Bt |18 🕊️| Terkuak

12 5 3
                                    

Ketika hari kemarin bahagia datang dengan indah, maka berhati-hatilah bahwa esok kesedihan akan menyapa.

•|•

Malam semakin gelap. Namun, Rangga belum menemukan tanda-tanda bahwa dia akan menemukan Clara. Telepon genggamnya pun sudah mati sedari tadi. Kini dia tinggal sendirian. Tapi, bagaimanapun juga dia harus menemukan Clara.

Rafi yang sedari tadi menunggu ketiga temannya pun, bergegas mencari ketiganya. "Heran, punya temen hobinya ninggalin. Kayak dia contohnya," gumam Rafi. Di tengah sedang fokus-fokusnya mencari ketiga temannya, Rafi melihat Glady bersama satu orang laki-laki. "Tumben tu anak pake bodyguard, biasanya keluyuran sama si Oliv."

Tiba-tiba saja, Rafi teringat masalah tempo hari, ketika teman-temannya membahas masalah yang mencurigai Glady adalah pelakunya. "Ah, mari kita lihat," ujar Rafi menirukan gaya sepasang adik-kakak yang sedang viral di sebuah aplikasi hiburan.

Clara yang masih memberontak, terpaksa diberi obat bius oleh Oliv. Sengaja Glady memanggil Oliv, agar ada yang membantunya. "Otak si Glad kotor juga ternyata," ujar Oliv yang perlahan keluar dari kamar tempat Clara disekap. Terdengar langkah kaki yang perlahan mendekat. Oliv rasa, itu adalah Rangga yang masih mencari Clara. "Kemana anak buah, Glady? Bukannya tadi dia nyuruh nangkep si Rangga?" gumamnya.

Mendengar ada derap kaki, Rangga pun langsung menoleh. "Siapa di sana?" tanyanya memastikan bahwa itu orang. "Agam? Lo jangan nakut-nakutin gue! Keluar Lo!"

Tak ada jawaban.

"Cla? apa itu lo?" Lagi-lagi tak ada jawaban. Tiba-tiba saja....

"Lepasin gue!" teriak Rangga.

****

Rafi melihat ketiga motor temannya terparkir di depan sebuah rumah tua. Entah kenapa feeling dia untuk tergerak ke jalan ini. "Ada yang nggak beres," ujar Rafi. Rafi pun segera menelepon para bodyguard Rangga dan menyuruhnya untuk datang dengan cepat namun perlahan. Rafi pun perlahan masuk ke dalam rumah tua itu.

Tiba-tiba saja, ada seseorang yang memukul Rafi dari belakang. Yang membuatnya tergeletak di lantai. "Wah, untung gue gerak cepat. Kalo enggak, nyonya Glady marah, kalau tau si Rafi mau nolongin Rangga," ujar Oliv.

Dua orang bodyguard Glady sedang mencari cara agar bisa menangkap Rangga, tanpa melukainya sedikit pun. "Ah, udahlah bius aja. Nggak bakal kenapa-kenapa kok. Daripada dipukul, nanti memar atau enggak lupa ingatan," ucap salah satu bodyguard. Akhirnya, mereka melangkah perlahan mendekati Rangga.

Terlihat Rangga peka akan situasi. Dia mengedarkan pandangannya, mencari suara derap kaki yang mendekat. Namun, karena tidak ada penerang, Rangga pun tak dapat melihat siapa yang mendekat. Hingga tiba-tiba kedua orang itu berhasil menangkap Rangga. "Lepasin gue!" teriak Rangga yang berusaha lepas. Namun, sia-sia keduanya langsung memberikan suntikan bius, hingga membuat sang empu tak sadarkan diri.

Setelah mendapat laporan dari Rafi, para bodyguard Rangga langsung bergegas ke tempat yang sudah dibagikan oleh Rafi.  Untung saja, tadi Rafi sempat mengirimkan lokasi dia berada. Namun sebelumnya, mereka semua bertemu dengan Raina dengan nenek Clara yang sedang mencari Clara.

"Nek, ini udah malem. Kita cari besok lagi aja, ya," pinta Raina. Pasalnya, tadi Raina datang ke rumah Clara untuk meminta maaf karena sudah meninggalkannya sendirian. Tapi nenek Clara bilang, bahwa Clara belum juga pulang, dan akhirnya mereka menunggu untuk beberapa saat. Tapi hingga larut malam, Clara belum juga pulang.

"Ini pasti kelakuan Rangga!" kesal Nenek Clara. Raina pun sempat berpikir demikian, tapi tidak mungkin, sebab tidak ada raut kebohongan saat Rangga dengan seriusnya akan melindungi Clara. Teringat akan hal itu, Raina sadar akan satu nama.

"Bukan Nek, ini bukan Rangga. Aku tahu siapa pelakunya," ucap Raina yakin. Bersamaan dengan itu, para bodyguard Rangga berhenti untuk menanyakan beberapa hal. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk ikut bersama para bodyguard Rangga, untuk mencari keberadaan Rangga, Clara dan teman-temannya.

****

Di dalam kamar yang sempit, perlahan Agam mulai tersadar. Menyesuaikan dengan cahaya yang masuk retina matanya. Merasa seluruh badannya terikat, yang membuatnya susah untuk bergerak, bahkan bicara pun susah. Namun, pastinya di sana dia tak sendirian, ada Clara, Rafi yang entah bagaimana bocah itu ada di sana pikirnya. Rangga, dan perempuan itu. Berbagai pertanyaan muncul di benaknya. Namun yang paling ingin dia ketahui adalah, bagaimana Rafi ada di sini, dan kemana Gabriel?

Terlihat wanita itu sedang mengusap lembut kepala Rangga. Dan Agam yakin, bahwa Clara sudah menahan amarahnya mati-matian. Rangga belum tersadar, hanya baru dirinya dan Clara. "Ouh, rupanya cewek murahan ini sudah terbangun," ucap Glady. "Rangga juga? Baguslah. Biar jadi penonton penyiksaan seorang gadis yang sok lugu."

Rafi mulai tersadar, sadar akan situasi yang sepertinya akan mengorbankan harga diri atau bahkan nyawa. Rafi bergeser mendekati Agam. Melempar tatapan dengan penuh makna dan dipenuhi berbagai pertanyaan. "Oliv! Cepat bawa para bodyguard itu masuk!" Perintah Glady.

Oliv pun menurut. Para bodyguard yang sedari tadi sudah tergoda oleh kecantikan Clara, duduk di sampingnya. Clara yang tak nyaman dengan posisinya, mencoba untuk keluar dan memberontak. Hingga akhirnya, perlahan Rangga membuka matanya. Terkejut dengan situasi, namun akalnya tiba-tiba saja bekerja. Paham akan situasi dan alur yang dibuat.

Terkadang, dalam situasi seperti ini, kita perlu menahan emosi. Dan coba menggunakan logika. Ketika mengedepankan amarah, semuanya akan berantakan tanpa terkendali. Galdy, yang baru menyadari bahwa Rangga sudah tersadar pun terkejut bukan main. Namun, alih-alih kabur, dia juga sama-sama menggunakan pikirannya. "Kamu baik-baik aja, kan? Biar aku bantu. Aku khawatir banget sama kamu Rangga," ujarnya.

"Oliv, kamu bantu Agam sama Rafi, ya!" perintah Glady seraya memberikan isyarat bahwa ini hanyalah akal-akalannya saja.

Pada bodyguard Rangga sudah sampai di tempat yang dituju. Dan benar, terlihat ada beberapa motor yang terparkir. Letak rumah tua ini, jauh dari hiruk-pikuk warga dan jalanan. Yang membuat Glady berpikir, tak apa jika membiarkan motor mereka terparkir di luar. Mobil tak bisa mencapai area ini, jadi mereka harus berjalan kaki untuk beberapa meter.

Perlahan, mereka masuk ke rumah tua itu. Sayup-sayup terdengar suara orang yang sedang mengobrol. "Suara Rangga!" ujar Raina yakin. "Ssstt... perlahan-lahan!"

"Glad! Nggak usah pura-pura deh! Ini semua rencana busuk lo, kan?!" teriak Rafi.

"Ah, sepertinya tidak ada yang harus ditutupi lagi. Kalian semua sudah tau."

"Kenapa lo lakuin ini!" tanya Agam.

"Kenapa? Lo tanya kenapa?! Harusnya kalian tu sadar! Ini semua gara-gara Clara!" teriak Glady seraya menjambak rambut Clara. "Dia itu pembohong! Kalian tau itu, kan? Dia anak pengusaha sukses yang pura-pura miskin! Supaya apa? Supaya mereka terus dikasihani!"

"Ma-maksudnya apa?" tanya Clara.

Rangga terdiam, mencoba pura-pura tidak tau akan hal itu. Begitu pun dengan Agam dan Rafi. "Nggak usah pura-pura polos! Jijik tau nggak?!"

Clara tak bisa menahan air matanya lagi, merasakan perih di kepalanya. Tak hanya itu, hatinya pun sudah kembali tergores, karena Rangga tak sedikit pun berbicara untuk membelanya. "Lo itu anak pengusaha kaya, Clara! Rangga deketin lo itu karena harta lo! Bukan karena cinta. Harusnya lo sadar dari dulu! Ibu lo itu seorang pelacur! Makanya lo tinggal sama wanita tua bangka itu!"

Fakta baru bermunculan. Satu per satu, hal yang tersimpan rapi pun terkuak. Glady mendekati Rangga. "Dan kamu Rangga, kamu pura-pura cinta sama Clara, kan?"

"Itu pasti. Memang cuman kamu yang bisa satu pemikiran. Rencana yang luar biasa, Sayang," ujar Rangga seraya menatap Glady lekat.

****

Astaga, ternyata Clara anaknya pengusaha kaya?!😱😱 Wah perlahan-lahan faktanya mulai terungkap satu per satu nih. Makin seru pastinya dong😆. Btw, si Rafi peka amat jadi sahabat. Tahu kalau sahabatnya lagi kesusahan. Wahh, harus jadi panutan ini😍.

Oh iya, kalau kalian enjoy sama cerita ini jangan lupa vote dan komen, ya😄. Bagiin juga ke temen-temen kalian juga😄.

Hope you enjoy it❤❤❤
See you next time!

Bunga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang