Bt |8 🕊️| One day with him

13 7 8
                                    

Jika aku boleh meminta. Aku ingin ke kebahagiaan ini abadi.
@Clara

•|•


Flashback on

Setelah kejadian di lapangan saat itu. Rangga termenung di rooftop sekolah. Apa benar, dia mulai menyukai Clara? Sebenernya, tak heran jika dia mulai mencintai Clara. Selama tiga tahun ini, Clara selalu ada bersamanya. Jujur,  apa yang selama ini dia lakukan diluar kesadarannya. Namun, apa boleh buat. Nasi sudah menjadi bubur. Kaca yang pecah, takan kembali menjadi utuh.

"Apa selama ini, dia sangat tersiksa karena gue?"

"Ya. Dia tersiksa Rangga," ucap Arya yang sedari tadi memperhatikan Rangga.

Kali ini Rangga tak ingin berkelahi dengan Arya. Ucapan Arya ada benarnya. Kali ini, dia harus berdamai dengan keadaan. Karena kenyataannya, ini sepenuhnya salah dia. "Apa yang harus gue lakuin sekarang?"

Arya memutuskan untuk duduk di samping Rangga. Memandang langit bak bidadari-bidadari di sana sudah menyapu bersih awan. "Jujur, gue suka sama Clara. Gue gak rela kalo Lo sakitin dia terus-terusan. Ada dua opsi, Ga. Opsi pertama, Lo jujur akan perasaan Lo sama dia, dan jangan ulangi kesalahan Lo. Gue tau, apa yang Lo lakuin sekarang, itu karena kehendak Ayah Lo kan?

"Perusahaan. Ya, Clara adalah perempuan misterius. Kenapa juga neneknya menyembunyikan kekayaannya? Dan membiarkan Clara kerja banting tulang?" ujar Arya. Arya tau silsilah keluarga Clara. Latar belakang Kakek, sampai anak terakhirnya. Keluarga Clara menyembunyikan semuanya. Karena, mereka ingin Clara hidup mandiri. Bukan jadi anak manja, dan pembangkang. Itu alasan yang pernah Arya ketahui.

"Gue gak tau pasti, alasannya apa. Yang gue tau, Clara itu perempuan kuat."

"Dan opsi kedua. Lo harus jauhin dia. Kalau Lo gak mampu buat jujur terhadap perasaan Lo. Setidaknya, Lo gak buat dia tersiksa. Jangan membuat kesedihan dia bertambah, Ga." Lagi dan lagi. Rangga mendengar kalimat yang sama. Kemarin, dia mendengar itu dari Nenek Clara. Sekarang, Arya.

Ada benarnya. Jangan mempersulit hidup seseorang. Jangan meruntuhkan apa yang tidak kamu bangun. Jika tak sanggup membantu, jangan menghancurkan. Jika tak mampu membahagiakan, jangan menyakiti. Jangan menunggu yakin akan perasaan. Tapi yakinkan. Keyakinan itu dibuat, bukan ditunggu. Sampai kapan kamu akan ragu akan perasaan? Sampai dia hilang? Dan bertemu hati yang tepat untuk disinggahi?

Sepertinya, angin membawa gumpalan awan  untuk memenuhi langit. Kini mereka berkumpul. Menutupi matahari. Mendung. Sama seperti hati, dan pikiran Rangga. "Gue, pilih opsi kedua. Sudah seharusnya, gue akhiri semua ini. Semakin gue dekat dengan dia. Semakin banyak kesedihan yang dia rasakan."

Flashback off

Kini Rangga tengah bersama Clara. Sesuai perkataanya tadi. "Kakak mau bawa aku kemana?" Tak bisa dipungkiri, hati perempuan itu selalu bertolak belakang dengan pikiran dan logika. Sudah disakiti berkali-kali, dan katanya akan menjauh. Selalu saja, nyaman akan berada disampingnya.

"Lo mau kemana?" tanya Rangga yang sedang fokus menyetir.

Clara berpikir sejenak. "Aku mau ke taman. Disana, ada penjual es krim yang aku suka." Dasar cewek, gak bisa gitu sekali aja. Jangan luluh.

Bunga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang