Bt |20 🕊️| Menuju akhir

16 7 2
                                    

"Jangan anggap perjuangan hanyalah sebuah hal kecil. Kau tak pernah menyangkanya, kalau semua yang kau lakukan itu hanyalah sebuah ilusi belaka."


***

DOR!!

"CLARA!"

Suara tembakan pistol melesat begitu saja mengarah kepada Clara. Rangga langsung berlari, dan siap melindungi Clara. Alih-alih ingin melindungi Clara, dirinya malah yang terkena peluru itu. Clara yang melihatnya berteriak histeris.

Glady membulatkan matanya sempurna, ia... menembak Rangga?

"Tidak-tidak!" Yang ingin Glady tembak itu Clara, bukan Rangga!

Rangga yang terkena tembakan peluru tersebut berusaha untuk melarikan diri. Namun sayang, Agam dan Gabriel yang melihatnya.langsung mengekseskusi dirinya, kedua sahabatnya itu menahannya.

Glady hanya bisa meratapi aksi konyolnya itu. Apa tujuannya untuk melakukan semua ini? Ya, tujuannya memang untuk mendapatkan Rangga. Tapi, bukan dengan cara seperti ini! Semua yang ingin kita miliki, tak sepenuhnya harus menjadi milik kita. Jika memang hasrat, dan nafsulah yang menjadi otak di balik semua ini. Artinya, Glady memang sudah tak dapat menghentikan dirinya sendiri.

Tangis Clara tergerai pecah. Perut Rangga sudah bersimbah darah, dan ia terkulai lemas. Namun, Rangga masih sempat tersenyum ke arah Clara, dan pada akhirnya menutup matanya.

"Kak? Bangun! Hiks ... hiks...." Clara tak bisa menahan semuanya lagi. Tangisnya tumpah, di atas tubuh Rangga.

Rafi yang melihatnya, segera menyuruh para bodyguard Rangga untuk segera membawanya ke Rumah Sakit. Sedangkan Glady, ia terpaksa dibawa juga ke polisi.

***

Ambulance datang, Rangga segera dibawa. Tentunya Clara ikut menemani. Ia tak ingin sampai Rangga meninggalkannya. Ia tak ingin jauh dari Rangga. Clara yakin, Rangga pasti sadar.

Di sepanjang perjalanan menuju Rumah Sakit, Clara hanya menangis saja. Ia belum bisa rela jika Rangga pergi mendahuluinya. Clara masih butuh Rangga, Clara masih butuh cinta Rangga, dan Clara masih butuh waktu untuk mengubah segalanya.

"Kak? Bangun! Kakak jangan tinggalin aku." Clara menggoyangkan tubuh Rangga, berharap ia bisa sadar. Namun kenyataannya berbeda, Rangga masih belum sadarkan diri.

Darah terus mengalir deras, seragam sekolah yang semula putih pun kini ternodai. Clara tak memperdulikan itu, ia hanya ingin Rangga segera sadar.

"Kak, aku janji! Aku nggak akan nyusahin kakak lagi. Aku juga nggak akan pernah buat kakak marah lagi. Tapi aku minta kakak bangun!"

Hanya goresan takdir yang dapat mengembalikan semuanya. Rencana Tuhan berbeda, dan semua itu ada maksud tertentu.

Wajah Rangga masih terlihat tampan. Walaupun sedang dalam keadaan tak baik-baik saja. Clara menatap lekat setiap inci wajah Rangga, mencoba menelisik dan memahami raut wajah Rangga. Ia menemukan satu hal. Rangga, sebenarnya tak sungguh-sungguh melukainya dahulu. Ada cinta yang sangat besar untuk dirinya, yang akan terus mengalir sampai ajal yang memisahkan.

Clara tak habis pikir, kenapa semua ini sampai terjadi? Kenapa semua membohonginya, dan tak berkata yang sejujurnya. Semua salahnya. Jika saja dulu ia tak menerima Rangga, mungkin saja ia tak akan terlibat dan melukai dirinya sendiri.

Namun, takdir memang begitu ajaib. Clara tak bisa mengubah semuanya. Ia hanya bisa bersyukur dan menjalani semuanya.

Tiada kata yang dapat mewakili hatinya saat ini. Tapi, kenapa cobaan begitu berat untuk ia pikul, selama ini ia bersikap baik, dan tak pernah melakukan kejahatan sekalipun.

Bunga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang