Bunga Terakhir |2🕊️|

45 10 23
                                    

Disaat aku mencintaimu, di situlah aku berharap. Bahwa kau juga mencintaiku.
@Clara

•|•

Pagi ini Clara berangkat ke sekolah lebih awal dibandingkan dengan pagi-pagi sebelumnya. Tak lupa juga membawa dua bekal untuk diberikan kepada orang yang dicintainya.

"Senyum," ucap Clara pada dirinya sendiri melalui pantulan kaca.

Tak butuh waktu lama untuk Clara menempuh perjalanan menuju sekolahnya. Kini Clara sudah berada di lingkungan sekolah. Ketika Clara memasuki kelas, matanya tak sengaja melihat ke arah lapangan basket. Di sana ada orang yang sudah dua tahun bersamanya, dia tengah duduk dengan teman sekelasnya.

Sesekali tertawa dan tersenyum untuk menyapa teman-temannya. Ah, Clara, begitu menikmati tawa dan senyum dari pria yang dia cintai. Namun, sayang, cintanya bertepuk sebelah tangan.

"Aku mau kayak gitu, Ga. Aku mau lihat kamu ketawa lepas, dan senyum begitu hangat ketika kita bersama, tapi sayangnya itu hanya mimpi aku aja, Ga," ucap Clara sambil tersenyum.

Rangga yang merasa sedang diperhatikan, langsung mengalihkan pandangannya untuk melihat siapa yang sedang memperhatikannya. Ketika matanya bersitatap dengan Clara, dia langsung mengalihkan pandangannya.

Clara yang menyadari arti dari sikap Rangga langsung masuk ke dalam kelas.

Perlahan Clara masuk ke dalam kelasnya dengan kecewa. Rangga tak pernah menganggapnya ada. Tak pernah membiarkannya bahagia, walau hanya sebentar saja. Kenapa waktu itu dia menerima cintanya? Kalau akhirnya dia juga yang menabur benci dalam hati. Clara hanya bisa tegar. Menghadapi perbuatan Rangga yang membuatnya tersayat setiap hati.

Mungkin kamu benci hari ini, tetapi nanti kamu yang akan memperjuangkanku dan meminta maaf kepadaku, batin Clara berkata.

Mulai saat ini, ia akan mulai belajar tak acuh kepada pacar rasa majikannya itu.

Sebenarnya apa yang ada dalam hati Rangga?
Kenapa ia mengacuhkan dan seakan memperbudak seorang perempuan yang begitu baik atas semua jasanya selama ini kepada Rangga.
Apa karena dendam lama yang membuatnya benci?
Namun, entahlah. Mungkin ia hanya ingin bermain-main saja terhadap gadis itu.

Raina, menatap netra Clara yang melihat ke arah jendela dan sedang melamun. Ia mengerutkan keningnya dengan bingung. Apa mungkin Rangga kembali berulah?

"Cla," panggil Raina, sembari menepuk bahu Clara. Si empu masih saja berkutat dengan pikirannya.

"Clara!" teriak Raina, kali ini Clara tersadar dari lamunannya.

"Iya, kenapa?" ucap Clara yang masih setengah sadar.

"Ya, ampun! Lo kenapa, sih? Pasti gara-gara Si Berengsek Rangga, 'kan?" Raina menatap Clara dengan tajam. Sahabatnya ini sungguh tak bisa dinasihati. Sudah berapa kali ia menyuruhnya untuk segera meninggalkan laki-laki berengsek itu.

"Rai? Udah aku bilang. Pasti Rangga bisa luluh sama aku." Clara percaya pasti Rangga akan mencintainya. Namun, bukan sekarang. Mungkin, pada waktu yang tepat.

"Cla, kamu itu keras kepala banget, sih? Percaya deh sama gue! Nanti lo ujung-ujungnya malah sakit!" tegas Raina mencoba mnyadarkan Clara agar membuka hatinya yang telah tertutup cinta buta itu.

"Ya udah! Terserah lo. Kalau beneran lo sakit hati sama dia, jangan salahin gue!" ucap Raina, penuh penekanan.

Clara hanya bisa tertawa, jika Rangga bersikap baik kepada mantannya. Namun, Clara akan bersikap bodo amat jika Rangga berbuat seenaknya kepada dirinya.

Rangga hanya mementingkan dirinya sendiri. Tanpa memikirkan hati Clara yang begitu jatuh, sejatuh jatuhnya. Apa lagi, atas kejadian tempo lalu, di kafe tempat ia bekerja.

•|•

Cinta memang tak bisa dipaksakan. Cinta memang tak bisa dipasrahkan.
Lalu, bentuk cinta apa yang sedang dilalui oleh Clara? Bentuk cinta yang seperti batu? Atau bentuk cinta yang berbentuk angin? Bukan, Clara hanya ingin bentuk cinta yang tulus, dari laki-laki yang ia cintai dan sayangi. Namun, sepertinya itu akan sulit baginya.

Clara kurang apa? Secara penampilan, Clara tidak terlalu lusuh! Seragamnya pun terlihat rapi dan bersih. Wajahnya tak sama kalah dengan aktris korea yang begitu putih dan cantik.

"Kak, aku boleh tanya gak?" tanya Clara kepada Arya. Yang tak sengaja berpapasan dengannya.

"Boleh, lo mau tanya apa?" ucap Arya sembari mensejajarkan langkahnya dengan Clara.

Clara merasa bimbang, ingin menanyakan hal ini kepada Arya, tetapi ia kembali terdiam dan berpikir. Arya menatap Clara dengan bingung. Kenapa ia tiba-tiba diam? Apakah hal yang akan ditanyakan gadis itu begitu penting?

"Cla, kok malah diem?" tanya Arya dengan terpaksa.

"Eh, a-anu," Clara merasa ini bukan waktu yang tepat. Untuk menanyakan semuanya. "Enggak, kak!"

"Loh? Kenapa?" Arya bingung, tingkah Clara sungguh membingungkan.

Ada apa dengan gadis ini? Kenapa tingkahnya membingungkan gue? pikir Arya.

Mereka melanjutkan langkahnya. Tujuan mereka saat ini yaitu kantin. Tempat ramai, yang membuat Clara sesak karena Rangga pasti akan mempermalukannya.

•|•

Tepat seperti dugaannya, kantin dipenuhi murid yang perutnya tengah keroncongan. Termasuk dengan Rangga. Ia duduk tepat di meja yang biasa ia tempati bersama teman-temannya.

Clara berlalu, mencari tempat yang masih kosong. Disusul Arya di belakang Clara. Rangga melihat Clara berjalan bersama dengan Arya. Sorot matanya tajam, tangannya mengepal. Sepertinya ia marah melihat kedekatan Clara dan Arya. Lalu, apa maksud dari Rangga yang membenci Clara? Untuk apa ia marah, jika selama ini memang tak pernah menganggap Clara ada?

Baru saja Clara mendaratkan bokongnya di kursi. Rangga datang dengan perasaan marah. Clara hanya diam, dia tak ingin mempermasalahkan ini.

"Siapa yang nyuruh lo berduaan sama dia? Jawab!" Clara sudah jengah melihat sikap Rangga yang begitu berubah-ubah.

"Lo bisa gak kasar sama cewek?" tanya Arya sambil mendorong Rangga menjauh dari Clara.

"Lo siapa? Ngatur-ngatur hidup gue!" tegasnya dengan balik mendorong Arya.

"Gue tanya sama lo? Selama ini, lo cuma anggap Clara angin 'kan?" ujar Arya, "terus, lo kenapa marah? Kenapa?!"

Rangga hanya bisa bungkam. Benar juga ucapan Arya. Untuk apa dirinya marah? Selama ini, Rangga memang menganggap Clara babunya saja.

"Diem 'kan lo?" Rangga menegang kaku, ia tak bisa berpikir jernih. Arya benar-benar mempermalukannya kali ini.

Sedangkan Clara hanya bisa menahan amarahnya. Ia tak ingin lebih jauh untuk jatuh pada lubang kegelapan Rangga. Clara pergi, meninggalkan Arya dan Rangga yang masih diam mematung. Menurutnya, tak ada hal yang baik selain pergi dan menjauh saat ini.

***

Ayoo Clara menyerah dari Rangga!
Mimin gasuka kalau kamu sama Rangga😁

Clara : "Sahabat aku aja, ngga aku dengerin. Apalagi orang lain"

Clara sangat batu guys! dia tetap pada pendiriannya😤

Cinta itu saling menyayangi, saling melindungi, saling mencintai. Bukan malah menyakiti satu sama lain.

Oh iya, jangan lupa tekan bintangnya sama komen, ya. Lempar kritik dan sarannya juga. Sekalian bagiin ke temen-temen😍.

hope you enjoy it😚
See you next time!

Bunga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang