkan dari geng yang lain.
Sedangkan Aretha, tak menyukai hal semacam itu.
Itu juga menjadi alasan utama, mengapa Aretha sangat sulit mendapatkan teman sesama gadis.
Kadang mereka nya yang tak suka dengan sikap dan cara pikir Aretha, atau memang gadis itu yang sudah membatasi jumlah orang untuknya bergaul.
Sungguh, Aretha.
Aretha membetulkan letak poninya, dan memakai baret bewarna merah itu.
Membuat tampilan Aretha, semakin menggemaskan.
Aretha keluar kelas, dengan membawa bola basket kesayangannya. Ia akan memanfaatkan waktu jam olahraga, agar ia bisa bermain bola basket nantinya.
Baru juga keluar kelas, dan ingin menuju tangga, suara lain telah menyambut nya.
"Hai, beb. Lapangan bareng, kuy?"
Suara seorang lelaki yang tak lain Barra, muncul begitu saja seraya menabrak pelan bahu Aretha.Aretha memutar bola matanya malas, "Cih. Gue kira, bakalan denger mic dari kesiswaan, kalo ada siswanya yang keserempet."
Barra mengerucutkan bibirnya, "Masa jahat banget sih, sama pacarnya sendiri. Gak boleh begitu..."
"Berharap banget, Lo?"
"Jelas lah! Kane(enak) tau kalo pacaran sama gue. Kita bisa date bareng, pergi sana-sini, dinner bareng, latihan bareng, turnamen bareng, pokoknya serba bareng deh. Makanya, jadi pacar gue aja."
"Gak usah ngaco! Udah sono-sono pergi! Ganggu gue Mulu, sih!" Ujar Aretha seraya mendorong bahu Barra, agar menjauhinya.
"Cie.....Gue ganggu pikiran Lo Mulu, ya? Hahaha." Gelak Barra membuat Aretha semakin kesal dengan lelaki itu.
Aretha berdecih menanggapi ucapan konyol dari Barra. Bagaimana mungkin lelaki itu sangat percaya diri, disaat ia sudah mengusirnya?
"Eh, bentar. Lo mikirin gue di bagian mananya, nih? Lo gak mikir yang aneh-aneh, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR UNTUK SENJA
Teen Fiction[17+] Beberapa Part di private, follow dulu akun biar bisa lanjut baca. Seperti Fajar dan Senja, memiliki warna hangat yang sama. Seperti Fajar dan Senja, bisa menarik perhatian karena keindahan dan keserasian mereka. Seperti Fajar dan Senja, yang d...