Prolog

124 16 67
                                    

Berawal dari sebuah cerita.
Yang mulai bercampur dalam kisah semu.
Bercerita dalam setiap upayanya.
Namun, sulit menebak setiap rencana.

Hanya sebuah awalan yang baru
Dalam membuat setiap inspirasi
Menyentuh hati.
Dan merasuki seluruh tubuh.

Angin malam menyapaku bagai titisan dewa air.
Ia dingin, menyeruak, bagai sebuah aroma parfum yang harum.

Kau tau?
Aku hidup tanpa buaian kasih sayang.
Namun, hanya bertahan sebagai tumpuan kaki hidupnya.

Aku merajalela
Tidak!
Aku hanya ingin disenangi?
Tidak!

Aku hanya seorang gadis, yang hanya bisa menanti dan menunggu datangnya ajalku.

•|•


Hidup adalah sebuah panorama. Yang berkesan estetik dalam setiap penjamahnya. Namun, sering kali luka juga datang pada waktu yang tidak tepat. Apakah itu sebuah pertanda?

Hidupnya hanya sebatas penghalang cinta. Yang tak kunjung bersemi bersama sang pujaannya. Kini, hanya tinggal kenangan yang dapat ia ingat. Dan tinggal luka yang menemani setiap langkahnya.

Seorang remaja berkulit pucat, tengah berdiri menatap tanah makan yang basah. Air matanya menderai, tubuhnya tak kuasa menanggung beban. Ia pun ambruk, baju putih yang ia kenakan pun habis tak berupa. Sedang apa ia sebenarnya?

Wanita paruh baya, terus membujuknya agar segera bangun. Dan segera pergi dari tempat pemakaman.

Clara Ayudia Pramesta, seorang siswi SMA yang memiliki kepribadian jauh dari pandangan banyak orang. Ia hanya memiliki satu tujuan dalam hidupnya. Dapat dicintai oleh orang yang dicintainya.

Hanya pembatas waktu, yang tak dapat merubah apa yang terjadi. Bila diceritakan akan sulit untuk dipahami. Bukan soal mudah atau sulit. Namun, begitu banyak jumlah masalah yang tak dapat dijabarkan satu-persatu.

Namanya sering kali disandingkan dengan kesepian. Dalam artianya, kesepian meraih segala hal apa pun. Tapi, ia kuat bagai baja, dan tangguh bagai tanah. Tak terlintas bagaimana kehidupannya tanpa orang lain. Yang bergantung dengan usaha dan upayanya sendiri.

"Kenapa kamu pergi, ninggalin aku?" ucap Clara, yang terus berharap semoga orang yang disayanginya itu kembali hidup.

"Kamu udah janji sama aku? Kenapa kamu ingkar? Kamu udah nggak sayang lagi sama aku!" Lagi, dan lagi. Clara harus rela melepas segala yang ia cintai.

Flashback on

"Clara, aku akan selalu ada bersamamu. Dalam setiap hal apa pun. Walau aku harus berjuang mempertaruhkan nyawaku sekali pun...."

Hanya petikan kata itu yang terus Clara inget. Sampai orang yang ia sayangi harus pergi saat ini.

"Kamu tau? Aku dan kamu ditakdirkan hanya untuk bersama. Tak ada orang lain yang dapat mengganggu apalagi sampai merusak semuanya."

"Aku hanya bisa berharap saja! Semoga Tuhan mengizinkan kita untuk bersatu," ucap Clara, yang merasa perempuan paling beruntung di dunia.

"Jika, aku pergi.... Aku hanya berpesan ini kepadamu." Clara diam, lalu menyimak.

"Tetaplah jadi Clara yang aku kenal."

"Tapi-"

"Shutt, sudahlah. Aku hanya ingin bicara apa yang ada dipikiranku saja."

"Tetaplah bersamaku, walau dalam keadaan apa pun!" seru Clara, yang berharap dengan semuanya.

Flashback off

Keinginan dan harapan seringkali tak dapat kita percaya. Semuanya hanya angan-angan yang tak akan pernah terjadi.

"Selamat tinggal, kamu akan selalu ada di dalam hatiku."

Kring ... Kring ... Kring....

Suara jam weaker membangunkan si empu yang sedang tertidur. Ia terkejut dan langsung terbangun karena suara jam yang begitu nyaring.

Ia mengedarkan pandangannya. Bertingkah layaknya orang yang didera amnesia. Celingak-celinguk tak jelas menatap sekitarnya. Padahal, ia masih tetap sama berada di tempat semula.

"Bukannya aku di kuburan?" ucap Clara, yang masih bingung dengan dirinya sendiri.

"Kok aku ada di kamar?" tanya Clara, kepada dirinya sendiri.

"Apa aku mimpi?"

"Ah, sial. Lagi-lagi jam kurang ajar itu berbunyi! Padahal ini masih pukul 02.00." Clara berdecak kesal, jam weakernya memang sudah lama rusak. Benda itu juga suka berbunyi pada waktu yang tidak tertentu.

"Untung saja mimpi. Tapi, dia siapa? Apa mungkin dia-" Clara menggantungkan ucapannya.

"Ah, tidak! Aku hanya mimpi saja! Apa pun kenyataannya, aku nggak mau kehilangan dia."

Clara melanjutkan aktivitasnya, mulai terlelap dan kembali kepada dunia mimpinya.

"Kadang kala, mimpi tak seperti apa yang kita harapkan. Melenceng dengan ekspetasi dan tujuan hidup kita."

______________________

Clara, mimpi kamu itu nakutin tahu>_<. Kalau aku yang jadi Clara, aku bakal kepikiran terus nih. Eh, buntutnya jadi kerangka cerita deh😂😂😂. Ada yang sama nggak nih? Mimpi yang datang dijadikan konsep cerita😂. Cowoknya juga siapa sih^-^. Bikin penasaran sumpah.

Oh iya, jangan lupa tekan bintang dan komen, ya! Kalau bisa juga share, kasih tahu teman-teman kalian😍 biar karya ini makin maju ke depannya. Jangan lupa kritik dan sarannya juga, ya!

Hope you enjoy it❤❤❤
See you next time!

Bunga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang