Nyatanya, kebahagiaan adalah hal yang sirna dalam sekejap.
•|•
"Dan kamu Rangga, kamu pura-pura cinta kan sama Clara?"
"Itu pasti. Memang cuman kamu yang bisa satu pemikiran. Rencana yang luar biasa, sayang," ujar Rangga seraya menatap Glady lekat.
Boom, bak tersambar petir disaat tak ada hujan. Bagai dijatuhkan di atas jurang luka setelah dibawa terbang dengan kebahagiaan. "Ra-rangga?" tanya Clara lirih, memastikan kalimat yang baru saja terlontar adalah sebuah kebohongan belaka.
"Gak percaya kan? Sama gue juga," jawab Rafi.
Rangga menatap lekat Clara. "Gak percaya? Butuh bukti?" Rangga pun menatap Glady. "Sini sayang! Biar aku peluk," ujarnya. Glady terpaku atas apa yang dikatakan Rangga. Tak membuang-buang waktu, kapan lagi bisa bermesraan dengan Rangga di depan Clara. Glady pun langsung membuka tali yang mengikat Rangga, dan Rangga pun langsung memeluk Glady.
Tak percaya dengan apa yang dilakukan Rangga di depannya, Clara tak bisa menahan air matanya. Namun, sedetik kemudian, Rangga langsung memukul Glady, hingga wanita itu tersungkur dan tak sadarkan diri. Para bodyguard Glady pun, langsung menghajar Rangga. Tak ingin membuang kesempatan, Rangga harus mati-matian menghajar mereka.
Raina dan Nenek pun, langsung menuju ruangan dimana terjadi kegaduhan tersebut. Terdengar suara teriak Clara yang meminta tolong. Bugh, satu pukulan berhasil mengenai Rangga. Untung saja, ada bodyguard Rangga yang datang tepat waktu.
"Kamu gak papa kan, Cla?" tanya Nenek.
Clara pun langsung memeluk Nenek. Menyalurkan rasa takut yang menyerangnya. "Ayo sekarang kita keluar dulu semuanya!" Setelah semuanya selesai. Mereka pun langsung bergegas pergi keluar.
"Kamu gak papa kan?" tanya Rangga. Tak ada jawaban. Sedetik kemudian, Clara langsung memeluk erat Rangga. "Gak lucu bercanda nya tau," rengek nya.
Rangga tergelak, tak bisa menahan tawanya. "Jadi ceritanya, cemburu nih?"
Rafi bergidik ngeri melihat keuwuwan mereka. "Dunia serasa milik berdua, yang lain ngontrak, cuy!" teriaknya, yang berhasil menghentikan momen keduanya.
"Iri bilang bos!" jawab Clara.
"Ayo sekarang kita pulang. Takut nanti keburu Glady sadar," ujar Nenek Clara.
Namun, sepertinya takdir tak berkehendak akan kebahagiaan. Para bodyguard Glady, kembali menyerang mereka. Kali ini jumlah mereka lebih banyak, yang membuat bodyguard Rangga kewalahan. "Terus serang, jangan sampai mereka menang!" teriak salah satu bodyguard Glady.
"Cla, pergi dari sini cepat! Jangan sampai mereka lihat!"
"Gak! Aku bakal nunggu kamu disini!"
Rangga tak ingin Clara kenapa-kenapa. Biarlah Rangga dan teman-temannya yang melawan mereka. "Jangan keras kepala, Clara! Cepat!" bentak Rangga, emosi sedang tak bisa dikendalikan.
Clara adalah Clara dengan sikap keras kepalanya. "Aku tau, emosi kamu sedang tak terkendali. Pokoknya aku bakal sama kamu! Sekalipun aku mati!"
"Argh, dasar keras kepala!" Akhirnya, Rangga pun mengalah. Dia menarik Clara untuk menjauh. "Semuanya mundur! Agam, Rafi! Mundur!" teriak Rangga seraya menjauh dari sana.
"Nenek! Cepat masuk mobil! Aku sama Rangga!" ujar Clara. Karena tak mau ambil resiko, Raina dan Nenek pun langsung lari menuju area dimana mereka memarkirkan mobilnya. Karena yang mereka incar adalah Clara. Akhirnya, Clara dan Rangga lah yang mereka kejar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Terakhir
Teen FictionBerawal dari sebuah cerita. Yang mulai bercampur dengan kisah yang semu. Bercerita dalam setiap upayanya. Namun, sulit menebak setiap rencana. Sebuah ikatan cinta, entah itu pacaran, komitmen, atau sebuah ikatan yang sudah pasti, sepasang suami istr...