Chapter 19 : Kegiatan Plan

97 21 2
                                    


Pagi ini terasa sangat indah bagi Mean karena kemarin adalah tidur ternyenyak yang pernah ia dapatkan semenjak dua tahun yang lalu. Mean bangkit dari tidurnya dan mendapati Plan yang menghadap dirinya, sangat lucu. Menghapus pemikirannya itu, Mean berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya sebelum pergi ke gedung utama kerajaan.

Bahkan seusainya mandi, Plan masih terlelap dalam tidurnya. Agak enggan rasanya untuk Mean membangunkan Plan dari mimpi indahnya. Tetapi ia harus membangunkan Plan karena ia khawatir laki laki itu akan terkena sakit kepala karena tidur terlalu lama, yah walaupun kemarin Plan terlihat kelelahan.

"Plan, bangun lah" Mean mendudukkan dirinya di tepi kasur sambil memandngi Plan yang bukannya terusik malah semakin erat menggenggam selimutnya. Mean yang geram karena Plan sangat susah dibangunkan akhirnya memilih untuk menarik selimut Plan secara paksa.

"Aiii Mean, kau tahu kamarmu sangat dingin, tetapi kau malah menarik selimutnya. Aku kedinginan tahuu" Plan melontarkan gerutuannya tanpa membuka matanya dan malah membentuk tubuhnya melingkar hingga terlihat seperti ulat yang tertangkap basah memakan daun.

Mean berdecak tak suka, tanpa aba aba Mean menggendong Plan di kedua tangannya dengan maksud membawa pria mungil itu ke kamar mandi untuk mandi. Plan yang terkaget karena merasa tubuhnya terangkat dalam tidurnya langsung berteriak dan tanpa sadar berpegangan pada leher Mean agar dirinya tidak terjatuh. Tersadar akan refleksnya itu, Plan melepaskan tangannya dari leher Mean yang rupanya membuat keseimbangan tubuh Mean terganggu. Dan tanpa bisa dihindari ataupun dicegah Mean terjatuh begitu pula Plan yang sedang ia angkat.

Beruntung Mean belum melangkahkan kakinya menjauhi kasur, jadi posisi mereka terjatuh masih berada di kasur dengan Mean yang menahan tubuhnya agar tidak menimpa Plan yang ada dibawahnya. Mean menyadari posisi aneh tersebut dan langsung saja bangkit dan berjalan menuju pintu untuk keluar dari kamar mereka. Mean keluar setelah menyuruh Plan untuk segera mandi dan turun untuk sarapan.

Plan yang telat menyadari posisi tersebut masih terbengong bahkan saat Mean sudah menutup pintu kamar dan meninggalkan Plan sendirian. Otak milik Plan masih memproses apa yang terjadi beberapa detik lalu yang terasa terlalu cepat untuk otaknya proses. Dan setelah berhasil mencerna semua kejadian yang menimpanya, wajah Plan memerah hingga ke telinganya.

Plan menahan suaranya dengan bantal yang ada disampingnya, ia menyembunyikan seluruh wajahnya pada bantal berwarna putih tersebut dengan harapan panas yang ada diwajah nya berpindah dengan cepat.

Karena tidur lagi pun tidak bisa karena sambutan pagi yang begitu mengejutkan bagi Plan, pria itu segera bangkit dari tidurnya untuk melangkah ke kamar mandi sesuai titah yang diberikan Mean padanya.

Plan berjalan keluar dari kamarnya, ia berjalan menuju tangga untuk sarapan bersama di lantai satu mansion milik Mean. Plan yakin ia mandi tidak terlalu lama, tetapi ruang makan sudah kosong dan hanya tersisa makanan untuknya hingga membuat Plan bertanya tanya, tetapi Plan berusaha untuk menghiraukan pertanyaan yang ia miliki tersebut.

Mean juga sudah tidak ada di ruang makan yang entah kenapa membuat Plan cemberut. Biasanya jika ia sedang dirumah nya yang lama, di ruang makan akan ada ibu Han yang tengah memasak dan Perth yang sedang menunggu sarapan sambil memakan beberapa potong buah. Tapi hari ini dan seterusnya mungkin Plan tidak akan melihat suasana seperti sebelumnya, karena Plan tahu keluarga kerajaan sangat sibuk, kecuali dirinya.

Walaupun begitu Plan tetap memakan sarapannya dengan begitu lahap, karena bagaimana pun keadaannya saat ini, makanan yang disiapkan oleh koki mansion Mean sangat enak menurutnya. Sambil bersenandung riang Plan membawa piring kosongnya ke wastafel dan bersiap untuk mencucinya, namun seorang pelayan menghentikan kegiatannya dan berkata untuk menyerahkan piring yang telah digunakan Plan pada pelayan tersebut. Plan tidak ambil pusing dan segera menyerahkan piring tersebut, ia hanya akan menganggap dirinya makan di sebuah tempat makan hanya saja biayanya gratis. Merasa kebutuhan perutnya terpenuhi, Plan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, mungkin untuk kembali tidur atau hanya akan berguling guling di kasur besar milik Mean.

Mengingat akan perkataan Mean sebelumnya bahwa ibunda ratu menyuruh mereka untuk pergi bulan madu ke pegunungan adaldish, Plan segera mengambil ponselnya untuk mencari bagaimana dan dimana pegunungan adaldish. Setelah membuka beberapa laman hasil pencarian Plan bisa menyimpulkan kalau pegunungan adaldish yang dimaksud adalah pegunungan yang memiliki berbagai keindahan. Saat mengetik pegunungan adaldish, langsung saja beberapa perhotelan megah yang muncul sebagai hasil pencariannya.

Plan bergumam, seandainya ibu dan Perth ikut mungkin mereka berdua akan sangat senang. Plan melanjutkan kegiatannya sambil terus merebahkan dirinya diatas kasur. Sesekali Plan berguling jika merasa posisinya sudah tak lagi nyaman. Bosan sekali, begitu batin Plan sambil mengadahkan kepalanya untuk melihat jam berapa saat ini. Ponselnya sudah ia taruh di nakas dan sedang memutarkan beberapa lagu yang akhir akhir ini sedang Plan sukai. Matanya terasa agak berat dan tak lama kedua mata Plan tertutup dan ia terbang menuju alam mimpi.

+++

"...Plan" Plan meregangkan badannya, karena saat ini badannya telungkup dan terasa tak nyaman bagi Plan. Tepat dihadapannya ia bisa melihat Mean yang masih mengenakan setelan jasnya.

"Apakah kau masih kekurangan istirahat Plan?" Plan cemberut mendengar pertanyaan yang dilontarkan Mean yang bisa ia lihat sedang membuka sepatu beserta kaos kakinya.

"Bukan begitu Mean, hanya saja tidak ada yang bisa aku lakukan di mansion besarmu ini" Mean terkekeh pelan namun masih terdengar oleh telinga Plan.

"Mending kau cuci wajahmu dulu Plan" Plan mendengus dan mengikuti perkataan Mean, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang agak kucel.

"Kau bisa pergi ke suatu tempat, atau mungkin berbelanja menggunakan kartu yang sudah kuberikan"

"Aku tidak tahu tempat bagus di kota ini"

"Lalu apa yang biasa kau lakukan sehari hari?" Mean menaikkan salah satu alisnya sambil memalingkan wajahnya menatap Plan yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Aku? Bekerja" Kali ini Mean yang mendengus mendengar jawaban yang diberikan Plan membuat pemunya jawaban bertanya tanya, apa yang salah dengan jawabannya.

"Saat akhir pekan?"

"Yah aku juga bekerja dengan Perth" Plan menjawab dengan bersemangat.

"Semenyenangkan itukah pekerjaanmu dengan Perth?" Mean kini melipat kedua lengannya didepan dada menunggu jawaban yang akan diberikan oleh Plan.

"Tidak begitu, aku juga kadang kelelahan. Tapi itu cukup menyenangkan" Plan menggaruk ringan pelipisnya sambil terkekeh karena merasa jawabannya tidak menjelaskan apapun.

"Ada banyak tanaman di taman mansion, mungkin kau tertarik untuk merawatnya? Karena ibunda terlalu sibuk jadi beliau hanya sesekali menengok tamannya. Mungkin kalau kau yang merawatnya ibunda akan senang"

Plan memikirkan tawaran Mean yang terdengar sangat menarik di telinganya. Tak lama Plan mengangguk kegirangan. "Baiklah kalau begitu, aku akan kesana sekarang"

Ingin rasanya Mean menepuk dahi Plan saat mendengar perkataan yang Plan lontarkan.

"Siang hari sangat panas, nanti kau terbakar. Ada baiknya kau ke taman di sore atau pagi hari"

Plan mengangguk mengiyakan perkataan Mean. "Kalau begitu, aku mau makan dulu. Kau sudah makan Mean?" Mean menggeleng untuk menjawab pertanyaan Plan.

"Ayo" Plan menggamit lengan Mean untuk berjalan menuju meja makan untuk makan siang bersama.

Mean tersenyum lembut. Senyum yang Plan tidak lihat karena Plan sedang memikirkan makanan apa yang akan tersaji di meja makan mansion, memikirkan bagaimana enaknya makan siang yang sudah disiapkan karena sarapannya saja sudah sangat enak, memikirkan hal itu membuat senyuman terus menghiasi wajah Plan sampai akhirnya mereka berdua sampai di ruang makan.


- TBC -

Be My Husband [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang