Bt |16 🕊️|Kenapa Nasib Tak Selalu Beruntung?

7 3 0
                                    

"Jangan pernah menghindari, selagi raga dan jiwa bisa mengabdi."

***

Sekolah telah bubar, Clara menunggu Rangga di halte bus dekat sekolah. Sudah hampir 30 menit, Clara tak menemukan batang hidung Rangga di mana pun. Ia mulai bosan, dan sudah tak bisa menunggunya lagi.

Bus pun tak juga kunjung datang. Terpaksa, Clara harus berjalan kaki sembari menunggu Rangga ataupun bus datang. Langkahnya terhenti, kala merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Clara mencoba untuk tenang, dan berpikir positif. Siapa tahu, itu adalah Rangga.

Clara membalikan tubuhnya, namun ia tak menemukan siapapun di belakangnya. Clara pun melanjutkan langkahnya. Namun, sedetik kemudian mulutnya dibius oleh kain.  Ya, Clara saat ini sedang dalam bahaya. Seorang laki-laki bertubuh kekar, mencoba menculiknya. Bersamaaan dengan itu, Rangga juga melihatnya.

Rangga yang melihat seorang laki-laki menggendong Clara yang pingsan pun terkejut. Ia mencoba mengerjarnya, namun tak tercapai. Rangga pun segera menaiki sepada motornya, dan kemudian melaju secepat kilat.

Perasaan Rangga sungguh kacau saat ini. Siapa yang berani menculik Clara, padahal Rangga tahu, kalau Clara tak memiliki musuh satu orang pun.

Mobil yang membawa Clara semakin jauh dari pandangannya. Rangga tak tahu lagi harus berbuat apa. Hal yang tak diinginkan pun kini terjadi.

"Clara, maafin gue! Gue emang bukan pacar yang baik buat lo," gumam Rangga, pelan. Deru kendaraan, sungguh membuat terganggu. Apalagi sekarang ia terjebat macet. Dan mobil yang membawa Clara sudah hilang ditelan bumi.  Rangga frustasi, jika sampai Nenek Clara tahu, ia pasti tak akan bisa dipercayai lagi.

"Damn!" umpat Rangga. Kini, ia mulai beranjak kembali. Macet sudah lumayan senggang. Ia menyalip sana-sini, agar bisa menemukan penculik yang membawa Clara.

Rangga menyisikan motornya. Ia harus menghubungi Gabriel, dan Agam agar segera bisa membantunya.

***

Clara masih belum sadarkan diri. Saat ini, ia berada di sebuah rumah kosong yang entah di mana keberadaan. Clara membuka matanya perlahan, dan seketika ia bingung.

Aku ada di mana? batin Clara.

Clara mengedarkan pandangannya, setelah itu diam. Ia tak tahu ia sedang disekap di mana. Ia ingin keluar, dan segera pergi ke rumah. Namun, sulit baginya untuk melepaskan diri.

"Aku di mana? Ya Tuhan, tolonglah aku," gumamnya, pelan.

Clara terdiam, kala melihat sesosok perempuan yang sangat ia kenali. Lalu, Clara mencoba mencerna dari maksud semuanya.

"Glad? Kamu ngapain di sini?" tanya Clara, bingung. Glady tersenyum miring, lalu menghampiri Clara.

"Akhirnya, gue bisa liat lo sengsara kayak gini," ujar Glady, sambil tertawa terbahak-bahak.

"Glad, apa maksud dari semua ini? Kenapa kamu sekap aku?" ucap Clara, sambil menangis.

Glady menatap Clara tajam, saat itu juga. Ia menampar Clara sekuat mungkin. Membuat si empu terpental dan terjatuh. Clara yang melihat sikap Glady yang begitu jahat pun heran. Kenapa ia melakukan semua ini?

"Hiks.... Salah aku apa, Glad? Kenapa kamu begini?" Glady sama sekali tak peduli dengan apa yang diucapkan Clara. Saat ini, ia hanya ingin balas dendam dengan perempuan yang telah merebut cintanya.

"Lo bilang salah lo apa? Mikir!" ujar Glady, sambil menoyor kepala Clara. Clara pun kesakitan, air matanya sudah berjatuhan tanpa arah.

"Aku salah apa sama kamu?"

Bunga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang