Bt |17 🕊️| Penyesalan Rangga

10 4 0
                                    

"Tujuanku hanya satu, menyelamatkan kamu dari segala ancaman yang kian mendatang."


***

Rangga mulai memasuki rumah itu. Ia perlahan menyusuri setiap ruangan yang berada di dalam. Namun, ia tak menemukan keberadaan Clara di mana pun.

Rangga menyugar rambutnya frustasi, secepat mungkin Clara harus segera berada dipelukannya.

Suara dentuman terdengar, Gabriel, dan Agam yang mendengarnya langsung bersembunyi dibalik baju Rangga. Rangga yang melihat kedua sahabatnya pun hanya bisa memutar bola matanya malas. Sungguh sangat penakut mereka itu, pikir Rangga.

Dengan berani, Rangga mencari asal suara itu. Siapa tahu, itu adalah pentunjuk keberadaan Clara.

Dari ambang pintu, Glady melihat Rangga yang berada di rumah tua itu. Ia pun memundurkan langkahnya, dan langsung segera pergi. Jika Rangga sampai mengetahui keberadaannya, ia bisa saja langsung dituduh begitu saja.

"Kenapa Rangga bisa ada di sini sih? Gue harus cari cara," gumam Glady. Lalu ia segera masuk lewat pintu belakang, dan segera menyuruh para penculik Clara untuk bertindak.

***

Glady merasa dirinya semakin terancam. Hampir saja Rangga mengetahuinya, namun secepat mungkin Glady menghindar. Dirasa Rangga sudah tak ada lagi, Glady langsung naik ke atas.

Perlahan ia menaiki tangga, karena takut di antara mereka ada yang mengetahui keberadaannya.

"Kalian harus waspada! Ada 3 cowok yang berhasil masuk ke rumah ini!" ujar Glady, cemas.

Siapa mereka? Atau jangan-jangan itu Rangga! batin Clara.

"Ayo cepet, kalian sekarang bertindak! Gue nggak mau mereka sampai bisa selamatin dia!" ucap Glady, sambil menunjuk ke arah Clara.

Clara sungguh tak percaya, Glady yang notabenenya anak pendiam bisa melakukan hal sekeji ini. Jika satu sekolah mengetahuinya, ia bisa-bisa kena bullyan.

"Kenapa lo natap gue!" ucap Glady ketus. Clara malah tersenyum. "Dih kenapa lo senyam-senyum!" Glady menjambak rambut Clara, dan membuat si empu merasa kesakitan.

"Dasar, perempuan nggak tau diri!" teriak Clara, tanpa takut. Glady yang melihat Clara mulai berani pun kembali menjambak rambutnya.

"Eh, sialan lo! Dari dulu juga yang nggak tau diri tuh lo. Cewek murahan!" ucap Glady, lalu melenggang pergi dari Clara.

Melihat Glady dan 2 penculik itu sudah tak ada, ini adalah kesempatan Clara untuk menemukan 3 orang laki-laki yang diyakininya adalah Rangga dan kedua sahabatnya.

Clara itu pintar, meskipun mulutnya tak dibekap, ia tak akan berteriak. Namun, ia akan berpura-pura seakan dirinya itu memang bodoh.

Clara masih mencari jalan, untuk dirinya bisa menemukan Rangga. Kalau saja tangan dan kakinya tak diikat. Mungkin ia sudah pergi sejak tadi. Namun, kenyataan begitu.

Mendengar suara langkah kaki di bawah, Clara berusaha melihat siapa itu. Dengan berjalan sebisanya, Clara dapat melihat siapa orang itu.

"Kak Agam!"

"Sut.... Kak!" panggil Clara, pelan. Namun, Agam tak mendengarnya.

"Kak Agam! Sutt...." Agam yang merasa dirinya sedang dipanggil pun mencari asal suara.

"Kak Agam, di atas!" ucap Clara. Sontak, Agam pun mendongakan kepalanya di atas.

"Astaghfirullah. Clara?"

Bunga TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang