Bunga Terakhir |6🕊|

16 8 8
                                    

"Kamu bertanya kepadaku? Coba pikirkan bagaimana sesalnya nanti, ketika takdir tak berpihak kepadamu."

***

Clara pulang dengan perasaan yang begitu kacau. Bajunya basah, matanya merah karena terlalu banyak menangis. Kini, hanya satu tujuan hidupnya. Fokus menatap masa depan yang cerah, bukan merasa sakit yang dirasakan setiap hari.

Klek...

Pintu rumah Clara kebuka, ia berdiri diambang pintu. Takut untuk masuk kedalam, karena pasti Neneknya akan bertanya kenapa dirinya seperti itu.

Clara memberanikan diri untuk masuk kedalam. Baru selangkah maju ia berjalan, Neneknya sudah ada tepat dihadapan dan menatapnya tajam.

Apa yang harus Clara lakukan? Ia diam mematung, sambil menunduk dan tak ingin menatap wajah sang Nenek. Ia tau, nanti pasti Neneknya akan memarahi Clara habis-habisan.

"Clara! Kenapa baju kamu basah kayak begitu?" tanya Nenek, dengan wajah yang tak bisa diartikan. Clara malah diam dan berpikir ingin menjawab apa.

"Clara, Nenek sedang berbicara sama kamu. Tatap mata Nenek. Clara!!"

Kali ini Clara akan menurut kepada sang Nenek. Untuk tidak berhubungan lagi dengan Rangga. Ini waktu yang tepat untuk Clara menjelaskan.

"Clara nggak apa-apa, Nek!" ucapnya enteng. Dalam hati sang Nenek berkata, pasti Clara disakiti lagi oleh Rangga.

"Nenek sudah bilang sama kamu! Jangan berhubungan lagi sama laki-laki brengsek itu!" ucapnya, sembil mengusap pelipisnya.

"Tenang aja, Nek! Aku udah gak berhubungan lagi kok sama dia. Aku juga mau hidup bahagia, tanpa ada penyiksaan dan penindasan lagi," jelas Clara. Sayup-sayup matanya, menangkap netra laki-laki yang semalam mengajaknya pergi.

Secepat mungkin, Clara menutup rapat pintu dan langsung menguncinya. Hari ini sampai seterusnya ia hanya ingin sendirian.

"Nek, jangan kasih masuk orang itu ya? Clara mohon sama Nenek!" pinta Clara, sang Nenek hanya mengangguk.

Begitu banyak penderitaan, kamu perempuan yang begitu kuat Clara! Dari kecil, kamu tak pernah marah atau balas dendam kepada siapapun yang mengejek ataupun menindas.

***

Clara sedang merenungkan semua yang terjadi, menelisik setiap peristiwa yang terjadi kepada dirinya setahun belakangan. Hanya Nenek dan Raina saja yang dapat menyenangkan hatinya. Mamah, Papah, tak tau ada dimana.

Ponselnya berdering. Dilayar menampakkan nomor yang tak asing lagi bagi Clara. Ya, Rangga! Mau apa ia menelpon Clara? Apa tak cukup ia selama ini menyakiti Clara?

Seakan malas mengangkat telpon itu, Clara mematikan ponselnya dan merebahkan seluruh tubuhnya di kasur. Clara hanya ingin tenang saat ini, tanpa ada seorang pun yang mengganggu.

"Clara?" panggil sang Nenek. Clara langsung beringsut dan segera menghampiri Neneknya.

Ada apa Neneknya memanggil?

Clara pun turun kebawah. Disana sudah ada orang yang selalu menemani Clara sampai saat ini. Siapa lagi kalau bukan Raina sahabat Clara. Lalu, ia segera menghampiri dan memeluk sahabatnya itu.

"Kamu ngapain disini?" tanya Clara, sambil merasa bingung. Perasaan dirinya tak menyuruh Raina untuk kerumahnya.

"Nenek yang telpon Raina, supaya menginap dan menemani kamu," jelas Nenek, sembari berlalu menuju dapur.

Raina menatap wajah Clara yang  tidak baik-baik saja. Sahabatnya ini pasti kembali terluka. Dan pastinya sangat menguji batin dan juga pikirannya.

Bunga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang